1. Mangatasi Emosi Marah.
Marah adalah suatu keadaan emosional yang intensitasnya beragam, mulai dari perasaan terganggu yang ringan, hingga amarah yang ekstrem dan mengandung kekerasan, dan marah pada umumnya terjadi dengan spontan, tanpa direncanakan.
Marah adalah suatu keadaan emosional yang intensitasnya beragam, mulai dari perasaan terganggu yang ringan, hingga amarah yang ekstrem dan mengandung kekerasan, dan marah pada umumnya terjadi dengan spontan, tanpa direncanakan.
Ada banyak faktor yang memicu munculnya emosi marah, misalnya saja merasa tertekan, terhina, terhambat, dibatasi, dicegah, frustasi, adanya penyimpangan norma, dan lain-lain. Tidak sedikit orang yang menyesal setelah mengumbar emosi marahnya, seperti mengamuk, merusak suatu barang karena dipicu emosi marahnya. Terkadang, pelakunya sendiri tidak sadar, kenapa dia bisa melakukan hal-hal tidak pantas tersebut. Oleh karenanya, marah merupakan salah satu bentuk emosi yang harus diwaspadai. Marah merupakan respons normal terhadap perasaan terancam atau frustasi. Setiap orang akan selalu sampai pada situasi yang memancing kemarahan, sulit untuk meniadakan sama sekali amarah dari kehidupan manusia. sebagian orang bahkan beranggapan bahwa memiliki sifat amarah dikatakan sebagai seorang pemberani. Persepsi itu jelaslah sangat keliru. Seorang pemberani yang sejati adalah orang yang dapat menguasi diri dan emosinya ketika ia sedang marah.
Perasaan-perasaan yang mendasari reaksi marah sesungguhnya membuat anda merasa rentan dan lemah. Dengan marah, anda merasa kuat dan memegang kendali, meskipun hanya sejenak. Itu sebabnya orang mudah tergelincir ke dalam situasi marah. Marah dianggap sebagai salah satu jenis emosi yang paling dasar dan bersifat universal, serta sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari agresi, kekejaman, dan kekerasan. Pada dasarnya, emosi amarah yang berlebihan dan tidak terkontrol dapat memperburuk kondisi kesehatan, terutama rentan terhadap serangan jantung dan stroke. Dari hasil penelitian Harvard Medical School menunjukkan bahwa orang yang sering mudah marah berpeluang tiga kali lipat terserang penyakit jantung. Terlalu banyak emosi marah di usia muda, bisa menjadi predictor yang baik terhadap terjadinya serangan jantung pada hari tua. Semakin tinggi intensitas marah seseorang, semakin tinggi pula resikonya. Hal itu disebabkan karena emosi marah yang berlebihan dapat mendorong meningkatkan detak jantung, membanjirnya hormon, seperti adrenalin, sehingga membangkitkan energi yang luar biasa.
Meskipun emosi amarah selalu tidak baik dan cenderung merugikan bagi diri sendiri dan orang lain, namun emosi amarah tidak mutlak dilarang. Kita hanya perlu untuk mengetahui dan memahami kondisi amarah itu sendiri, sehingga membawa nilai yang positif. Emosi marah juga perlu untuk dikelola dan disikapi dengan baik agar tidak merugikan dirinya dan orang lain. Sebagian orang merasa bahwa menahan emosi amarah merupakan pekerjaan yang sangat sulit dilakukan, namun untuk sebagian orang lainnya, mungkin sudah terbiasa dengan menahan emosi amarahnya. Selalu menahan dan menyimpan emosi marah juga tidak baik bagi kehidupan kedepannya. Karena suatu saat akumulasi dari emosi marah tersebut bisa pecah dan orang tersebut bisa melakukan hal-hal yang lebih parah.
Oleh sebab itu, ketika kita merasakan emosi marah, segeralah dihilangkan atau disalurkan pada hal-hal yang positif, yang tidak melanggar norma hukum dan tidak merugikan orang lain.
2. Nilai Positif dari Emosi Marah.
Secara umum emosi amarah memiliki dampak buruk, namun apabila emosi amarah ini mampu dikontrol dengan baik dan ditempatkan sebagaimana mestinya, maka emosi amarah akan memberikan kontribusi bagi perkembangan kepribadian dan pemikiran anda. Beberapa nilai positif yang dapat diambil dari emosi amarah adalah sebagai berikut :
- Marah dapat meningkatkan energi atau intensitas dalam mencapai tujuan. Marah membuat seseorang lebih bertenaga dan fokus, serta lebih semangat dalam mengejar tujuan.
- Ekspresi marah berguna dalam menyampaikan sesuatu. Anda bisa menyampaikan apa saja yang sedang anda rasakan saat amarah melanda. Anda juga dapat menunjukkan niat anda untuk menyerang atau berbuat destruktif, sehingga ekspresi marah anda tersebut akan digunakan oleh orang lain sebagai bahan pertimbangan untuk bertindak. Marah yang anda alami tersebut akan mempengaruhi tindakan orang lain selanjutnya.
- Ekspresi marah bisa digunakan untuk mengintimidasi orang lain, menghadirkan kesan kuat, dan menunjukkan ancaman. Keberhasilan dalam melakukan hal tersebut bisa membuat seseorang memperoleh sumber daya tertentu dan menghindari ancaman serta bahaya.
- Marah dapat mengurangi kecemasan dilukai atau disakiti. Ketika anda marah, perasaan tidak aman akan hilang. Marah juga dapat menghambat dan menghilangkan perasaan tidak memiliki harapan sampai timbulnya lagi kesadaran. Rasa tidak memiliki harapan akan tetap tersimpan sebagai ketidaksadaran dengan munculnya amarah.
- Mengingat tanda-tanda kemarahan dari diri orang lain, membuat anda bisa menggunakan strategi pemecahan masalah yang efektif dalam menyelesaikan konflik.
3. Dampak Buruk Emosi Marah.
Selain mempunyai nilai positif, emosi marah tentunya juga mempunyai dampak buruk bagi kehidupan manusia. Dampak buruk emosi marah bagi manusia adalah sebagai berikut :
a. Menyebabkan Tekanan Darah Tinggi.
Berbagai penelitian telah menunjukkan betapa amarah, apapun pemicunya, bisa menyebabkan tekanan darah tinggi. Pada orang yang marah, bagian hipotalamus di otak akan mengeluarkan hormon stres, baik berupa adrenalin maupun non adrenalin. Hormon ini pada gilirannya ikut meningkatkan denyut jantung dan juga peningkatan tekanan darah yang dapat mengakibatkan penebalan dinding pembuluh ateri, pembentukan bekuan dalam pembuluh darah, serta aterosklerosis atau pengerasan pembuluh darah ateri. Ketiga hal tersebut merupakan faktor yang paling bertanggung jawab dalam menyebabkan stroke, jantung koroner, dan berbagai penyakit degeneratif lainnya.
Gejala-gejala tersebut juga dapat membuat pembuluh darah, terutama di arteri leher (carotid) mengalami penebalan sehingga akan menyempitkan jalur pembuluh darah. Akibatnya, muncul beragam masalah yang berkenaan dengan jantung dan pembuluh darah. Penebalan arteri semacam itu normalnya muncul menyertai proses penuaan. Selain itu, terlalu sering marah juga akan mempercepat proses arteriosklerosis atau penimbunan lemak di pembuluh darah. Ia menjelaskan bahwa hal tersebut terjadi karena saat seseorang tengah marah maka jantung memompa terlalu cepat, pembuluh darah mengkerut, dan tekanan darah naik. Selain itu, saat emosi sedang meledak-ledak, kadar glukosa dalam darah juga ikut naik dan memunculkan lebih banyak titik lemak di pembuluh darah. Itulah sebabnya mengapa para ahli meyakini bahwa kemarahan sedikit banyak turut menyebabkan rusaknya dinding ateri.
