Body Dissatisfaction : Pengertian, Aspek, Komponen, Pengukuran, Dan Dampak Body Dissatisfaction, Serta Faktor Yang Mempengaruhi Body Dissatisfaction

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Pengertian Body Dissatisfaction. Istilah "body dissatisfaction" yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai ketidak-puasan dengan bentuk tubuh, merupakan bagian dari "body image", yaitu persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang tentang tubuhnya. Apabila tingkat kepuasan body image seseorang tinggi, maka dapat dikatakan bahwa ia memiliki "body satisfaction". Sebaliknya, apabila tingkat kepuasan body image seseorang rendah maka dapat dikatakan bahwa ia mengalami "body dissatisfaction".

Secara umum, body dissatisfaction dapat diartikan dengan evaluasi negatif seseorang terhadap bentuk tubuhnya akibat adanya rasa tidak puas yang disebabkan oleh perbedaan persepsi antara bentuk tubuh ideal dengan bentuk tubuh yang aktual, sehingga menimbulkan perasaan malu dengan keadaan kondisi tubuh ketika berada di lingkungan sosial. Atau dengan kata lain, body dissatisfaction adalah penilaian negatif tentang ukuran tubuh, bentuk tubuh, bentuk otot, serta berat badan yang dimiliki oleh seseorang.

Selain itu, pengertian body dissatisfaction juga dapat dijumpai dalam beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah :
  • Sarah Grogan, dalam "Body Image : Understanding Body Dissatisfaction in Men, Women and Children", berpendapat bahwa body dissatisfaction adalah ketidakpuasan tubuh berhubungan dengan evaluasi negatif dari ukuran tubuh, bentuk, otot, dan berat biasanya melibatkan perbedaan persepsi antara evaluasi seseorang terhadap tubuhnya yang mengacu pada tubuh ideal.
  • J.C. Rosen, P. Orosan, dan J. Reiter, dalam "Cognitive Behavior Therapy for Negative Body Image", berpendapat bahwa body dissatisfation adalah keterpakuan pikiran akan penilaian yang negatif akan tampilan fisik serta perasaan malu dengan keadaan fisiknya ketika berada di lingkungan sosial.


Aspek Body Dissatisfaction. Menurut J.C. Rosen, P. Orosan, dan J. Reiter, menyebutkan bahwa aspek dari body dissatisfaction adalah sebagai berikut :
  • Penilaian negatif terhadap bentuk tubuh. Seseorang yang mengalami body dissatisfaction akan menilai secara negatif bentuk tubuh, baik secara keseluruhan maupun bagian-bagian dari tubuh.
  • Perasaan malu terhadap bentuk tubuh ketika berada di lingkungan sosial. Pada umumnya, seseorang yang mengalami body dissatisfaction akan merasa malu terhadap bentuk tubuh yang dimiliki apabila bertemu ataupun berada dalam lingkungan sosial.
  • Body checking. Seseorang yang mengalami body dissatisfaction sering kali mengecek atau memeriksa kondisi fisik, seperti menimbang berat badan dan melihat tampilan tubuh di depan cermin.
  • Kamuflase tubuh. Seseorang yang mengalami body dissatisfaction sering kali menyamarkan bentuk tubuh dari keadaan yang sebenarnya. Hal ini dilakukan untuk menenangkan hati.
  • Menghindari aktivitas sosial dan kontak fisik dengan orang lain. Pada umumnya, seseorang yang mengalami body dissatisfaction sering kali merasa malas untuk mengikuti aktivitas sosial yang berhubungan dengan orang lain.

Menurut P.J. Cooper, M.J. Taylor, Z. Cooper, dan C.G. Fairburn, dalam "The Development and Validation of The Body Shape Questionnaire", yang dibuat dalam International Journal of Eating Disorder, 6 (4), 485-494, menyebutkan bahwa aspek body dissatisfaction adalah :
  • Self perception of body shape, adalah persepsi diri sendiri terhadap bentuk tubuh. Pikiran dan keyakinan tentang tubuh, pemikiran negatif mengenai bentuk tubuh baik secara keseluruhan tubuh maupun sebagian tubuh serta menyamarkan bentuk tubuh mereka dari yang sebenarnya, perasaan yang berupa masa malu, sedih dan kecewa yang dirasakan individu ketika berada di lingkungan sosial.
  • Comparative perception of body image, adalah upakan aspek yang mengukur seorang individu membandingkan persepsi mengenai citra tubuh dengan orang lain.
  • Attitude concerning body image alteration, adalah bentuk sikap yang fokus terhadap perubahan citra tubuh.
  • Severe alteration in body perception, adalah bentuk perubahan yang drastis terhadap persepsi mengenai tubuh.

