Teori Konstruktivisme Dalam Pembelajaran

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Pengertian Teori Konstruktivisme. Secara umum, istilah konstruktivisme berarti bersifat membangun. Dalam konteks filsafat pendidikan, konstruktivisme dapat diartikan sebagai suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan sebuah teori yang sifatnya membangun, membangun dari segi kemampuan dan pemahaman dalam proses pembelajaran. Oleh karenanya, teori konstruktivisme sudah tidak asing dan banyak diterapkan dalam dunia pendidikan.

Berdasarkan hal tersebut, teori konstruktivisme dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta suatu makna dari apa yang dipelajari. Teori konstruktivisme juga dapat berarti suatu teori pendidikan yang mengutamakan peningkatan perkembangan logika dan konseptual pembelajar (peserta didik). Atau dapat dikatakan bahwa :
  • Teori  konstruktivisme dalam pembelajaran merupakan salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar atau perolehan pengetahuan diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Konflik kognitif tersebut hanya dapat diatasi melalui pengetahuan diri (self regulation). Dan pada akhir proses belajar, pengetahuan akan dibangun sendiri oleh peserta didik melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya.

Seorang konstruktivis percaya bahwa belajar hanya terjadi ketika ada pemrosesan informasi secara aktif. Mereka akan meminta peserta didik untuk membuat motif mereka sendiri dengan menghubungkan pengetahuan baru dengan motif tersebut. Prinsip dasar dari teori konstruktivisme adalah pendidik tidak hanya memberikan pengetahuan kepada peserta didik, tetapi peserta didik juga harus berperan aktif dalam membangun sendiri pengetahuan di dalam memorinya. Pendidik dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, yaitu dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar peserta didik menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Dengan kata lain, pendidik dapat memberikan peserta didik anak tangga yang membawa peserta didik ke tingkat pemahaman yang lebih tinggi.


Terdapat dua teori belajar konstruktivisme  yang dikembangkan oleh Jean Piaget dan Vygotsky.

1. Teori Konstruktivisme Jean Piaget.
Jean Piaget merupakan orang pertama yang mengenalkan teori konstruktivisme dalam pembelajaran. Jean Piaget menekankan teori konstruktivisme pada proses untuk menemukan teori atau pengetahuan yang dibangun dari realitas lapangan. Menurut teori konstruktivisme Jean Piaget :
  • peran pendidik dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator atau moderator.
  • pandangan tentang anak dari kalangang konstruktivistik adalah bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skema yang dimilikinya. 

Jean Piaget menjelaskan bahwa proses mengkonstruksi menurut teori konstruktivisme melalui beberapa tahap sebagai berikut :
  • skemata. Skemata merupakan sekumpulan konsep yang digunakan ketika berinteraksi dengan lingkungan. Sejak kecil seorang anak sudah memiliki struktur kognitif yang dinamakan skema (schema). Skema terbentuk karena pengalaman.
  • asimilasi. Asimilasi merupakan proses kognitif di mana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, maupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Asimilasi juga berarti salah satu proses individu dalam mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri dengan lingkungan baru (pengertian) orang itu berkembang.  Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau stimulus baru dalam skema yang telah ada. Asimilasi tidak akan menyebabkan perubahan atau pergantian skemata melainkan perkembangan skemata. 
  • akomodasi. Dalam menghadapi stimulus atau pengalaman baru seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman baru dengan skemata yang telah dipunyai. Pengalaman yang baru itu bisa jadi tidak cocok dengan skemata yang telah ada. Dalam keadaan demikian orang akan mengadakan akomodasi. Akomodasi terjadi untuk membentuk skemata baru yang cocok dengan stimulus yang baru atau memodifikasi skemata yang telah ada sehingga cocok dengan stimulus tersebut.
  • keseimbangan. Keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi disebut dengan ekuilibrasi. Sedangkan keadaan di mana proses asimilasi dan proses akomodasi tidak seimbang disebut dengan diskuilibrasi. Ekuilibrasi dapat membuat seseorang menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya.