Gejala-gejala tersebut juga dapat membuat pembuluh darah, terutama di arteri leher (carotid) mengalami penebalan sehingga akan menyempitkan jalur pembuluh darah. Akibatnya, muncul beragam masalah yang berkenaan dengan jantung dan pembuluh darah. Penebalan arteri semacam itu normalnya muncul menyertai proses penuaan. Selain itu, terlalu sering marah juga akan mempercepat proses arteriosklerosis atau penimbunan lemak di pembuluh darah. Ia menjelaskan bahwa hal tersebut terjadi karena saat seseorang tengah marah maka jantung memompa terlalu cepat, pembuluh darah mengkerut, dan tekanan darah naik. Selain itu, saat emosi sedang meledak-ledak, kadar glukosa dalam darah juga ikut naik dan memunculkan lebih banyak titik lemak di pembuluh darah. Itulah sebabnya mengapa para ahli meyakini bahwa kemarahan sedikit banyak turut menyebabkan rusaknya dinding ateri.
b. Menyebabkan Serangan Jantung.
Ketika kita marah, jantung kita akan berdetak lebih kencang. Dalam keadaan emosi yang tidak terkendali seperti itu, jantung kita seperti dipaksa untuk memompa lebih cepat hingga organ ini berdenyut begitu kerasnya. Semakin besar amarah kita dan semakin lama itu berlangsung terus menerus, maka dipastikan detak jantung juga semakin tak terkendali. Dalam kondisi seperti itulah resiko terjadinya kerusakan pada organ jantung juga akan semakin meningkat. Dampak negatif marah terhadap jantung adalah sebuah fakta yang tidak bisa dibantah lagi. Sebuah penelitian di Amerika menunjukkan bahwa pria yang bertemperamen keras lebih sering mengalami sakit jantung lebih dini dibanding pria yang lebih kalem. Studi yang melibatkan lebih dari seribu responden ini juga mengungkapkan fakta bahwa orang yang selalu dalam situasi marah, mudah tersinggung, dan tertekan akan cenderung mengalami peningkatan resiko gangguan jantung sampai tiga kali lipat.
Dengan demikian, telah terbukti secara ilmiah bahwa marah itu memang dapat benar-benar membahayakan jantung. Letupan emosi yang meledak-ledak tak pelak akan menyulut jantung untuk kian cepat berdetak. Mekanisme ini sangat berbahaya jika terus terjadi berulang-ulang. Pada orang yang suka marah, tubuhnya akan menghasilkan banyak hormon adrenalin yang kemudian dilepaskan ke dalam darah. Hal ini pada gilirannya akan memicu organ-organ tubuh, termasuk jantung, untuk berkerja lebih keras seolah-olah tubuh tengah berada dalam keadaan berbahaya.
c. Menyebabkan Stroke.
Dalam dunia medis, stroke terjadi ketika otak tidak bisa berfungsi dengan baik karena kekurangan oksigen. Gangguan fungsi ini juga termasuk gangguan komunikasi antara otak dengan bagian-bagian tubuh yang lainnya. Dalam kondisi seperti inilah, jaringan otak lama kelamaan akan mengalami degenerasi (mati) karena berkurangnya pasokan oksigen dan darah. Gangguan pasokan darah ke otak ini terjadi akibat penyempitan dan penyumbatan di pembuluh darah atau pecahnya pembuluh darah.
Orang yang sering atau mudah marah, tentu jantungnya akan dipacu untuk bernapas dengan lebih cepat karena jantung harus menyuplai darah ke otak. Apabila pada saat yang bersamaan pelakunya juga mempunyai penyakit kolesterol, maka akan ada kemungkinan plak kolesterol yang lepas dan kemudian terbawa oleh aliran darah ke otak. Ketika plak ini sampai ke otak dan kemudian menghambat aliran darah ke salah satu bagian otak, bagian otak yang dipasoki oleh pembuluh darah yang tersumbat tersebut akan mati karena kekurangan pasokan oksigen. Mekanisme ini yang kemudian menimbulkan stroke.
d. Menyebabkan Gagal Ginjal.
Orang yang sering atau mudah marah, tentu jantungnya akan dipacu untuk bernapas dengan lebih cepat karena jantung harus menyuplai darah ke otak. Apabila pada saat yang bersamaan pelakunya juga mempunyai penyakit kolesterol, maka akan ada kemungkinan plak kolesterol yang lepas dan kemudian terbawa oleh aliran darah ke otak. Ketika plak ini sampai ke otak dan kemudian menghambat aliran darah ke salah satu bagian otak, bagian otak yang dipasoki oleh pembuluh darah yang tersumbat tersebut akan mati karena kekurangan pasokan oksigen. Mekanisme ini yang kemudian menimbulkan stroke.
d. Menyebabkan Gagal Ginjal.
Fungsi ginjal adalah untuk mempertahankan homeostasis yaitu keseimbangan cairan dan elektrolit, di dalam tubuh. Pada orang yang sering marah dan menderita hipertensi maka aliran darah yang menuju ke ginjal pasti juga semakin meningkat pula. Kondisi inilah yang sangat berbahaya bagi kesehatan.
Pembuluh darah kita memiliki batas ambang maksimal untuk dilewati darah. Ketika pembuluh darah itu secara terus menerus mendapatkan tekanan aliran darah yang sangat tinggi, maka otomatis akan terjadi vasodilatasi dan pada akhirnya pembuluh darah tersebut bisa mengalami kebocoran atau pecah akibat dari tekanan yang sangat kuat. Dalam kondisi pecah pembuluh darah itulah filter dari ginjal (glomerolus) akan mengalami kerusakan. Jika anda adalah penderita hipertensi akut dan kebetulan juga sering marah-marah, berhati-hatilah. Ketika penyakit ini mulai menggejala dan jika anda juga memiliki emosi yang cenderung meledak-ledak atau tidak mampu menahan emosi, bisa dipastikan tekanan darah semakin meningkat dan berpotensi pada pecahnya pembuluh darah.
e. Menyebabkan Kanker.
Emosi marah akan memicu munculnya sekian banyak penyakit yang akan membahayakan kesehatan kita. Salah satu penyakit yang bisa muncul akibat marah yang berlebih adalah kanker. Sudah lama para peneliti melakukan riset berkaitan antara orang yang mudah marah dengan kecenderungan untuk mudah terserang penyakit kanker.
Para peneliti dari Stanford University pernah melakukan satu percobaan unik. Dalam percobaan itu, sebuah selang pernafasan digunakan sebagai salah satu alat yang dimasukkan ke dalam hidung seseorang, lalu ia diminta untuk bernafas seperti biasa. Setelah itu, selang yang baru saja dimasukkan ke dalam hidung itu ditancapkan ke salju. Jika salju tidak berubah warna, berarti emosi orang itu sedang stabil. Jika salju semakin memutih, hal itu berarti menunjukkan orang itu sedang merasa bersalah. Tetapi, jika salju berubah menjadi ungu, itu berarti orang tersebut sedang marah. Salju yang berubah menjadi ungu itu kemudian disuntikkan ke dalam tubuh seekor tikus putih. Dalam waktu 1 - 2 menit, tikus itu ternyata mati. Komposisi salju yang berubah menjadi ungu itupun sudah diteliti.