Menurut B. Gerner dan P.H. Wilson, dalam "The Relationship between Friendship Factors and Adolescent Girl’s Body Image Concern, Body Dissatisfaction, and Restrained Eating", yang dimuat dalam International Journal Eating Disorder, 37 (4), 313-320, menyebutkan bahwa beberapa aspek body dissatisfaction adalah :
  • Body disparagement (meremehkan bentuk tubuh), bahwa seseorang sering meremehkan bagian tubuh tertentu ataupun keseluruhan tubuh.
  • Feeling fat (perasaan gemuk), yaitu perasaan sering merasa gemuk atau memiliki berat badan berlebih.
  • Lower body fat (rendahnya lemak tubuh), yaitu menganggap tubuh yang ideal adalah tubuh yang memiliki sedikit timbunan lemak.
  • Salience of weight and shape (arti penting dari berat dan bentuk), yaitu sikap mengutamakan pada berat serta bentuk tubuh seperti apa yang ideal.


Komponen Body Dissatisfaction. Menurut H. Shroff dkk, dalam "Assesment of Body Image. Handbook of Assessment of Methods for Eating Behaviors and Weight Related Problems", menyebutkan bahwa beberapa komponen dalam body dissatisfaction adalah :

1. Komponen Afektif.
Afektif mencakup perasaan dan emosi individu tentang kepuasan serta evaluasi penampilan dan bentuk fisiknya. Hal ini mencakup bagaimana perasaan individu tentang tubuhnya seperti individu yang memiliki perasaan negatif akan bentuk tubuhnya sehingga membuat individu tersebut tidak suka akan bentuk tubuhnya.

2. Komponen Kognitif.
Kognitif mencakup bagaimana persepsi dan pemikiran individu akan penampilan tubuhnya. Proses kognitif terjadi ketika individu mendapatkan pengetahuan dan informasi tentang citra tubuh/bentuk tubuh ideal yang di simpan dan di proses dalam ingatan individu tersebut. Informasi tersebut berupa bentuk tubuh serta ukuran yang di anggap positif dan negatif/buruk atau baiknya yang individu peroleh dari lingkungan sosial dimana individu tinggal.

3. Komponen Perilaku.
Perilaku adalah hal yang muncul dikarenakan pengaruh komponen afektif dan kognitif. Dimana pemikiran mempengaruhi individu untuk bersikap. Perilaku yang berkaitan dengan body dissatisfaction contohnya penghindaran individu bertemu dengan orang lain dikarenakan ketidaknyamanan akan penampilan fisiknya, menutupi dan menyamarkan bentuk tubuh dari keadaan yang sebenarnya.


Pengukuran Body Dissatisfaction. Menurut P.J. Cooper, M.J. Taylor, Z. Cooper, dan C.G. Fairburn, menyebutkan bahwa body dissatisfaction dapat diukur menggunakan Skala Body Shape Questionnaire (BSQ-34) dengan mengukur dan menilai beberapa hal sebagai berikut :
  • Distres. Distres merupakan jenis stres yang berakibat negatif atau buruk karena dampaknya menimbulkan kesedihan, kesengsaraan, dan ketakutan bagi seseorang. Distres dalam hal ini yang disebabkan karena pre okupasi terhadap berat badan dan bentuk tubuh.
  • Rasa malu untuk tampil di depan umum. Orang yang memiliki masalah terhadap tubuhnya, maka dia akan cenderung untuk malu jika tampil di depan umum.
  • Menghindari aktivitas yang mengekspos penampilan tubuh. Seseorang yang bermasalah dengan tubuh, maka cenderung tidak nyaman apabila terlibat dengan aktivitas yang menampilkan bentuk tubuh.
  • Perasaan kegemukan yang berlebihan setelah makan. Seseorang yang bermasalah dengan bentuk tubuhnya, ketika menghabiskan makanannya, maka akan langsung merasa gemuk.


