Model Pembelajaran Auditory, Intellectually, Dan Repetition (AIR) : Pengertian, Aspek, Tahapan, Serta Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran Auditory, Intellectually, Dan Repetition (AIR)

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Model pembelajaran "Auditory, Intellectually, dan Repetition (AIR)" pertama kali diperkenalkan oleh Dave Meier, seorang pendidik, trainer, sekaligus penggagas model accelerated learning. Model pembelajaran Auditory, Intellectually, dan Repetition (AIR) merupakan satu dari banyak strategi pembelajaran yang dapat digunakan oleh pengajar untuk meningkatkan keaktifan siswa di kelas. Pada metode pembelajaran Auditory, Intellectually, dan Repetition (AIR), guru hanya bertindak sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa, meluruskan dan melengkapi sehingga konstruksi pengetahuan yang dimiliki siswa menjadi benar. Ukuran keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran dengan model Auditory, Intellectually, dan Repetition (AIR) ini adalah apabila siswa mampu mengkonstruksi dan mengembangkan konsep-konsep secara mandiri.

Pada dasarnya, Auditory, Intellectually, dan Repetition (AIR) adalah model pembelajaran yang berlandaskan pada pembelajaran konstruktif. Menurut R.E. Slavin dalam bukunya yang berjudul "Cooperative Learning (Cara Efektif dan Menyenangkan Pacu Prestasi Seluruh Peserta Didik)", menjelaskan bahwa pembelajaran konstruktif merupakan perkembangan kognitif, yaitu suatu proses di mana siswa secara aktif membangun sistem arti dan pemahaman terhadap realita melalui pengalaman dan interaksi siswa. Siswa berkesempatan untuk menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan.


Pengertian Model Pembelajaran Auditory, Intellectually, dan Repetition (AIR). Model pembelajaran Auditory, Intellectually, dan Repetition (AIR) merupakan model pembelajaran yang menuntut fisik siswa bekerja secara aktif.  Menurut Aris Shoimin, dalam bukunya yang berjudul "Model Pembelajaran Inovatif  dalam Kurikulum 2013", menyebutkan bahwa model pembelajaran Auditory, Intellectually, dan Repetition (AIR) merupakan suatu metode belajar yang menekankan pada tiga aspek, sebagai berikut :
  1. auditory (mendengar).
  2. intellectually (berpikir).
  3. repetition (pengulangan). 

Selain itu, pengertian model pembelajaran Auditory, Intellectually, dan Repetition (AIR) juga dapat dijumpai dalam  beberapa pendapat yang dikemukakan oleh :
  • Hardyanti I, Dessy S, dan I. Gede M, dalam tulisannya yang berjudul "Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Auditory, Intellectually, dan Repetition (AIR) terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X, yang dimuat dalam Jurnal Pendidikan Teknik Informatika 2(4), menyebutkan bahwa model pembelajaran Auditory, Intellectually, dan Repetition (AIR) adalah model pembelajaran yang mengutamakan keaktifan siswa khususnya dalam mendengarkan, berbicara, memberikan ide atau argumentasi secara lisan (auditory), melatih kemampuan pemecahan masalah (intellectually), serta memantapkan pemahaman siswa melalui pengulangan berupa pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau kuis (repetition).
  • Linuwih S dan Sukwati N, dalam tulisannya yang berjudul "Efektivitas Model Pembelajaran  Auditory, Intellectually, dan Repetition (AIR) terhadap Pemahaman Siswa pada Konsep Energi Dalam, yang dimuat dalam Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 10(2), menyebutkan bahwa model pembelajaran Auditory, Intellectually, dan Repetition (AIR) adalah model pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dan juga memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Model kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana para siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil (sekitar 4 - 6 siswa) secara kolaboratif dengan struktur kelompok heterogen. 