Berdasarkan penelitian itulah diketahui bahwa marah itu bisa menyebabkan seseorang terserang penyakit kanker. Semakin durasi dan intensitas marah itu kuat, maka kemungkinan terjadinya penyakit kanker juga akan semakin meningkat. Dokter Li Feng dari Taiwan University Hospital mengatakan bahwa pada saat orang merasa bahagia, sel-sel tubuh akan semakin sempurna dan bulat, seperti anak muda berusia 18 tahun. Tapi, saat kita marah, sel tubuh akan berubah seperti orang usia 80 tahun, yaitu keriput dan menyusut. Dokter Li Feng juga mengatakan bahwa sel tubuh yang sehat dengan sel tubuh yang sakit sama sekali berlainan, sel kanker itu bentuknya tidak beraturan.
f. Menyebabkan Depresi dan Stres.
Ketika seseorang kekurangan tidur (jarang tidur) karena faktor insomnia, tentu hal tersebut akan menyebabkan pikiran negatif yang pada gilirannya akan memicu emosi. Ketika emosi berlebih itu terpicu, maka tidak hanya insomnia, tetapi masalah-masalah tidur lainnya pun akan berdatangan seiring dengan kekalutan perasaan dan emosi kita.
i. Menurunkan Metabolisme Tubuh.
Saat kita marah, apa yang kita rasakan pada tubuh kita ? Tentu yang ada adalah rasa letih atau capek. Baik tubuh maupun pikiran sama-sama terkuras energinya. Saat kita memendam atau melampiaskan rasa marah kita hingga berkepanjangan, rasa letih itu juga akan semakin terasa karena kita sudah banyak membuang energi. Dengan demikian, marah itu dapat membuat otot menjadi tegang dan menimbulkan kelelahan tubuh. Orang yang marah beberapa menit saja maka itu sebanding dengan bekerja berjam-jam. Energinya pasti cepat terkuras. Itulah sebabnya, ketika tubuh lelah akibat marah, maka yang terjadi adalah metabolisme tubuh menurun. Jika metabolisme tubuh menurun, tentu saja penyakit dari luar akan mudah memasuki tubuh. Pada saat kita marah, seluruh otot di tubuh juga akan ikut tegang. Dalam kondisi seperti itu, hati akan melepaskan gula lebih banyak sebagai bahan bakar otot. Sebagai akibat sampingnya, tekanan darah meninggi (untuk menyediakan asupan oksigen ke otot tubuh), keluar keringat, serta keseimbangan natrium dan kalium pun berubah. Dalam kondisi seperti inilah, kekebalan tubuh akan turun drastis. Selain itu, marah atau emosi dalam batas-batas yang berlebihan juga dapat mengacaukan pusat kendali pada sistem sekresi dalam. Akibatnya, sekresi hormon pada kelenjar gondok menjadi berlebihan. Kelenjar gondok sendiri merupakan organ penting dalam tubuh yang turut ambil bagian dalam proses metabolisme. Jika diproduksi secara seimbang, hormon ini tentu akan sangat berguna bagi tubuh. Sebaliknya, jika produksinya tidak terkontrol, seperti yang terjadi saat seseorang sedang marah, lama kelamaan dapat menimbulkan hyperthyrosis.
j. Melemahkan Fungsi Otak.
Marah juga dapat melemahkan fungsi otak, dalam arti fungsi-fungsi otak akan menurun drastis ketika seseorang memiliki temperamen yang mudah marah. Ketika marah, pasokan darah di dalam otak berkurang karena darah lebih banyak mengalir pada otot-otot besar. Inilah sebabnya mengapa orang yang sedang marah biasanya mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi. Pelaku juga tidak dapat mengontrol tindakan-tindakannya sehingga ia cenderung merugikan diri sendiri dan orang lain. Begitulah pengaruh marah pada otak. Kita yang semula kritis dan memiliki pertimbangan matang, tiba-tiba berubah seperti orang bodoh yang tidak tahu apa-apa. Yang ada dalam pikiran kita cuma cara melampiaskan kemarahan kita. Apa konsekuensi dari tindakan tersebut, sudah tidak dipikirkan lagi. Seolah-olah, tiba-tiba saja pikiran kita menjadi tumpul dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Hal ini disebabkan karena pada saat marah otak kita tidak lagi mampu memikirkan dampak buruk dari perbuatan kita.Dengan demikian, emosi marah itu memang dapat merusak ritme kerja otak yang normal. Kebiasaan marah juga dapat menghalangi stimulan terhadap otak besar yang dapat mempercepat penuaan sel otak dan melemahkan fungsi otak. Selain itu, sejumlah besar darah yang mengalir deras ke otak saat kita sedang marah dapat membuat beban pembuluh darah otak bertambah. Di saat demikian, racun yang terkandung dalam darah akan meningkat, dan kandungan oksigen dalam darah akan berkurang. Komposisi ini tentu saja tidak baik bagi sel-sel otak.
k. Menyebabkan Penyakit Gusi.
Kita mungkin tidak pernah membayangkan betapa marah itu memiliki pengaruh yang cukup luas bagi kesehatan tubuh. Tidak hanya menyebabkan berbagai penyakit degeneratif seperti tekanan darah tinggi, jantung, ginjal, dan stroke yang sudah umum terjadi. Marah juga bisa berpengaruh pada kesehatan gusi. Mungkin terdengar aneh dan tidak saling berkaitan, namun begitulah faktanya. Berdasarkan survey yang dipublikasikan di Journal of the American Dental Association, ditemukan hubungan yang sangat kuat antara marah dan penyakit gusi. Survey ini dilakukan terhadap lebih dari 42.500 ahli kesehatan profesional, di mana hampil 60 % dari sukarelawan adalah dokter gigi,20 % dokter hewan, dan sisanya adalah apoteker, dokter mata, dokter osteopati, dan ahli penyakit kaki. Ketika studi dimulai, tak satupun sukarelawan tersebut yang memiliki penyakit gusi. Namun dalam kurun waktu 4 tahun, 1.100 dari mereka menyatakan setidaknya memiliki satu serangan penyakit gusi atau periodontitis. Penyakit gusi yang dialami para responden sama halnya dengan penyakit gusi yang dialami oleh masyarakat umum, yaitu sebuah infeksi yang menyerang jaringan yang menyokong gigi. Dalam penelitian tersebut diungkapkan juga bahwa lelaki yang mengatakan mereka marah dalam setiap harinya ternyata memiliki resiko 43 % lebih besar untuk terkena penyakit gusi.
Lelaki yang mencetak skor marah tertinggi berisiko lebih banyak terkena penyakit gusi hingga 72 % dibanding lelaki yang mencetak skor marah terendah. Dan lelaki yang dilaporkan memiliki setidaknya satu teman dekat memiliki 30 % risiko terkena penyakit gusi ketimbang mereka yang memiliki teman yang lebih banyak. Sedangkan, partisipan yang mengikuti acara keagamaan secara rutin mampu memangkas risiko penyakit gusi hingga 27 %. Berdasarkan fakta tersebut maka dunia medis mulai memperhatikan kembali kaitan atau pengaruh marah pada kesehatan gusi. Jadi, kita harus hati-hati dalam menumpahkan rasa marah kita yang ditimbulkan oleh sesuatu. Sebab, marah itu bisa mengganggu kesehatan gusi. Ketika gusi sudah berpenyakit, tentu masalah-masalah batu akan muncul, seperti sakit gisi, bau mulut, dan lain sebagainya.
l. Merusak Kulit.