Dampak Body Dissatisfaction. Body dissatisfaction atau ketidakpuasaan terhadap tubuh dapat memberikan dampak negatif kepada seseorang. Mengutip dari laman www.hellosehat.com, dampak dari body dissatisfaction, diantaranya adalah :

1. Depresi.
Seseorang yang memiliki citra diri negatif lebih mudah mengalami depresi, kecemasan, dan cenderung memiliki pikiran untuk melakukan percobaan bunuh diri daripada kelompok remaja yang bisa menerima penampilan tubuh mereka apa adanya.

2. Body Dysmorphia Disorder (BDD).
Body dysmorphia disorder merupakan obsesi citra tubuh yang ditandai dengan kekhawatiran terus menerus hingga taraf mengganggu tentang cacat fisik dan penampilan yang dirasa, atau perhatian yang sangat berlebihan tentang kekurangan tubuh, seperti hidung bengkok atau kulit yang tidak sempurna.

3. Anoreksia Nervosa.
Anoreksia nervosa adalah gangguan makan, yang menyebabkan pengidapnya untuk menyangkal kebutuhan makanan untuk dirinya sendiri hingga ke titik kelaparan yang disengaja saat ia terobsesi untuk menurunkan berat badan. Anoreksia nervosa merupakan gangguan jiwa yang paling mematikan, membawa peningkatan risiko kematian hingga enam kali lipat dan empat kali risiko kematian akibat depresi berat.

4. Bulimia Nervosa.
Seseorang yang mengidap bulimia nervosa akan kehilangan kontrol makan dengan porsi besar dalam waktu yang singkat, kemudian mengerahkan segala kemampuan diri untuk membuang asupan kalori dengan memaksakan muntah, olahraga mati-matian, atau penyalahgunaan obat pencahar.


Faktor yang mempengaruhi Body Dissatisfaction. Menurut B.A. Brehm, dalam "Body Dissatisfaction : Causes and Consequences", beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya body dissatisfaction diantaranya adalah :
  • Standar kecantikan yang tidak mungkin dicapai.
  • Kepercayaan atau keyakinan bahwa kontrol terhadap diri akan menghasilkan tubuh yang ideal.
  • Ketidakpuasan yang mendalam terhadap diri sendiri dan kehidupan.
  • Kebutuhan akan kontrol karena banyak hal yang tidak dapat dikontrol.
  • Hidup dalam budaya first impressions, yang mementingkan penampilan fisik.

Sedangkan M. Hui dan J. Brown, dalam "Factors that Influence Body Dissatisfaction : Comparisons Across Culture and Gender", yang dimuat dalam Journal of Human Behavior in the Social Environment, 1 (23), 312–329, menyebutkan bahwa beberapa faktor yang dapat mempengaruhi body dissatisfaction diantaranya adalah :

1. Mencemaskan kedekatan.
Munculnya body dissatisfaction pada diri individu berhubungan dengan peristiwa penolakan oleh orang-orang terdekat karena keadaan tubuh yang dimiliki. Wanita cenderung memiliki kecemasan yang tinggi mengenai perubahan tubuh dikarenakan wanita lebih memiliki penghargaan terhadap penampilan fisik. Ketika tubuh seorang wanita berubah maka kecemasan akan muncul karena takut orang-orang terdekat akan menjauhinya.

2. Perbedaan individu (differentiation of self).
Perbedaan individu berkaitan dengan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri. Individu yang terlalu memperhatikan perubahan tubuh akan dapat meningkatkan resiko body dissatisfaction.

3. Perbedaan budaya.
Perbedaan budaya dimana jika suatu budaya memiliki standar kecantikan tersendiri erat kaitannya dengan body dissatisfaction.

4. Perbedaan gender.
Pria dan wanita memiliki perbedaan mengenai body dissatisfaction. Wanita baik usia remaja maupun dewasa cenderung memiliki resiko body dissatisfaction daripada pria. Hal ini dikarenakan wanita lebih memiliki perhatian tinggi terhadap penampilan fisik yang disebabkan oleh faktor dari luar maupun dari dalam diri individu tersebut.


Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian body dissatisfaction (ketidak-puasan dengan bentuk tubuh), aspek, komponen, pengukuran, dan dampak body dissatisfaction, serta faktor yang mempengaruhi body dissatisfaction (ketidak-puasan dengan bentuk tubuh).

Semoga bermanfaat.