Strategi Respon Produksi Terhadap Permintaan Konsumen

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Banyak faktor yang menjadi penentu berhasil tidaknya atau dapat bertahan tidaknya suatu usaha. Salah satu faktor terpenting adalah konsumen. Oleh karenanya, pengusaha selaku pelaku usaha harus mengerti dan memahami apa permintaan konsumen. Permintaan konsumen berkaitan dengan keinginan konsumen untuk memenuhi kebutuhannya akan suatu produk barang atau jasa, yang sifatnya tidak tentu dan tidak terbatas.

Untuk dapat memenuhi permintaan konsumen tersebut dibutuhkan suatu strategi yang tepat. Strategi mana akan sangat berkaitan dengan "supply chain atau rantai pasokan", yaitu representasi dari jaringan atau rantai yang membentuk suatu hubungan antara produsen, distributor, supplier, sampai akhirnya ke konsumen. Untuk menjamin kebersinambungan supply chain sehingga permintaan konsumen akan salalu terpenuhi dibutuhkan suatu "supply chain management (manajemen rantai pasokan), yang merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi koordinasi, penjadwalan, dan pengendalian terhadap pengadaan, produksi, persediaan, dan pengiriman produk ataupun layanan jasa kepada konsumen yang mencakup administrasi harian, operasi, logistik, dan pengolahan informasi mulai dari konsumen hingga ke pemasok. 


Penerapan supply chain management yang baik akan menghindarkan pengusaha dari fenomena "the bullwhip effect", yaitu terjadinya fluktuasi kecil pada permintaan di tingkat pasar retail yang akan mengakibatkan fluktuasi besar pada permintaan di tingkat grosir, supplier, produsen, dan distributor. Implikasi the bullwhip effect terhadap supply chain adalah :
  • terjadinya kelebihan persediaan produk barang akan berpotensi timbulnya barang terbuang, sedangkan kekurangan persediaan produk barang akan menyebabkan menurunnya customer experience sehingga permintaan akan produk barang akan menurun juga.


Pengertian Strategi Respon Produksi Terhadap Permintaan Konsumen. Menggunakan strategi safety stock atau menyimpan persediaan pada jumlah yang dirasakan aman bukanlah satu solusi, karena hal tersebut akan mengakibatkan gali lubang tutup lubang dalam memenuhi permintaan konsumen. Pada umumnya, strategi yang digunakan dalam melakukan respon produksi terhadap permintaan konsumen antara masing-masing perusahaan adalah berbeda-beda. Strategi respon produksi terhadap permintaan konsumen merupakan tanggapan (respon) dari suatu perusahaan dalam merealisasikan permintaan konsumen sesuai dengan waktu dan jumlah yang diperlukan. 

Baca juga : Biaya Produksi

Jenis Strategi Respon Produksi Terhadap Permintaan Konsumen. Secara umum, terdapat beberapa strategi yang dapat digunakan oleh suatu perusahaan dalam melakukan respon produksi terhadap permintaan konsumen. Beberapa strategi tersebut adalah sebagai berikut :
  • menentukan standar yang dibutuhkan untuk pengelolaan permintaan. 
  • memastikan semua proses berjalan dengan baik.
  • tidak terlalu bergantung kepada prediksi (ramalan) secara penuh.
  • mengembangkan produk komplementer.
  • membuat standar operasional yang mudah dinilai dan diminati.
  • melakukan proses kolaboratif, tidak hanya bertumpu pada soal statistik.
  • menjadikan kesalahan prediksi untuk umpan balik (feedback) yang positif.
  • menghasilkan produk yang berkualitas.
  • melakukan riset dengan selalu melihat kebutuhan pasar.
  • memberikan penawaran produk untuk konsumen baru.