Mungkin tidak terpikirkan oleh kita bahwa ternyata emosi marah juga berhubungan dengan masalah kulit. Artinya, saat kita marah dalam durasi waktu yang lama (berlarut-larut), maka kulit kita akan terserang gangguan penyakit. Saat kita emosi, sejumlah besar darah akan mengalir deras ke muka. Dalam kondisiyang demikian itulah kandungan oksigen dalam darah menurun, sedangkan kandungan asam lemak bebas dan racun dalam darah bertambah. Racun ini dapat menstimulan kantung bulu dan kemudian menyebabkan tingkat radang dalam yang tidak sama di sekitar kantung bulu. Akibatnya, timbul noda kusam pada kulit dengan gangguan-gangguan kulit lainnya. Sebagaimana yang sering kita dengan, bahwa marah dapat membuat orang cepat tua. Ternyata hal tersebut ada benarnya. Wajah yang sebenarnya masih muda bisa berubah menjadi kusam dan terlihat keriput saat seseorang marah hingga meledak-ledak. Ekspresi marah membuat otot-otot kulit wajah menjadi sering berkontraksi sehingga meninggalkan garis-garis halus. Inilah sebabnya kulit tidak lagi kencang.
Dengan demikian, marah itu berhubungan dengan penuaan dini. Bahkan, menurut sebuah penelitian, ketika marah itu berujung pada stres maka dampaknya pada wajah ialah munculnya keriput. Sedangkan keriput sebagaimana yang kita ketahui, biasanya muncul akibat proses penuaan yang membuat tubuh lebih lambat memperbarui sel-sel kulit. Karena itu, jangan heran jika ada orang yang wajahnya keriput padahal usianya masih relatif muda, Dalam analisa medis, orang yang suka marah akan menimbulkan garis-garis kerutan pada bagian dahi. Jika terlalu sering marah, maka akan memunculkan keriput di bagian dahi dan wajah secara umum. Keriput tersebut akan terlihat lebih jelas seiring dengan intensitas emosi negatif kita. Semakin emosi itu tak terkendali, maka potensi terjadinya keriput pada wajah juga semakin tinggi. Pada tahap yang lebih parah, yaitu marah yang berujung stres, sebuah penelitian yang dilakukan tahun 2004, menunjukkan bahwa telomere (struktur di ujung kromosom yang memperpendek penuaan) akan semakin memendek pada orang-orang yang mengalami stres psikologis jangka panjang sehingga memicu terjadinya penuaan sel secara prematur. Dengan demikian, emosi marah memang sangat berbahaya bagi kesehatan kulit. Tentang fakta hubungan emosi dan penyakit kulit, berikut ini adalah fakta-fakta yang diungkap oleh sebuah penelitian sebagaimana dilansir situs ecommunity.com.
m. Membahayakan Lambung.
Pembuluh darah kita memiliki batas ambang maksimal untuk dilewati darah. Ketika pembuluh darah itu secara terus menerus mendapatkan tekanan aliran darah yang sangat tinggi, maka otomatis akan terjadi vasodilatasi dan pada akhirnya pembuluh darah tersebut bisa mengalami kebocoran atau pecah akibat dari tekanan yang sangat kuat. Dalam kondisi pecah pembuluh darah itulah filter dari ginjal (glomerolus) akan mengalami kerusakan. Jika anda adalah penderita hipertensi akut dan kebetulan juga sering marah-marah, berhati-hatilah. Ketika penyakit ini mulai menggejala dan jika anda juga memiliki emosi yang cenderung meledak-ledak atau tidak mampu menahan emosi, bisa dipastikan tekanan darah semakin meningkat dan berpotensi pada pecahnya pembuluh darah.
e. Menyebabkan Kanker.
Emosi marah akan memicu munculnya sekian banyak penyakit yang akan membahayakan kesehatan kita. Salah satu penyakit yang bisa muncul akibat marah yang berlebih adalah kanker. Sudah lama para peneliti melakukan riset berkaitan antara orang yang mudah marah dengan kecenderungan untuk mudah terserang penyakit kanker.
Para peneliti dari Stanford University pernah melakukan satu percobaan unik. Dalam percobaan itu, sebuah selang pernafasan digunakan sebagai salah satu alat yang dimasukkan ke dalam hidung seseorang, lalu ia diminta untuk bernafas seperti biasa. Setelah itu, selang yang baru saja dimasukkan ke dalam hidung itu ditancapkan ke salju. Jika salju tidak berubah warna, berarti emosi orang itu sedang stabil. Jika salju semakin memutih, hal itu berarti menunjukkan orang itu sedang merasa bersalah. Tetapi, jika salju berubah menjadi ungu, itu berarti orang tersebut sedang marah. Salju yang berubah menjadi ungu itu kemudian disuntikkan ke dalam tubuh seekor tikus putih. Dalam waktu 1 - 2 menit, tikus itu ternyata mati. Komposisi salju yang berubah menjadi ungu itupun sudah diteliti.
Berdasarkan penelitian itulah diketahui bahwa marah itu bisa menyebabkan seseorang terserang penyakit kanker. Semakin durasi dan intensitas marah itu kuat, maka kemungkinan terjadinya penyakit kanker juga akan semakin meningkat. Dokter Li Feng dari Taiwan University Hospital mengatakan bahwa pada saat orang merasa bahagia, sel-sel tubuh akan semakin sempurna dan bulat, seperti anak muda berusia 18 tahun. Tapi, saat kita marah, sel tubuh akan berubah seperti orang usia 80 tahun, yaitu keriput dan menyusut. Dokter Li Feng juga mengatakan bahwa sel tubuh yang sehat dengan sel tubuh yang sakit sama sekali berlainan, sel kanker itu bentuknya tidak beraturan.
f. Menyebabkan Depresi dan Stres.
Marah yang terus menerus juga bisa memicu depresi. Resiko akan semakin meningkat ketika rasa kemarahan tersebut dipendam. Di sini bisa disimpulkan bahwa memang ada korelasi yang kuat antara kemarahan dengan munculnya depresi itu sendiri. Depresi adalah kondisi kejiwaan ketika seseorang mengalami rasa putus asa dalam level yang begitu parah sehingga ia seperti kehilangan harapan dan semangat dalam kehidupannya. Ketika depresi menyerang, bisa dipastikan akan muncul serangkaian perilaku yang membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Terkadang orang menggunakan amarah untuk meluapkan perasaan depresi dan ketidakberdayaannya. Hubungan antara keduanya inilah yang makin mengindikasikan betapa amarah itu bukanlah rasa alamiah yang menyehatkan. Ketika emosi yang meledak-ledak itu mengakibatkan stres, maka konsekuensi yang harus ditanggung penderita tentunya juga akan semakin berat.
Dunia medis sudah membuktikan tentang hal tersebut. Berikut ini fakta-fakta tentang dampak buruk stres yang telah terungkap dalam dunia medis. Stres dapat menimbulkan kram menstruasi. Wanita yang mengalami stres dua kali lebih mungkin terkena kram menstruasi yang menyakitkan.
g. Membahayakan Paru-Paru.
