Pada jaman dulu, antara ilmu dan filsafat memiliki pengertian yang saling tumpang tindih. Hal ini berlangsung dalam jangka waktu yang lama, dalam rentang sejarah perkembangan pemikiran dan pengetahuan manusia. Oleh karenanya penting untuk memahami bagaimana hubungan antara ilmu dan filsafat dalam perspektif historis.
Pada awalnya, filsafat mencakup lapangan pembahasan ilmu, karena filsafat dipahami sebagai setiap usaha yang dilakukan oleh akal untuk sampai kepada pengetahuan. Misalnya, Aristoteles mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan manusia dalam arti yang paling luas. Ibnu Sina, seorang filsuf muslim, menggabungkan filsafat dan ilmu kedokteran, di samping juga sebagai ahli logika an filsafat ketuhanan.
Selanjutnya, perkembangan pengetahuan manusia membuat sebagian lapangan ilmu pengetahuan menjadi lebih spesifik dan independen. Hal ini diikuti oleh kecenderungan seorang pemikir untuk memilih lebih dari satu lapangan pengetahuan. Oleh karenanya, term filsafat menjadi tumpang tindih dengan term ilmu. Newton, seorang yang mempunyai jasa besar dalam meletakkan dasar-dasar ilmu alam modern, tidak membedakan antara ilmu alam dengan filsafat.
Ilmu pengetahuan muncul di antara cabang-cabang filsafat, yang membuatnya terpisah. Ketepisahan itu dimulai sejak masa Yunani, ketika matematika menjadi mandiri di tangan Eukledos (330 - 270 SM) dan Archimedes (287 - 212 SM). Sejak saat itulah banyak muncul ilmu pengetahuan yang memisahkan diri dari filsafat. Setelah pemisahan ilmu-ilmu tersebut dari filsafat, sebagai konsekuensi dari spesifikasinya masing-masing pada obyek tertentu yang dikajinya, serta pembentukan metode-metode yang didasarkan pada observasi dan eksperimen, maka filsafat terus menggeluti lapangan-lapangan yang dalam pengkajiannya menuntut pembentukan metode-metode rasional inventif. Lapangan-lapangan tersebut adalah ontologi (tentang Being), epistemologi (tentang pengetahuan), dan aksiologi (tentang nilai).
Akan tetapi, sebagian filsuf kontemporer, penganut mazhab positivisme, telah menyisihkan setiap obyek yang tidak dapat diverifikasi lewat pengalaman (eksperimen) dalam kajian mereka. Oleh karenanya, mereka menolak pemikiran filsafat metafisika dalam semua bentuknya dengan alasan bahwa kajian-kajian ilmu telah meliputi segala-galanya, sehingga tidak menyisakan wilayah sedikitpun bagi kajian filsafat metafisika. Namun demikian, dewasa ini kecenderungannya banyak filsuf yang mulai melakukan kajian filsafat terhadap obyek-obyek ilmiah, di mana mereka teah membangun mazhab-mazhab filsafatnya atas dasar teori-teori ilmiah dan menjelaskan metode-metode yang dibuat oleh para ilmuwan.
Kerja sama antara ilmu dan filsafat dewasa ini tampak pada perhatian para filsuf kontemporer terhadap ilmu, metode, dan konsep-konsepnya. Perhatian terhadap ilmu tidak terbatas pada leh satu mazhab tertentu,bahkan para filsuf dari beberapa mazhab dan aliran kontemporer juga ikut serta di dalamnya. Segi-segi kerja sama antara filsafat dan ilmu dapat dibagi menjadi dua segi, yaitu :
1. Apa yang Disajikan Filsafat untuk Ilmu ?
Yang disajikan filsafat untuk ilmu adalah :
a. Filsafat mengkaji sebagian obyek ilmiah secara rasional teoritis. Filsafat mengkhususkan dengan apa yang disebut sebagai kajian filsafat ilmiah atau filsafat ilmu. Obyek kajiannya di antaranya adalah :
- Menganalisa sebagian pengertian dan konsep ilmiah umum yang belum dijelaskan secara memamadai oleh para ilmuwan. Misalnya mengenai materi, waktu, tempat, gerak, dan lain sebagainya.
- Menjelaskan teori-teori ilmiah umum seperti teori atom, teori mekanika, dan lain sebagainya, di samping juga membatasi makna kata-kata, seperti teori, asumsi, evidensi, dan lain sebagainya.
- Membandingkan antara asumsi-asumsi ilmiah kontradiktif agar dapat diletakkan di atas dasar yang kuat, sehingga dapat mengorientasikan kajian ilmiah pada arah yang tepat dan akhirnya sukses dalam menjalankan fungsinya.
b. Filsafat ilmu oleh sebagian filsuf kontemporer dianggap sebagai pengantar kajian metafisika, yang juga merupakan wujud lain dari kerja sama antara filsafat dan ilmu. Metafisika tidak hanya berhenti dalam mengkaji ilmu dan filsafat, Namun, lebih jauh dari itu, ia melakukan pemikiran kontemplatif untuk membangun sebuah teori integral tentang alam kosmos, agar alam dapat dilihat sebagai sebuah totalitas yang menyatu.
c. Banyak ilmuwan yang menggunakan cara dan metode tertentu dalam kajiannya, namun kadang-kadang mereka tidak memahami cara dan metode yang digunakannya tersebut. Inilah tugas dari ilmu metode (metodologi) yang merupakan salah satu cabang dari ilmu logika. Dalam ilmu logika, ada sisi lain dari kerja sama antara filsafat dan ilmu, karena seorang ahli logika mempelajari berbagai cara dan metode para ilmuwan.
2. Apa yang Diterima Filsafat dari Ilmu ?
Yang diterima filasafat dari ilmu adalah :
- Filsuf kontemporer menjadikan sebagian hakikat ilmiah sebagai dasar filsafatnya.
- Dependensi terhadap konklusi-konklusi ilmiah ini bukanlah hal baru di dunia filsafat. Misalnya, sebagian hakekat (esensi) matematis Phytagoras dianggap termasuk dalam dasar-dasar teori idea-nya Plato.
- Dalam orientasinya untuk mengkaji realitas, filsafat kontemporer terpengaruh oleh ilmu-ilmu alam. Peranan ilmu-ilmu tersebut menjadikan filsafat mulai mengorientasikan dirinya pada realitas kehidupan manusia untuk berusaha mempengaruhi dan mengubahnya.
- Para filsuf empirisme juga terpengaruh oleh metode ilmiah. Mereka m,emaparkan contoh-contoh yang mereka temukan dalam realitas kongkrit untuk ditafsirkan secara umum.
- Kajian ilmiah menuntut kerja sama seorang ilmuwan dengan kolega-koleganya untuk sampai pada suatu hakekat tau kebenaran murni.
Filsafat sangat terkait dengan ilmu, khususnya pada masa sekarang ini, di mana dalam semua kegiatannya, filsafat bekerja bersama-sama dengan dan sekaligus untuk kepentingan ilmu pengetahuan.
Semoga bermanfaat.