Sedangkan pada perusahaan manufakturing, strategi respon produksi terhadap permintaan konsumen yang digunakan pada umumnya dapat dibedakan menjadi lima jenis, yaitu :

1. Design to Order (DTO).
Design to order atau Engineering to Order (ETO) merupakan strategi respon produksi terhadap pemenuhan permintaan konsumen yang di mulai dari proses perancangan produk sesuai spesifikasi yang dibutuhkan oleh konsumen, hingga diproduksi dan dikirim ke tangan konsumen. Dalam strategi jenis ini, perusahaan manufakturing baru akan melakukan proses perancangan atau design dan melakukan proses produksi apabila ada permintaan yang pasti dari konsumen. Strategi jenis ini cocok untuk perusahaan manufakturing yang memproduksi produk-produk  yang baru atau produk yang unik. Keuntungan dari strategi design to order diantaranya adalah perusahaan tidak mempunyai persediaan  (inventory) sehingga biaya persediaan bisa dikatakan tidak ada.

2. Assembly to Order (ATO).
Assembly to order merupakan strategi respon produksi terhadap pemenuhan permintaan konsumen di mana perusahaan manufakturing membuat modul-modul standar atau sub-assembly yang standar sehingga apabila dibutuhkan dapat merespon dengan cepat setiap permintaan konsumen. Strategi jenis ini cocok untuk perusahaan manufakturing yang bergerak dalam produk modular, di mana beberapa produk akhir membentuk modul-modul umum (common modules), seperti produk komputer. Kelemahan dari strategi assembly to order diantaranya adalah membutuhkan tempat yang aman untuk menyimpan persediaan (inventory) modul-modul standar yang tersebut.

3. Make to Order (MTO).
Make to order merupakan strategi respon produksi terhadap pemenuhan permintaan konsumen di mana perusahaan manufaktur hanya akan melaksanakan proses produksi apabila menerima konfirmasi pesanan dari konsumen untuk suatu produk barang tertentu. Perbedaannya dengan design to order adalah dalam make to order proses produksi tidak dimulai dari proses perancangan atau design, karena produk yang diminta oleh konsumen pada dasarnya sudah pernah diproduksi sebelumnya atau dengan kata lain, perancangannya sudah siap sebelumnya.

4. Make to Stock (MTS).
Make to stock merupakan strategi respon produksi terhadap pemenuhan permintaan konsumen di mana perusahaan manufakturing telah melakukan proses produksi menjadi produk barang-barang jadi sebelum adanya pemesanan dari konsumen. Sehingga apabila ada pesanan produk barang dimaksud dari konsumen, perusahaan manufakturing dapat langsung mengirimkan produk barang tersebut kepada konsumen. Strategi jenis ini sering digunakan oleh perusahaan manufakturing yang membuat barang-barang konsumsi, seperti peralatan rumah tangga, bahan-bahan pokok, dan lain-lain. Kelemahan dari strategi make to order diantaranya adalah membutuhkan biaya produksi yang besar untuk memproduksi barang sebagai persediaan (inventory). Sedangkan kelebihan dari strategi make to order diantaranya adalah dapat dengan cepat merespon permintaan konsumen. Pada umumnya, perusahaan manufakturing yang menerapkan strategi make to order memiliki sistem peramalan yang akurat sehingga dapat mengurangi atau menekan tingkat resiko (kerugiaan) yang dihadapinya.

5. Make to Demand (MTD).
Make to demand merupakan strategi respon yang relatif baru. Strategi ini dikembangkan untuk memenuhi permintaan konsumen dengan cepat dan lebih fleksibel, Pada strategi make to demand, perusahaan manufakturing dapat menyerahkan jumlah barang yang dibutuhkan konsumen pada waktu yang tepat sesuai dengan permintaan konsumen. Strategi ini pada dasarnya adalah gabungan dari beberapa strategi respon yang lain. Dalam strategi make to demand ketergantungan pada situasi kompetitif, rancangan (design), bahan-bahan baku (raw materials), komponen-komponen, modul atau sub-assembly, maupun produk jadi (produk akhir) dapat disimpan sebagai persediaan (inventory), asalkan tetap memperhitungkan efisiensi dan efektivitas dari sistem persediaan (inventory) tersebut. Strategi  make to demand biasanya meliputi penerapan beberapa sistem produksi modern seperti sistem just in time, lean manufacturing, dan lain sebagainya. Tantangan dari make to demand  adalah bagaimana memperhitungkan dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam suatu persediaan (inventory).  

Baca juga : Manajemen Produksi

Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian dan jenis strategi respon produksi terhadap permintaan konsumen.

Semoga bermanfaat.