Dalam sebuah penelitian, disebutkan bahwa efek dari marah itu bisa membahayakan paru-paru. Walaupun tidak disebutkan ukuran marah yang seperti apa yang bisa membahayakan paru-paru, namun hal ini penting kita jadikan pelajaran. Artinya, sifat mudah tersinggung dan cepat reaktif atas segala sesuatu sangat berpotensi menimbulkan penyakit paru-paru. Sebuah penelitian yang pernah dilakukan di Harvard School of Public Health di Boston, Massachusetts , Amerika yang berlangsung selama 8 tahun dan melibatkan 670 responden laki-laki, dengan rentang usia antara 45 - 86 tahun.
Pada akhir penelitian menyimpulkan bahwa responden yang sering mengalami gejolak emosi dan memendam kemarahan ternyata turut mengalami penurunan fungsi paru-paru secara drastis. Para peneliti menggunakan sistem angka untuk mengukur tingkat emosi setiap responden, kemudian mereka mengukur kekuatan kerja paru-paru mereka sebanyak tiga kali. Setelah digabungkan dengan faktor lain, yaitu gaya hidup yang tidak sehat, terbukti bahwa kemarahan dan permusuhan dapat menimbulkan efek negatif bagi tubuh. Sebagaimana dikatakan oleh Dr. Rosalind Wright, pemimpin penelitian tersebut, bahwa selain menurunkan fungsi paru-paru, emosi negatif seperti marah juga dapat mengubah proses biologis manusia dan menurunkan sistem kekebalan tubuh yang mengakibatkan peradangan kronis.
h. Menyebabkan Susah Tidur atau Insomnia.
Orang yang sering marah memiliki kecenderungan memendam kebencian yang berlebih. Terhadap orang-orang yang tidak disukainya, rasa kesal dan kebenciannya bahkan begitu meluap-luap. Bisa jadi, seluruh pikirannya dipenuhi oleh rasa benci dan ketidak-senangan yang sangat besar terhadap orang atau objek yang dibenci. Akibatnya pelakunya akan mengalami berbagai gangguan kesehatan, misalnya susah tidur atau insomnia. Dengan begitu banyaknya pikiran negatif di kepala dan kegelisahan yang dirasakan, maka memang terasa sulit untuk bisa terlelap tidur. Pikiran akan selalu terbayang pada hal-hal yang dibenci atau tidak disukai. Orang-orang yang tidur dengan membawa rasa amarah karena sejumlah persoalan yang dihadapi, dijamin tidurnya juga tidak akan nyenyak.Dunia medis sudah membuktikan tentang hal tersebut. Berikut ini fakta-fakta tentang dampak buruk stres yang telah terungkap dalam dunia medis. Stres dapat menimbulkan kram menstruasi. Wanita yang mengalami stres dua kali lebih mungkin terkena kram menstruasi yang menyakitkan.
- Memicu ngilu pada rahang, terutama muncul saat kita tidur.
- Menimbulkan mimpi aneh. Ketika kita stres, maka kita akan sering terbangun dari tidur sehingga proses tidur menjadi terputus-putus. Mimpi buruk atau menyeramkan bisa terjadi di sela-selanya.
- Orang yang stres lebih beresiko mengalami gusi berdarah. Pelepasan banyak hormon stres yang disebut kortisol melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga bakteri mudah menyerang gusi.
- Stres menyebabkan ketidakseimbangan hormon yang memicu timbulnya jerawat.
- Stres membuat orang jadi suka makan yang manis-manis. Hal ini tentunya berbahaya, terutama pada penderita stres yang juga penderita diabetes.
- Orang yang stres dua kali lebih berisiko mengalami gatal-gatal di kulit dan terkena dermatitis, eksim, atau psoriasis yang lebih parah.
- Alergi yang parah, hormon stres memicu produksi lgE, protein yang menyebabkan alergi.
- Sakit perut, kecemasan dan stres dapat menyebabkan nyeri lambung, sakit kepala, dan punggung serta dapat menyebabkan insomnia. Kenaikan hormon stres juga dapat memicu penyakit mag.
g. Membahayakan Paru-Paru.
Pada akhir penelitian menyimpulkan bahwa responden yang sering mengalami gejolak emosi dan memendam kemarahan ternyata turut mengalami penurunan fungsi paru-paru secara drastis. Para peneliti menggunakan sistem angka untuk mengukur tingkat emosi setiap responden, kemudian mereka mengukur kekuatan kerja paru-paru mereka sebanyak tiga kali. Setelah digabungkan dengan faktor lain, yaitu gaya hidup yang tidak sehat, terbukti bahwa kemarahan dan permusuhan dapat menimbulkan efek negatif bagi tubuh. Sebagaimana dikatakan oleh Dr. Rosalind Wright, pemimpin penelitian tersebut, bahwa selain menurunkan fungsi paru-paru, emosi negatif seperti marah juga dapat mengubah proses biologis manusia dan menurunkan sistem kekebalan tubuh yang mengakibatkan peradangan kronis.
h. Menyebabkan Susah Tidur atau Insomnia.
Ketika seseorang kekurangan tidur (jarang tidur) karena faktor insomnia, tentu hal tersebut akan menyebabkan pikiran negatif yang pada gilirannya akan memicu emosi. Ketika emosi berlebih itu terpicu, maka tidak hanya insomnia, tetapi masalah-masalah tidur lainnya pun akan berdatangan seiring dengan kekalutan perasaan dan emosi kita.
i. Menurunkan Metabolisme Tubuh.
Saat kita marah, apa yang kita rasakan pada tubuh kita ? Tentu yang ada adalah rasa letih atau capek. Baik tubuh maupun pikiran sama-sama terkuras energinya. Saat kita memendam atau melampiaskan rasa marah kita hingga berkepanjangan, rasa letih itu juga akan semakin terasa karena kita sudah banyak membuang energi. Dengan demikian, marah itu dapat membuat otot menjadi tegang dan menimbulkan kelelahan tubuh. Orang yang marah beberapa menit saja maka itu sebanding dengan bekerja berjam-jam. Energinya pasti cepat terkuras. Itulah sebabnya, ketika tubuh lelah akibat marah, maka yang terjadi adalah metabolisme tubuh menurun. Jika metabolisme tubuh menurun, tentu saja penyakit dari luar akan mudah memasuki tubuh. Pada saat kita marah, seluruh otot di tubuh juga akan ikut tegang. Dalam kondisi seperti itu, hati akan melepaskan gula lebih banyak sebagai bahan bakar otot. Sebagai akibat sampingnya, tekanan darah meninggi (untuk menyediakan asupan oksigen ke otot tubuh), keluar keringat, serta keseimbangan natrium dan kalium pun berubah. Dalam kondisi seperti inilah, kekebalan tubuh akan turun drastis. Selain itu, marah atau emosi dalam batas-batas yang berlebihan juga dapat mengacaukan pusat kendali pada sistem sekresi dalam. Akibatnya, sekresi hormon pada kelenjar gondok menjadi berlebihan. Kelenjar gondok sendiri merupakan organ penting dalam tubuh yang turut ambil bagian dalam proses metabolisme. Jika diproduksi secara seimbang, hormon ini tentu akan sangat berguna bagi tubuh. Sebaliknya, jika produksinya tidak terkontrol, seperti yang terjadi saat seseorang sedang marah, lama kelamaan dapat menimbulkan hyperthyrosis.
j. Melemahkan Fungsi Otak.