Aspek Model Pembelajaran Auditory, Intellectually, dan Repetition (AIR). Sebagaimana disebutkan oleh Aris Shoimin tersebut di atas, bahwa terdapat tiga aspek utama dalam model pembelajaran Auditory, Intellectually, dan Repetition (AIR), yaitu :
  • auditory (belajar melalui pendengaran). Dalam kegiatan pembelajaran, sebagian besar proses interaksi siswa dengan guru dilakukan dengan komunikasi secara lisan dan melibatkan indera pendengaran (telinga). Seorang pengajar harus mampu untuk mengkondisikan siswa agar mengoptimalkan indera telinganya sehingga koneksi antara telinga dan otak dapat dimanfaatkan secara optimal. Pengajar dapat meminta siswa untuk menyimak, mendengar, mengemukakan pendapat, serta menanggapi suatu hal sehingga suasana belajar menjadi aktif. 
  • intellectually (belajar berpikir dan memecahkan masalah). Kemampuan berpikir siswa perlu dilatih dengan melalui latihan bernalar, mencipta, memecahkan masalah, mengkonstruksi, dan menerapkan. Intelektual menunjukkan apa yang dilakukan siswa dalam pikiran secara internal dengan menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman. Intelektual merupakan penciptaan makna dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk berpikir, serta menyatukan pengalaman belajar. Intelektual menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional, dan gerak tubuh untuk membuat makna baru bagi diri sendiri. Intelektual juga merupakan sarana yang digunakan pikiran untuk mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, dan pengetahuan menjadi pengalaman.
  • repetition (pengulangan). Pengulangan merujuk pada pendalaman, perluasan, dan pemantapan siswa dengan cara pemberian tugas dan kuis. Dalam pembelajaran, seorang pengajar akan melakukan pengulangan untuk pemantapan ingatan siswa dengan memberikan kuis. Tujuan dilakukannya pengulangan dengan disertai pemberian soal dalam bentuk tugas atau kuis adalah agar siswa memiliki pemahaman yang lebih mendalam terhadap materi yang dipelajari.

Sedangkan menurut Suyatno (2009) dalam bukunya yang berjudul "Menjelajah Pembelajaran Inovatif ", menyebutkan bahwa belajar dengan menggunakan model pembelajaran Auditory, Intellectually, dan Repetition (AIR) memiliki tiga aspek atau unsur, yaitu :
  • auditory. Penggunaan indera telinga dalam belajar dengan mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi.
  • intellectually. Kemampuan berpikir perlu dilatih melalui bernalar, menyelidiki, mengindentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.
  • repetition. Pengulangan diperlukan dalam pembelajaran agar pemahaman lebih mendalam dan luas, siswa perlu dilatih melalui pengerjaan soal, pemberian tugas, dan kuis.


Tahapan dalam Model Pembelajaran Auditory, Intellectually, dan Repetition (AIR). Pembelajaran dengan model Auditory, Intellectually, dan Repetition (AIR) dilakukan dengan melalui beberapa tahapan. Menurut Aris Shoimin, tahapan pembelajaran dengan model Auditory, Intellectually, dan Repetition (AIR) adalah sebagai berikut :
  1. siswa dibagi dalam beberapa kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4 - 5 siswa.
  2. siswa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari pendidik.
  3. setiap kelompok mendiskusikan tentang materi yang mereka pelajari dan menuliskan hasil diskusi tersebut dan selanjutnya dipresentasikan di depan kelas (auditory).
  4. saat diskusi berlangsung, peserta didik mendapat soal atau permasalahan yang berkaitan dengan materi.
  5. masing-masing kelompok memikirkan cara menerapkan hasil diskusi serta dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk menyelesaikan masalah (intellectually).
  6. setelah berdiskusi, siswa mendapat pengulangan materi dengan cara mendapatkan tugas atau kuis (repetition).


Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Auditory, Intellectually, dan Repetition (AIR).  Sebagai suatu model pembelajaran, model Auditory, Intellectually, dan Repetition (AIR) memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Menurut Aris Shoimin, kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Auditory, Intellectually, dan Repetition (AIR) adalah sebagai berikut :

1. Kelebihan Model Pembelajaran Auditory, Intellectually, dan Repetition (AIR)
Beberapa kelebihan model pembelajaran Auditory, Intellectually, dan Repetition (AIR) adalah :
  • siswa lebih dapat berpatisipasi aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya.
  • siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan secara komprehensif.
  • siswa dengan kemampuan rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri.
  • siswa secara intrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan.
  • siswa memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.

2. Kekurangan Model Pembelajaran Auditory, Intellectually, dan Repetition (AIR)
Beberapa kekurangan model pembelajaran Auditory, Intellectually, dan Repetition (AIR) adalah :
  • membuat dan menyiapkan masalah yang bermakna bagi siswa bukanlah persoalan yang mudah. Pendidik harus memiliki persiapan yang lebih matang sehingga dapat menemukan masalah tersebut.
  • mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami oleh peserta didik adalah hal yang sulit sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespon permasalahan yang diberikan.
  • siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka.


Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian model pembelajaran Auditory, Intellectually, dan Repetition (AIR), aspek dan tahapan dalam model pembelajaran Auditory, Intellectually, dan Repetition (AIR), serta kelebihan dan kekurangan  model pembelajaran Auditory, Intellectually, dan Repetition (AIR)

Semoga bermanfaat.