Pengertian Takdir. Allah berfirman dalam QS. Al Qamar : 49, yang artinya :
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”.
QS. Al Qamar : 49 tersebut ditafsirkan bahwa “apa yang terjadi pada semua makhluk sudah ditetapkan oleh Allah. Sungguh, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran, yaitu suatu sistem dan ketentuan yang telah ditetapkan. Dan ketahuilah bahwa semua perintah Kami yang menyangkut apa pun hanyalah diungkapkan dengan satu perkataan yang mudah dan cepat, seperti kejapan mata.” (Kementerian Agama Republik Indonesia)
Meyakini akan adanya takdir merupakan salah satu dari rukun iman. Seorang muslim harus beriman dan meyakini takdir yang terjadi di dalam hidupnya, baik takdir baik atau takdir buruk. Kematian, kelahiran, rezeki, nasib, hingga jodoh semua telah ditetapkan sebelumnya dalam garis takdir manusia dan tidak diketahui oleh siapapun, kecuali Allah. Takdir sebagai bagian dari tanda kekuasaan Allah yang harus diimani sebagaimana dikenal dalam “rukun iman”.
Secara etimologi, istilah “takdir” berasal dari bahasa Arab, yaitu “qadara” yang artinya ketentuan. Sesungguhnya Allah telah menentukan suatu perkara atas kehendak-Nya. Sedangkan istilah “qaddara” dengan tambahan “tasydid” diartikan dengan Allah telah menjadikan seseorang itu berkuasa melakukan sesuatu dengan kadarnya atau kemampuannya.
Secara terminologi, istilah “takdir” dapat diartikan sebagai suatu ketetapan Allah bagi manusia, di mana semua manusia di bumi ini tidak ada satupun yang mampu untuk mengetahuinya. Takdir juga berarti ketentuan suatu peristiwa yang terjadi secara suka dan tidak karena Allah yang menentukan manusia yang menjalankan mahsyar kelak.
Baca juga : Iman Kepada Qada Dan Qadar
1. Qada’.
Qada’ berarti ketetapan, perintah, kepastian, dan kehendak. Maksudnya adalah ketetapan Allah kepada setiap makhluk-Nya sejak manusia diciptakan atau zaman azali, yang meliputi baik dan buruknya nasib, hingga bagaimana hidup dan matinya manusia. Dapat dikatakan bahwa apa yang akan, sedang, dan sudah terjadi di hidup manusia, semuanya sudah digariskan oleh Allah.
2. Qadar.
Qadar berarti peraturan dan ukuran. Maksudnya adalah perwujudan dari segala sesuatu yang berkenaan dengan makhluk-Nya sesuai dengan kehendak Allah. Qadar sering disebut sebagai takdir Allah dan berlaku bagi semua makhluk hidup.
Keberadaan qada’ dan qadar tersebut telah tertulis di dalam “Lauhul Mahfuzh” atau papan tulis yang terpelihara.
Selain itu, takdir juga dapat dibedakan menjadi beberapa macam yang didasarkan pada :
1. Berlakunya.
Berdasarkan berlakunya, takdir dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu :
1.1. At Taqdiirul ‘Aam.
Allah berfirman dalam QS. Al Hajj : 70, yang artinya :
“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi ?, bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.”
At taqdiirul ‘aam atau takdir yang bersifat umum merupakan ketetapan Allah yang berlaku untuk seluruh alam karena Dia adalah Yang Maha Mengetahui, Maha Menghendaki, dan Maha Menciptakan.
1.2. At Taqdiirul Basyari.
Allah berfirman dalam QS. Al A’raf : 172, yang artinya :
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)".”
At taqdiirul basyari atau takdir yang berlaku untuk manusia merupakan ketetapan Allah yang berlaku kepada seluruh manusia. Allah akan menentukan, siapa orang-orang yang akan berbahagia dan orang-orang yang akan celaka, bergantung pada perbuatan dan amalan masing-masing.