Marah juga dapat melemahkan fungsi otak, dalam arti fungsi-fungsi otak akan menurun drastis ketika seseorang memiliki temperamen yang mudah marah. Ketika marah, pasokan darah di dalam otak berkurang karena darah lebih banyak mengalir pada otot-otot besar. Inilah sebabnya mengapa orang yang sedang marah biasanya mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi. Pelaku juga tidak dapat mengontrol tindakan-tindakannya sehingga ia cenderung merugikan diri sendiri dan orang lain. Begitulah pengaruh marah pada otak. Kita yang semula kritis dan memiliki pertimbangan matang, tiba-tiba berubah seperti orang bodoh yang tidak tahu apa-apa. Yang ada dalam pikiran kita cuma cara melampiaskan kemarahan kita. Apa konsekuensi dari tindakan tersebut, sudah tidak dipikirkan lagi. Seolah-olah, tiba-tiba saja pikiran kita menjadi tumpul dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Hal ini disebabkan karena pada saat marah otak kita tidak lagi mampu memikirkan dampak buruk dari perbuatan kita.Dengan demikian, emosi marah itu memang dapat merusak ritme kerja otak yang normal. Kebiasaan marah juga dapat menghalangi stimulan terhadap otak besar yang dapat mempercepat penuaan sel otak dan melemahkan fungsi otak. Selain itu, sejumlah besar darah yang mengalir deras ke otak saat kita sedang marah dapat membuat beban pembuluh darah otak bertambah. Di saat demikian, racun yang terkandung dalam darah akan meningkat, dan kandungan oksigen dalam darah akan berkurang. Komposisi ini tentu saja tidak baik bagi sel-sel otak.
k. Menyebabkan Penyakit Gusi.
Kita mungkin tidak pernah membayangkan betapa marah itu memiliki pengaruh yang cukup luas bagi kesehatan tubuh. Tidak hanya menyebabkan berbagai penyakit degeneratif seperti tekanan darah tinggi, jantung, ginjal, dan stroke yang sudah umum terjadi. Marah juga bisa berpengaruh pada kesehatan gusi. Mungkin terdengar aneh dan tidak saling berkaitan, namun begitulah faktanya. Berdasarkan survey yang dipublikasikan di Journal of the American Dental Association, ditemukan hubungan yang sangat kuat antara marah dan penyakit gusi. Survey ini dilakukan terhadap lebih dari 42.500 ahli kesehatan profesional, di mana hampil 60 % dari sukarelawan adalah dokter gigi,20 % dokter hewan, dan sisanya adalah apoteker, dokter mata, dokter osteopati, dan ahli penyakit kaki. Ketika studi dimulai, tak satupun sukarelawan tersebut yang memiliki penyakit gusi. Namun dalam kurun waktu 4 tahun, 1.100 dari mereka menyatakan setidaknya memiliki satu serangan penyakit gusi atau periodontitis. Penyakit gusi yang dialami para responden sama halnya dengan penyakit gusi yang dialami oleh masyarakat umum, yaitu sebuah infeksi yang menyerang jaringan yang menyokong gigi. Dalam penelitian tersebut diungkapkan juga bahwa lelaki yang mengatakan mereka marah dalam setiap harinya ternyata memiliki resiko 43 % lebih besar untuk terkena penyakit gusi.
Lelaki yang mencetak skor marah tertinggi berisiko lebih banyak terkena penyakit gusi hingga 72 % dibanding lelaki yang mencetak skor marah terendah. Dan lelaki yang dilaporkan memiliki setidaknya satu teman dekat memiliki 30 % risiko terkena penyakit gusi ketimbang mereka yang memiliki teman yang lebih banyak. Sedangkan, partisipan yang mengikuti acara keagamaan secara rutin mampu memangkas risiko penyakit gusi hingga 27 %. Berdasarkan fakta tersebut maka dunia medis mulai memperhatikan kembali kaitan atau pengaruh marah pada kesehatan gusi. Jadi, kita harus hati-hati dalam menumpahkan rasa marah kita yang ditimbulkan oleh sesuatu. Sebab, marah itu bisa mengganggu kesehatan gusi. Ketika gusi sudah berpenyakit, tentu masalah-masalah batu akan muncul, seperti sakit gisi, bau mulut, dan lain sebagainya.
l. Merusak Kulit.
Mungkin tidak terpikirkan oleh kita bahwa ternyata emosi marah juga berhubungan dengan masalah kulit. Artinya, saat kita marah dalam durasi waktu yang lama (berlarut-larut), maka kulit kita akan terserang gangguan penyakit. Saat kita emosi, sejumlah besar darah akan mengalir deras ke muka. Dalam kondisiyang demikian itulah kandungan oksigen dalam darah menurun, sedangkan kandungan asam lemak bebas dan racun dalam darah bertambah. Racun ini dapat menstimulan kantung bulu dan kemudian menyebabkan tingkat radang dalam yang tidak sama di sekitar kantung bulu. Akibatnya, timbul noda kusam pada kulit dengan gangguan-gangguan kulit lainnya. Sebagaimana yang sering kita dengan, bahwa marah dapat membuat orang cepat tua. Ternyata hal tersebut ada benarnya. Wajah yang sebenarnya masih muda bisa berubah menjadi kusam dan terlihat keriput saat seseorang marah hingga meledak-ledak. Ekspresi marah membuat otot-otot kulit wajah menjadi sering berkontraksi sehingga meninggalkan garis-garis halus. Inilah sebabnya kulit tidak lagi kencang.
Dengan demikian, marah itu berhubungan dengan penuaan dini. Bahkan, menurut sebuah penelitian, ketika marah itu berujung pada stres maka dampaknya pada wajah ialah munculnya keriput. Sedangkan keriput sebagaimana yang kita ketahui, biasanya muncul akibat proses penuaan yang membuat tubuh lebih lambat memperbarui sel-sel kulit. Karena itu, jangan heran jika ada orang yang wajahnya keriput padahal usianya masih relatif muda, Dalam analisa medis, orang yang suka marah akan menimbulkan garis-garis kerutan pada bagian dahi. Jika terlalu sering marah, maka akan memunculkan keriput di bagian dahi dan wajah secara umum. Keriput tersebut akan terlihat lebih jelas seiring dengan intensitas emosi negatif kita. Semakin emosi itu tak terkendali, maka potensi terjadinya keriput pada wajah juga semakin tinggi. Pada tahap yang lebih parah, yaitu marah yang berujung stres, sebuah penelitian yang dilakukan tahun 2004, menunjukkan bahwa telomere (struktur di ujung kromosom yang memperpendek penuaan) akan semakin memendek pada orang-orang yang mengalami stres psikologis jangka panjang sehingga memicu terjadinya penuaan sel secara prematur. Dengan demikian, emosi marah memang sangat berbahaya bagi kesehatan kulit. Tentang fakta hubungan emosi dan penyakit kulit, berikut ini adalah fakta-fakta yang diungkap oleh sebuah penelitian sebagaimana dilansir situs ecommunity.com.
m. Membahayakan Lambung.
