Pengetahuan Apriori Dan Pengetahuan Aposteriori

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Secara harfiah, apriori berarti dari yang lebih dulu atau sebelum, sedangkan aposteriori berarti dari apa yang sesudah. Pengertian tentang pengetahuan apriori dan pengetahuan aposteriori tersebut selanjutnya dikembangkan oleh para filsuf modern, seperti Leibniz dan Immanuel Kant. Sedangkan filsuf terdahulu, seperti Aristoteles menjelaskan tentang pengetahuan apriori dan pengetahuan aposteriori sebagai berikut, A lebih dulu dari B jika dan hanya jika B tidak bisa ada tanpa A. Dengan pembedaan tersebut, berarti A lebih dulu dari B jika dan hanya jika kita tidak bisa mengetahui B jika kita tidak mengetahui A.

Baca juga : Falibilisme Ilmu Pengetahuan

Pengetahuan apriori dan pengetahuan aposteriori menurut :

1. Leibniz
Menurut Leibniz, mengetahui realitas secara aposteriori berarti mengetahuinya berdasarkan apa yang ditemukan secara aktual di dunia ini, yaitu melalui panca indera, dari pengaruh yang ditimbulkan realitas itu dalam pengalaman kita. Sebaliknya, mengetahui realitas secara apriori adalah mengetahuinya dengan mengenakan sebab pada realitas tersebut. Mengetahui sesuatu secara apriori adalah dengan memahami apa yang menjadi sebabnya, apa yang menimbulkan dan memungkinkan hal itu ada atau terjadi. Leibniz membedakan antara kebenaran aposteriori atau kebenaran yang berasal dari fakta, dan kebenaran apriori atau kebenaran yang berasal dari akal budi.  Kebenaran apriori dapat dibuktikan dengan melihat keterkaitannya dengan proposisi yang sama, sedangkan kebenaran aposteriori hanya bisa dilihat sebagai benar berdasarkan pengalaman.
Kant menganggap pembedaan antara aposteriori dan apriori sebagai pembedaan antara apa yang berasal dari pengalaman dan apa yang tidak berasal dari pengalaman, atau apakah suatu konsep dapat dibuktikan kebenarannya dengan memberikan alasan atau sebabnya atau tidak. Pembedaan tersebut selanjutnya berkembang menjadi pembedaan antara pengetahuan empiris dan pengetahuan yang bukan empiris. Yang selanjutnya pembedaan tersebut berkembang menjadi pembedaan antara proposisi. Sebuah proposisi aposteriori adalah proposisi yang kebenarannya hanya bisa diketahui dengan merujuk pada pengalaman tertentu. Sedangkan sebuah proposisi apriori adalah proposisi yang kebenarannya bisa diketahui lepas dari pengalaman. Tanpa pengalaman apapun kita bisa mengetahui proposisi tersebut. Hal ini berarti bahwa proposisi tersebut dapat dibuktikan kekeliruannya atau dapat dibuktikan sebagai salah hanya dengan mengandalkan akal budi, tanpa harus merujuk pada pengalaman apapun. Kebenaran dari proposisi apriori diketahui hanya dengan mengkaji proposisi itu sendiri atau dengan kata lain kebenarannya dideduksikan dengan proposisi itu sendiri.

Baca juga : Filsafat Dan Ilmu

Ada pula anggapan bahwa pembedaan antara aposteriori dan apriori juga berlaku bagi pembedaan yang diberikan oleh Kant antara putusan sintesis dan putusan analitis.

  • Putusan sintesis adalah putusan di mana predikatnya menambahkan sesuatu yang baru pada subyeknya. Putusan sintesis menjelaskan sesuatu yang belum dengan sendirinya terkandung dalam subyeknya. Sebagai contoh, semua mahasiswa universitas A pandai. 
  • Putusan analitis adalah putusan di mana predikatnya tidak menambah apa-apa pada subyeknya. Jadi, yang dijelaskan dengan putusan tersebut sesungguhnya sudah terkandung dalam subyek itu sendiri, atau putusan tersebut tidak menjelaskan sesuatu yang baru. Sebagai contoh, semua bujangan tidak berkeluarga.
Pada kenyataannya anggapan bahwa pembedaan antara proposisi apriori dan proposisi aposteriori bagi pembedaan antara putusan sistesis dan putusan analitis tersebut tidak sepenuhnya benar. Hal ini karena tidak semua proposisi analitis adalah proposisi yang apriori, dan sebaliknya tidak semua proposisi sistesis adalah proposisi yang aposteriori.  Kant sendiri menyatakan bahwa ada proposisi atau pengetahuan apriori yang mengandung kebenaran sintesis. Jadi, di samping pengetahuan apriori dan pengetahuan aposteriori, ada juga pengetahuan sintesis apriori. Contohnya, setiap peristiwa ada sebabnya. Hal tersebut adalah proposisi apriori. Kebenarannya diketahui secara apriori lepas dari pengalaman apapun. Benar secara apriori bahwa setiap peristiwa selalu ada sebabnya, akan tetapi proposisi tersebut bukan analitis karena predikatnya menjelaskan sesuatu yang baru sama sekali pada subyeknya.

Demikian sekilas uraian tentang pengetahuan apriori dan pengetahuan aposteriori. Tulisan tersebut bersumber dari buku Ilmu Pengetahuan, Sebuah Tinjauan Filosofis, karangan A. Sonny Keraf dan Mikhael Dua.

Semoga bermanfaat.