2. Teori Konstruktivisme Vygotsky.
Teori konstruktivisme Vygotsky didasarkan pada dua ide utama, yaitu :
  • perkembangan intelektual dapat dipahami hanya jika ditinjau dari konteks historis dan budaya pengalaman anak.
  • perkembangan bergantung pada sistem-sistem isyarat yang mengacu pada simbol-simbol yang diciptakan oleh budaya untuk membantu orang berfikir, berkomunikasi, dan memecahkan masalah. Dengan demikian, perkembangan kognitif anak mensyaratkan sistem komunikasi budaya dan belajar menggunakan sistem-sistem tersebut untuk menyesuaikan dengan proses-proses berpikir diri sendiri. 

Terdapat dua implikasi utama dari teori konstruktivisme vygotsky dalam pendidikan, yaitu :
  • dikehendakinya setting kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar kelompok-kelompok peserta didik dengan kemampuan yang berbeda, sehingga peserta didik dapat berinteraksi dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam wilayah pengembangan terdekat (proksimal) masing-masing. 
  • menekankan perancangan (scaffolding). Denga scaffolding, semakin lama peserta didik akan semakin dapat mengambil tanggung jawab untuk pelajarannya sendiri.

Menurut teori konstruktivisme vygotsky, dalam hal :
  • pengelolaan pembelajaran. Interaksi sosial individu dengan lingkungannya sangat mempengaruhi perkembangan belajar seseorang. Sehingga perkembangan sifat-sifat dan jenis manusia akan dipengaruhi oleh kedua unsur tersebut. Menurut Vygotsky, peserta didik melaksanakan aktivitas belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sejawat yang mempunyai kemampuan lebih. Interaksi sosial ini memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual peserta didik.
  • pemberian bimbingan. Menurut Vygotsky, tujuan belajar akan tercapai dengan belajar menyelesaikan tugas-tugas yang belum dipelajari tetapi tugas-tugas tersebut masih berada dalam wilayah pengembangan terdekat mereka, yaitu tugas-tugas yang terletak di atas peringkat perkembangannya. Pada saat peserta didik melaksanakan aktivitas di dalam wilayah perkembangan terdekat mereka, tugas yang tidak dapat diselesaikan sendiri akan dapat mereka selesaikan dengan bimbingan atau bantuan orang lain. 


Konsep dalam Teori Konstruktivisme. Teori konstruktivisme memiliki beberapa konsep umum sebagai berikut :
  • peserta didik aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.
  • dalam konteks pembelajaran, peserta didik seharusnya mampu membina  pengetahuan mereka secara mandiri.
  • pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh peserta didik sendiri melalui proses saling mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru.
  • unsur terpenting dalam teori ini adalah seseorang membina pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada.
  • ketidak-seimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini berlaku apabila peserta didik menyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten atau tidak sesuai dengan pengetahuan ilmiah.
  • bahan pengajaran yang disediakan perlu memiliki perkaitan dengan pengalaman peserta didik untuk menarik minat peserta didik. 


Persyaratan Dapat Diterapkannya Teori Konstruktivisme. Berdasarkan konsep umum dalam teori konstruktivitas tersebut, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam lingkungan pembelajaran sehingga teori konstruktivisme dapat diterapkan atau diimplemantasikan dengan baik. Beberapa syarat dimaksud adalah sebagai berikut :
  • memperhatikan dan memanfaatkan pengetahuan awal peserta didik. Dalam konstruktivisme, kegiatan belajar ditujukan untuk membantu peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuan. Peserta didik didorong untuk mengkonstruksikan pengetahuan baru dengan memanfaatkan pengetahuan awal yang telah dimilikinya.
  • adanya pengalaman belajar yang autentik dan bermakna. Dalam konstruktivisme, segala kegiatan yang dilakukan di dalam pembelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga bermakna bagi peserta didik.
  • adanya lingkungan sosial yang kondusif. Peserta didik diberi kesempatan untuk dapat berinteraksi secara produktif dengan sesama peserta didik maupun dengan pendidik, selain juga ada kesempatan bagi peserta didik untuk belajar dalam berbagai konteks sosial.
  • adanya dorongan agar peserta didik dapat mandiri. Peserta didik didorong untuk dapat bertanggung jawab terhadap proses belajarnya. Oleh karenanya, peserta didik dilatih dan diberi kesempatan untuk melakukan refleksi dan mengatur kegiatan belajarnya.
  • adanya usaha untuk mengenalkan peserta didik dengan dunia ilmiah. Sains bukan hanya produk (fakta, konsep, prinsip, dan teori), tetapi juga mencakup proses dan sikap. Oleh karenanya, pembelajaran sains juga harus dapat melatih dan memperkenalkan peserta didik tentang kehidupan ilmuwan. 