Dalam batas-batas tertentu, marah bisa membahayakan lambung. Kenapa demikian ? Saat kita marah, maka secara otomatis kerja sel otak menjadi kacau. Kekacauan kerja sel otak inilah yang menimbulkan stimulan pada syaraf simpatik dan secara langsung berefek pada pembuluh darah dan jantung, membuat jumlah darah di lambung dan usus berkurang, gerak peristaltik menjadi lamban, nafsu makan menjadi buruk, dan produksi getah lambung juga ikut meningkat. Jika situasi itu berlanjut terus menerus, maka dapat menyebabkan tukak lambung yang sangat akut. Itulah yang harus kita waspadai saat kita berniat melepaskan emosi dan amarah tanpa terkendali hingga membuat seluruh organ tubuh tegang. Dengan demikian, emosi yang berlebih sangat berpotensi meningkatkan kadar asam lambung yang pada gilirannya berujung sakit dan terjadilah tukak lambung. Selain itu, emosi yang tidak stabil bisa memicu mag. Hal ini akan terjadi pada mereka yang dinding lambungnya peka atau rapuh.
n. Memicu Bau Badan.
Bukan hanya sumber makanan, gaya hidup, ataupun faktor bawaan yang membuat bau badan tidak sedap. Kecenderungan suka marah atau emosi yang meledak-ledak juga dapat memicu bau badan. Banyak studi dalam dunia medis yang membuktikan tentang hal tersebut. Emosi tingkat tinggi dan stres sangat rentan memunculkan bau badan yang tidak sedap. Menurut Dr. Hanny Nilasari, SpKK dokter spesialis kulit dari RSCM, mengemukakan bahwa banyak perempuan tidak menyadari bahwa stres, grogi, serta bentuk emosi apapun dapat menyebabkan metabolisme tubuh mendadak meningkat dan keluarlah keringat dingin atau emotional sweat. Salah satu penyebab kemunculan keringat dingin berlebihan itu adalah konflik yang terjadi sehari-hari. Karena konflik sekecil apapun, pasti melibatkan emosi.
Dalam batas-batas tertentu, emosi dapat menyebabkan munculnya keringat. Dan keringat yang berlebih, apalagi ditambah dengan keadaan lembab di lipatan tubuh yang disukai oleh bakteri, akan menimbulkan bau badan yang tidak enak. Hubungan antara bau badan dan emosi ternyata menjadi objek kajian sejumlah ilmuwan yang hasil penelitian mereka dimuat dalam European Journal of Personality. Dalam penelitian itu disebutkan bahwa sejumlah relawan diminta untuk memberikan respons terhadap bau pakaian dan menebak kepribadian dari orang yang pakaiannya dijadikan sampel itu. Untuk memperkuat "aroma", sampel pakaian sengaja tidak dicuci selama tiga hari. Selain itu, pakaian tersebut sebelumnya sengaja dipenuhi dengan keringat sang pemilik sehingga tingkat bau jadi semakin menyengat. Lalu, bagaiman jawaban responden atau relawan ? setelah mereka mengendus baju kotor itu dan memberikan responnya, ternyata banyak di antara mereka yang benar menebak kepribadian sang pemilik baju. Saraf neurotik pembau mereka berhasil memprediksi sifat pemilik baju yang gaul, ekstrovet, atau kecenderungan pada dominan sifat tertentu. Sejumlah ilmuwan menyimpulkan bahwa ada hubungan antara bau badan dan emosi seseorang. Dengan demikian, emosi memiliki andil yang cukup kuat dalam memberikan bau keringat. Semakin emosi meledak-ledak alias tidak stabil, maka bau keringatnya juga akan semakin menyengat.
o. Menimbulkan Sakit Asma atau Sesak Napas.
Saat kita marah, tentu kita akan mengalami keletihan dan kecapaian. Apalagi, jika tingkat kemarahan sampai berlarut-larut, tentu akan menguras energi dan pikiran. Kelelahan pikiran itulah yang selanjutnya memicu penyakit asma. Pada umumnya, penyakit asma ditimbulkan oleh kelainan saluran napas yang berupa kepekaan yang mengikat terhadap efek dari luar (lingkungan). Saat pikiran kita lelah yang diakibatkan oleh emosi yang tak terkontrol, maka saluran napas kita menjadi sedikit terganggu. Biasanya, tingkat gejala kepekaan saluran napas itu diawali dari gejala ringan, berupa pilek, batuk, dan bersin yang sering berulang, sampai dengan gejala yang berat berupa serangan asma (kesulitan bernapas).
Pada level yang cukup parah, orang yang terserang asma secara otomatis membuat napasnya semakin pendek. Kondisi ini biasanya disebut dengan hyperventilation syndrome. Ketika kondisi ini terjadi terus menerus, tentu efeknya jauh lebih berbahaya. Salah satunya ialah bisa memicu mati rasa dan kesemutan di beberapa bagian tubuh. Itulah efek yang cukup kompleks yang ditimbulkan oleh emosi tak terkendali dan terjadi secara terus menerus. Napas pendek yang terjadi secara terus menerus dapat menyebabkan pertukaran oksigen dengan karbon dioksida terjadi sangat cepat. Dalam kondisi seperti itulah sistem peredaran darah tidak mampu mengimbanginya. Sehingga, ketidakseimbangan komposisi biokimia dalam darah tidak terhindarkan. Hal ini terjadi karena kadar protein dalam darah meningkat sementara di sisi lain kadar kalsiumnya turundrastis. Salah satu akibat dari kekurangan kalsium dalam darah adalah kesemutan dan mati rasa, khususnya di bagian jemari kaki dan tangan serta beberapa area di sekitar mulut. Berdasarkan fakta di atas, marah ternyata juga bisa memicu saluran napas yang berujung pada sakit asma. Semakin marah tak terkendali, maka potensi munculnya penyakit asma akan semakin besar.
p. Menyebabkan Hiperteroid.
Kita patut waspada dengan bahaya marah berlebih pada kesehatan karena banyak efek negatifnya yang mungkin tidak kita ketahui. Salah satunya ialah marah dapat menyebabkan hiperteroid dan hipoteroid. Hipoteroid adalah kebalikan dari hiperteroid, yang merupakan keadaan ketika kelenjar tiroid tidak menghasilkan cukup banyak hormon tiroid sehingga metabolisme tubuh menjadi lambat. Padahal, kelenjar tiroid itu merupakan pengendali utama metabolisme tubuh. Kelenjar tiroid bertugas menghasilkan, menyimpan, dan melepaskan hormon tiroid ke dalam peredaran darah. Hormon tiroid sendiri terdiri dari hormon tiroksin (T4) dan tri-iodotironin (T3). Hormon-hormon inilah yang memproduksi energi dari zat gizi dan oksigen sehingga mampu mempengaruhi fungsi seluruh sel, jaringan, dan organ dalam tubuh.
Emosi yang tidak terkendali juga bisa memicu kelenjar tiroid bekerja terlalu aktif sehingga tubuh akan memproduksi hormon tiroid secara berlebihan. Hal ini akan berujung pada proses metabolisme tubuh yang terlampau cepat. Gejala utama dari penyakit hipertiroid ini adalah pembesaran kelenjar tiroid di leher, denyut jantung sangat cepat, keringat berlebih, sulit tidur, serta membuat kita mudah cemas dan cepat tersinggung. Dengan demikian, hipertiroid merupakan acuan dalam menetapkan gejala dan tanda-tanda yang berkaitan dengan produksi hormon tiroid yang berlebihan yang biasanya ditandai dengan timbulnya penyakit gondok, tubuh menjadi lebih aktif, pembesaran tiroid di leher, kelainan pada mata, serta kelemahan otot. Hal yang lebih mencemaskan lagi adalah proses pengobatan tiroid yang relatif lama, bisa berlangsung setiap tahun karena penyakit tiroid bersifat kronis, sehingga membutuhkan proses pengobatan yang panjang.
n. Memicu Bau Badan.
