Model Pembelajaran Think-Talk-Write : Pengertian, Aspek, Dan Tahapan Model Pembelajaran Think-Talk-Write, Serta Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran Think-Talk-Write

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Pengertian Model Pembelajaran Think-Talk-Write. Dalam lingkup sekolah, belajar merupakan suatu proses transfer ilmu yang dilakukan oleh guru kepada siswa, baik secara pengetahuan maupun sikap. Proses transfer ilmu dimaksud dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai model pembelajaran, salah satunya adalah “model pembelajaan think-talk-write”.

Model pembelajaran think-talk-write
diperkenalkan oleh D. Huinker dan C. Laughlin, dalam “Talk Your Way into Writing”, pada tahun 1996. D. Huinker dan C. Laughlin menjelaskan bahwa model pembelajaran think-talk-write membangun pemikiran, merefleksi, dan mengorganisasi ide, kemudian menguji ide tersebut sebelum siswa diharapkan untuk menulis. Alur model pembelajaran think-talk-write dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau berdialog reflektif dengan dirinya sendiri, selanjutnya berbicara, dan berbagi ide dengan temannya, sebelum siswa menulis.

Secara umum, model pembelajaran think-talk-write dapat diartikan sebagai suatu model pembelajaran kooperatif yang dimulai dari alur berfikir (think) melalui kegiatan membaca, berbicara (talk) melalui kegiatan diskusi, bertukar pendapat, presentasi dan menulis (write) melalui kegiatan menuliskan hasil diskusinya. Model pembelajaran think-talk-write merupakan model pembelajaran yang dibangun melalui proses berpikir, berbicara, dan menulis. Berpikir berarti siswa mampu untuk menyimak, mengetahui, menanggapi, dan menyelesaikan lembar observasi yang berhubungan dengan materi, selanjutnya siswa diharapkan mampu untuk mengkomunikasikannya melalui presentasi atau diskusi dengan teman, kemudian siswa menyimpulkannya dengan menulis dalam bentuk laporan secara individu dan kelompok.


Selain itu, pengertian model pembelajaran think-talk-write juga dapat dijumpai dalam beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, diantanya adalah :
  • Eveline Siregar dan Hartini Nara, dalam “Teori Belajar dan Pembelajaran”, menyebutkan bahwa model pembelajaran think-talk-write adalah model pembelajaran yang dimulai dari alur berfikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternatif solusi) selanjutnya berbicara dengan melakukan diskusi, presentasi, dan terakhir menulis dengan membuat laporan hasil diskusi maupun presentasi.
  • Bansu I. Ansari dan Yamin Martinis, dalam “Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa”, menyebutkan bahwa model pembelajaran think-talk-write adalah strategi belajar yang melibatkan tiga sampai dengan lima orang siswa, di mana dalam kelompok ini siswa diminta untuk membaca dan kemudian membagi ide bersama teman, dan selanjutnya mengungkapkannya melalui tulisan.
  • L. Iru dan L.O.S. Arisi, dalam “Analisis Penerapan Pendekatan, Metode, Strategi, dan Model-Model Pembelajaran”, memyebutkan bahwa model pembelajaran think-talk-write adalah model pembelajaran kooperatif yang kegiatan pembelajarannya yaitu lewat kegiatan berfikir (think), berbicara atau berdiskusi (talk), bertukar pendapat (talk) serta menuliskan hasil diskusi (write) agar tujuan pembelajaran dan kompetensi yang diharapkan dapat tercapai.


Aspek Model Pembelajaran Think-Talk-Write.Terdapat beberapa aspek dalam model pembelajaran think-talk-write. Bansu I. Ansari dan Yamin Martinis menjelaskan bahwa model pembelajaran think-talk-write memiliki beberapa aspek, yaitu :

1. Think.
Think atau berpikir merupakan aktivitas yang dapat dilihat kemampuan seorang siswa dalam memahami dan membuat catatan dari isi teks yang ia baca. Membuat catatan setelah membaca suatu teks, berarti :
  • siswa dituntut untuk dapat membedakan dan mempersatukan ide yang disajikan dalam teks bacaan, kemudian menerjemahkan ke dalam bahasanya sendiri.
  • siswa akan menganalisis tujuan isi teks dan memeriksa bahan-bahan yang dituliskan.
  • akan dapat menstimulus aktivitas berpikir siswa sebelum, selama, dan setelah membaca suatu teks.
  • dapat mempertinggi pengetahuan siswa, bahkan meningkatkan keterampilan berpikir dan menulis.

Menurut D. Huinker dan C. Laughlin, aspek “think” merupakan langkah penting dalam proses membawa pemahaman ke dalam tulisan siswa, di mana siswa secara individu memikirkan kemungkinan jawaban atau metode penyelesaian, membuat catatan kecil tentang ide-ide yang terdapat pada bacaan, dan hal-hal yang tidak dipahaminya sesuai dengan bahasanya sendiri.

2. Talk.
Talk atau berbicara, dialog, dan berdiskusi merupakan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata dan bahasa yang mereka pahami. Siswa menyampaikan ide yang diperoleh pada tahap think atau berpikir, yaitu dengan membahas hal-hal yang diketahui dan tidak diketahuinya selama proses pengamatan. Pemahaman dibangun melalui interaksinya dalam diskusi. Diskusi yang terjadi pada tahap talk ini merupakan :
  • sarana untuk mengungkapkan dan merefleksikan pikiran siswa.
  • kesempatan bagi siswa untuk mampu menyalurkan idenya dan mampu bertanya dengan teman diskusinya tentang sesuatu yang belum diketahui sehingga dalam tahap ini ide-ide akan terbentuk dan kualitas berpikir siswa akan meningkat.