Kelebihan dan Kekurangan Teori Konstruktivisme. Sebagaimana teori atau model pembelajaran yang lain, teori konstruktivisme juga mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Agus N. Cahyo dalam "Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual dan Terpopuler", menyebutkan bahwa terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan teori konstruktivisme, yaitu sebagai berikut :

1. Kelebihan teori konstruktivisme :
  • pendidik atau guru bukanlah satu-satunya sumber belajar. Dalam proses belajar mengajar pendidik hanya sebagai pemberi ilmu dalam pembelajaran, peserta didik dituntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajarannya, baik dalam segi latihan, bertanya, praktik, dan lain sebagainya. Pendidik hanya sebagai pemberi arah dalam pembelajaran dan menyediakan hal-hal yang dibutuhkan oleh peserta didik. Dalam konstruktivisme, pengetahuan tidak hanya didapatkan dalam proses pembelajaran akan tetapi dapat juga didapatkan melalui diskusi, pengalaman, dan juga dari lingkungan sekitar.
  • peserta didik lebih aktif dan kreatif. Dalam konstruktivisme, siswa dituntut untuk dapat memahami pembelajarannya, baik yang didapatkan di sekolah maupun di luar sekolah, sehingga pengetahuan yang didapatnya tersebut dapat dikaitkan dengan baik dan seksama, selain juga peserta didik dituntut untuk dapat memahami ilmu-ilmu yang baru dan dapat dikoneksikan dengan ilmu-ilmu yang sudah lama.
  • pembelajaran menjadi lebih bermakna. Belajar bermakna berarti menginstriksi informasi dalam struktur penelitian lainnya, maksudnya adalah pembelajaran tidak hanya mendengarkan dari pendidik saja, akan tetapi peserta didik juga harus dapat mengaitkan dengan pengalaman-pengalaman pribadinya dengan informasi-informasi yang didapatkannya dari berbagai pihak.
  • pembelajaran memiliki kebebasan dalam belajar. Peserta didik bebas mengaitkan ilmu-ilmu yang ia dapatkan, baik di lingkungannya dengan yang di sekolah sehingga tercipta konsep yang diharapkan.
  • perbedaan individual terukur dan dihargai.
  • pendidik memikirkan tentang proses membina pengetahuan baru, sedangkan peserta didik berfikir untuk menyelesaikan masalah dan membuat keputusan.

2. Kekurangan teori konstruktivisme :
  • secara konseptual, proses belajar konstruktivisme adalah proses belajar yang bukan merupakan perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar ke dalam diri peserta didik saja, tetapi juga dari pengalaman peserta didik melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemutakhiran struktur kognitif.
  • peran peserta didik, menurut teori konstruktivisme, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan.
  • peran pendidik, dalam teori konstruktivisme, pendidik berperan membantu agar proses pengonstruksian pengetahuan oleh peserta didik dapat berjalan dengan lancar. Pendidik tidak menerapkan pengetahuan yang dimilikinya, melainkan membantu peserta didik untuk membentuk pengetahuannya sendiri.
  • sarana belajar, konstruktivisme menekankan bahwa peran utama dalam kegiatan belajar mengajar adalah aktivitas peserta didik dalam mengonstruksi pengetahuannya sendiri.
  • evaluasi, teori konstruktivisme memandang bahwa lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas, konstruksi pengetahuan, serta aktivitas-aktivitas lain yang didasarkan pada pengalaman.


Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian teori konstruktivisme dalam pembelajaran (teori konstruktivisme Jean Piaget dan teori konstruktivisme vygotsky), konsep dan syarat dapat diterapkannya teori konstruktivisme, serta kelebihan dan kekurangan teori konstruktivisme.

Semoga bermanfaat.