Bukan hanya sumber makanan, gaya hidup, ataupun faktor bawaan yang membuat bau badan tidak sedap. Kecenderungan suka marah atau emosi yang meledak-ledak juga dapat memicu bau badan. Banyak studi dalam dunia medis yang membuktikan tentang hal tersebut. Emosi tingkat tinggi dan stres sangat rentan memunculkan bau badan yang tidak sedap. Menurut Dr. Hanny Nilasari, SpKK dokter spesialis kulit dari RSCM, mengemukakan bahwa banyak perempuan tidak menyadari bahwa stres, grogi, serta bentuk emosi apapun dapat menyebabkan metabolisme tubuh mendadak meningkat dan keluarlah keringat dingin atau emotional sweat. Salah satu penyebab kemunculan keringat dingin berlebihan itu adalah konflik yang terjadi sehari-hari. Karena konflik sekecil apapun, pasti melibatkan emosi.
Dalam batas-batas tertentu, emosi dapat menyebabkan munculnya keringat. Dan keringat yang berlebih, apalagi ditambah dengan keadaan lembab di lipatan tubuh yang disukai oleh bakteri, akan menimbulkan bau badan yang tidak enak. Hubungan antara bau badan dan emosi ternyata menjadi objek kajian sejumlah ilmuwan yang hasil penelitian mereka dimuat dalam European Journal of Personality. Dalam penelitian itu disebutkan bahwa sejumlah relawan diminta untuk memberikan respons terhadap bau pakaian dan menebak kepribadian dari orang yang pakaiannya dijadikan sampel itu. Untuk memperkuat "aroma", sampel pakaian sengaja tidak dicuci selama tiga hari. Selain itu, pakaian tersebut sebelumnya sengaja dipenuhi dengan keringat sang pemilik sehingga tingkat bau jadi semakin menyengat. Lalu, bagaiman jawaban responden atau relawan ? setelah mereka mengendus baju kotor itu dan memberikan responnya, ternyata banyak di antara mereka yang benar menebak kepribadian sang pemilik baju. Saraf neurotik pembau mereka berhasil memprediksi sifat pemilik baju yang gaul, ekstrovet, atau kecenderungan pada dominan sifat tertentu. Sejumlah ilmuwan menyimpulkan bahwa ada hubungan antara bau badan dan emosi seseorang. Dengan demikian, emosi memiliki andil yang cukup kuat dalam memberikan bau keringat. Semakin emosi meledak-ledak alias tidak stabil, maka bau keringatnya juga akan semakin menyengat.
o. Menimbulkan Sakit Asma atau Sesak Napas.
Saat kita marah, tentu kita akan mengalami keletihan dan kecapaian. Apalagi, jika tingkat kemarahan sampai berlarut-larut, tentu akan menguras energi dan pikiran. Kelelahan pikiran itulah yang selanjutnya memicu penyakit asma. Pada umumnya, penyakit asma ditimbulkan oleh kelainan saluran napas yang berupa kepekaan yang mengikat terhadap efek dari luar (lingkungan). Saat pikiran kita lelah yang diakibatkan oleh emosi yang tak terkontrol, maka saluran napas kita menjadi sedikit terganggu. Biasanya, tingkat gejala kepekaan saluran napas itu diawali dari gejala ringan, berupa pilek, batuk, dan bersin yang sering berulang, sampai dengan gejala yang berat berupa serangan asma (kesulitan bernapas).
Pada level yang cukup parah, orang yang terserang asma secara otomatis membuat napasnya semakin pendek. Kondisi ini biasanya disebut dengan hyperventilation syndrome. Ketika kondisi ini terjadi terus menerus, tentu efeknya jauh lebih berbahaya. Salah satunya ialah bisa memicu mati rasa dan kesemutan di beberapa bagian tubuh. Itulah efek yang cukup kompleks yang ditimbulkan oleh emosi tak terkendali dan terjadi secara terus menerus. Napas pendek yang terjadi secara terus menerus dapat menyebabkan pertukaran oksigen dengan karbon dioksida terjadi sangat cepat. Dalam kondisi seperti itulah sistem peredaran darah tidak mampu mengimbanginya. Sehingga, ketidakseimbangan komposisi biokimia dalam darah tidak terhindarkan. Hal ini terjadi karena kadar protein dalam darah meningkat sementara di sisi lain kadar kalsiumnya turundrastis. Salah satu akibat dari kekurangan kalsium dalam darah adalah kesemutan dan mati rasa, khususnya di bagian jemari kaki dan tangan serta beberapa area di sekitar mulut. Berdasarkan fakta di atas, marah ternyata juga bisa memicu saluran napas yang berujung pada sakit asma. Semakin marah tak terkendali, maka potensi munculnya penyakit asma akan semakin besar.
p. Menyebabkan Hiperteroid.
Kita patut waspada dengan bahaya marah berlebih pada kesehatan karena banyak efek negatifnya yang mungkin tidak kita ketahui. Salah satunya ialah marah dapat menyebabkan hiperteroid dan hipoteroid. Hipoteroid adalah kebalikan dari hiperteroid, yang merupakan keadaan ketika kelenjar tiroid tidak menghasilkan cukup banyak hormon tiroid sehingga metabolisme tubuh menjadi lambat. Padahal, kelenjar tiroid itu merupakan pengendali utama metabolisme tubuh. Kelenjar tiroid bertugas menghasilkan, menyimpan, dan melepaskan hormon tiroid ke dalam peredaran darah. Hormon tiroid sendiri terdiri dari hormon tiroksin (T4) dan tri-iodotironin (T3). Hormon-hormon inilah yang memproduksi energi dari zat gizi dan oksigen sehingga mampu mempengaruhi fungsi seluruh sel, jaringan, dan organ dalam tubuh.
Emosi yang tidak terkendali juga bisa memicu kelenjar tiroid bekerja terlalu aktif sehingga tubuh akan memproduksi hormon tiroid secara berlebihan. Hal ini akan berujung pada proses metabolisme tubuh yang terlampau cepat. Gejala utama dari penyakit hipertiroid ini adalah pembesaran kelenjar tiroid di leher, denyut jantung sangat cepat, keringat berlebih, sulit tidur, serta membuat kita mudah cemas dan cepat tersinggung. Dengan demikian, hipertiroid merupakan acuan dalam menetapkan gejala dan tanda-tanda yang berkaitan dengan produksi hormon tiroid yang berlebihan yang biasanya ditandai dengan timbulnya penyakit gondok, tubuh menjadi lebih aktif, pembesaran tiroid di leher, kelainan pada mata, serta kelemahan otot. Hal yang lebih mencemaskan lagi adalah proses pengobatan tiroid yang relatif lama, bisa berlangsung setiap tahun karena penyakit tiroid bersifat kronis, sehingga membutuhkan proses pengobatan yang panjang.
Demikian penjelasan berkaitan dengan dampak emosi marah dan solusinya. Tulisan tersebut bersumber dari buku Terapi Beragam Masalah Emosi Harian, karangan Coky Aditya Z.
Semoga bermanfaat.