Menurut D. Huinker dan C. Laughlin, aspek “talk” atau berkomunikasi memungkinkan siswa untuk terampil berbicara. Pada umunya, berkomunikasi dapat berlangsung secara alami, sedangkan menulis tidak. Proses komunikasi dipelajari siswa melalui kehidupannya sebagai individu yang berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Secara alami dan mudah, proses komunikasi dapat dibangun di kelas dan dimanfaatkan sebagai alat sebelum menulis.

3. Write.
Write atau menulis merupakan kemampuan siswa dalam menuliskan hasil diskusi atau dialog pada lembar kerja yang disediakan. Aktivitas menulis berarti :
  • mengonstruksikan ide, setelah berdiskusi antar teman, kemudian siswa akan mengungkapkannya melalui tulisan.
  • membantu siswa dalam membuat hubungan dan memungkinkan guru melihat pengembangan konsep siswa.
  • guru dapat memantau kesalahan siswa.

Menurut D. Huinker dan C. Laughlin, aspek “write” berarti mengkonstruksi ide, karena setelah berdiskusi antar teman, kemudian siswa mengungkapkannya melalui tulisan. Aktivitas menulis akan membantu siswa dalam membuat hubungan dan juga memungkinkan guru melihat pengembangan konsep siswa.


Tahapan dalam Model Pembelajaran Think-Talk-Write. Model pembelajaran think-talk-write dilakukan dengan beberapa tahapan. Secara umum, model pembelajaran think-talk-write dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Pendahuluan.
Dalam tahap pendahuluan, aktivitas yang dilakukan adalah :
  • menginformasikan materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
  • menjelaskan tentang teknik pembelajaran dengan strategi think-talk-write serta tugas- tugas dan aktivitas siswa.
  • melakukan apersepsi.
  • memberikan motivasi agar siswa berperan aktif dalam pembelajaran.
  • membagi siswa dalam kelompok kecil (tiga - lima siswa).

2. Inti.
Dalam tahap inti, aktivitas yang dilakukan adalah :
  • guru membagi Lembar Kerja Peserta didik (LKS) yang berisi masalah yang harus diselesaikan oleh peserta didik. Jika diperlukan diberikan sedikit petunjuk.
  • siswa membaca masalah yang ada dalam Lembar Kerja Peserta (LKS) dan membuat catatan kecil secara individu tentang apa yang ia ketahui dan tidak ketahui dalam masalah tersebut. Ketika siswa membuat catatan kecil inilah akan terjadi proses berpikir (think) pada siswa. Setelah itu, siswa berusaha untuk meyelesaikan masalah tersebut secara individu. Kegiatan ini bertujuan agar siswa dapat membedakan atau menyatukan ide-ide yang terdapat pada bacaan untuk kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa sendiri.
  • siswa berdiskusi dengan teman dalam kelompok membahas isi catatan yang dibuatnya dan penyelesaian masalah dikerjakan secara individu (talk). Dalam kegiatan ini, mereka menggunakan bahasa dan kata-kata mereka sendiri untuk menyampaikan ide-ide dalam diskusi. Diskusi diharapkan dapat menghasilkan solusi atas soal yang diberikan.
  • dari hasil diskusi, siswa secara individu merumuskan pengetahuan berupa jawaban atas soal (berisi landasan dan keterkaitan konsep, metode, dan solusi) dalam bentuk tulisan (write) dengan bahasanya sendiri. Pada tulisan itu siswa menghubungkan ide-ide yang diperolehnya melalui diskusi.
  • perwakilan kelompok menyajikan hasil diskusi kelompok, sedangkan kelompok lain diminta memberikan tanggapan. Kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas materi yang dipelajari. Sebelum itu dipilih beberapa atau satu orang siswa sebagai perwakilan kelompok untuk menyajikan jawabannya, sedangkan kelompok lain diminta memberikan tanggapan.
  • kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas meteri yang dipelajari. Sebelum itu dipilih bebrapa atau satu orang siswa sebagai perwakilan kelompok untuk menyajikan jawabannya, sedangkan kelompok lain diminta untuk memberikan tanggapan.

Sedangkan Bansu I. Ansari dan Yamin Martinis menjelaskan bahwa langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan strategi pembelajaran think-talk-write adalah sebagai berikut:
  • pendidik membagi teks bacaan berupa lembar aktivitas siswa yang memuat situasi masalah dan petunjuk serta prosedur pelaksanaannya.
  • siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara individual untuk dibawa ke forum diskusi (think).
  • siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman untuk membahas isi catatan (talk). Guru berperan sebagai mediator lingkungan belajar.
  • siswa mengonstruksi sendiri pengetahuan sebagai hasil kolaborasi (write).


Kelebihan dan Kekurangan Model Pebelajaran Think-Talk-Write. Model pembelajaran think-talk-write memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, yaitu :

1. Kelebihan model pembelajaran thin- talk-write :
  • siswa aktif dalam belajar.
  • melatih daya ingat siswa tentang suatu konsep atau informasi.
  • melatih daya pikir yang lebih baik siswa terhadap suatu masalah.
  • memberikan pengalaman belajar kepada siswa, karena siswa banyak berperan aktif dalam pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi bermakna.

2. Kekurangan model pembelajaran think-talk-write :
  • membutuhkan persiapan matang dari guru untuk menggunakan model ini.
  • menuntut siswa untuk terus berpikir, berkomunikasi, dan menulis.
  • memerlukan banyak waktu.
  • tidak semua materi pelajaran dapat menggunakan model pembelajaran think-talk-write.


Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian model pembelajaran think-talk-write, aspek dan tahapan model pembelajaran think-talk-write, serta kelebihan dan kekurangan model pembelajaran think-talk-write.

Semoga bermanfaat.