1.3. At Taqdiirus Sanawi.
Allah berfirman dalam QS. Al Qadr ayat 4 - 5, yang artinya :
“Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.”
At taqdiirus sanawi atau takdir yang berlaku tahunan merupakan ketetapan Allah yang berkaitan erat dengan malam Lailatul Qadar yang terjadi setiap tahun, yakni pada bulan Ramadhan.
1.4. At Taqdiirul Yaumi.
Allah berfirman dalam QS. Ar Rahmaan : 29, yang artinya :
“Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.”
At taqdiirul yaumi atau takdir yang berlaku harian merupakan ketetapan Allah yang tidak hanya berlaku tahunan saja, tetapi juga harian, sepanjang kehidupan manusia masih berjalan. Baik itu kematian, kehidupan, rezeki, bahkan hujan yang akan turun.
1.5. At Taqdiirul ‘Umri.
Rasullulah SAW bersabda sebagaimana diriwayatkan dalam hadits ash Shadiqul Mashduq dalam Shahihain dari Ibnu Mas’ud, yang artinya :
“Sesungguhnya salah seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal darah seperti itu pula (empat puluh hari), kemudian menjadi segumpal daging seperti itu pula, kemudian Dia mengutus seorang Malaikat untuk meniupkan ruh padanya, dan diperintahkan (untuk menulis) dengan empat kalimat: untuk menulis rizkinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagia(nya).”
At aqdiirul ‘umri atau takdir yang berlaku bagi usia merupakan ketetapan Allah yang akan terjadi kepada makhluk-Nya, baik itu kehidupan, usia, kesengsaraan, kebahagiaan, hingga akhir ajal adalah ketetapan Allah.
2. Kehendak Allah dan Usaha Manusia.
Berdasarkan kehendak Allah dan usaha yang dilakukan manusia, takdir dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
2.1. Takdir Mubram.
Allah berfirman dalam QS. Al A’raf : 34, yang artinya :
“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.”
Takdir mubram merupakan ketatapan Allah yang berlaku bagi manusia yang sifatnya mutlak dan tidak bisa ditawar lagi, meskipun manusia tersebut telah memohon kepada-Nya. Takdir mubram berkaitan erat dengan kelahiran dan kematian manusia, bagaimana fisik bayi di dalam kandungan (laki-laki/perempuan, ciri fisik, dan lain-lain), jodoh, dan lain sebagainya.
2.2. Takdir Muallaq.
Allah berfirman dalam QS. Ar Ra’d : 11, yang artinya :
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”
Takdir muallaq merupakan ketetapan Allah yang mengikut-sertakan usaha dan ikhtiar manusia. Takdir muallaq sebenarnya telah tertulis dalam “Lauhul Mahfuzh”, tetapi dapat berubah lantaran dua sebab, yaitu :
- doa, yang telah dipanjatkan oleh manusia secara sungguh-sungguh.
- perbuatan baik, yang telah dilakukan semasa hidup manusia.
Secara tidak langsung, usaha dan doa yang dilakukan manusia dapat mengubah takdirnya. Takdir yang dapat diubah melalui usaha dan doa diantaranya adalah cita-cita dan rezeki.
Hikmah Beriman kepada Takdir. Terdapat beberapa hikmah yang dapat diperoleh ketika seorang muslim beriman kepada takdir, diantaranya adalah :
- melatih diri supaya banyak bersyukur kepada Allah.
- menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa.
- menenangkan jiwa.
- mendekatkan diri kepada Allah.
- membiasakan diri untuk bertawakal kepada Allah.
Baca juga : Sabar Dalam Islam
Prinsip Keimanan terhadap Takdir. Keimanan terhadap takdir dalam Islam mencakup empat prinsip yang harus diimani oleh setiap Muslim, yaitu :
- semuanya terjadi dalam pengilmuan Allah. Mengimani bahwa Allah mengetahui dengan ilmunya yang azali dan abadi tentang segala sesuatu yang terjadi baik perkara yang kecil maupun yang besar, yang nyata maupun yang tersembunyi, baik itu perbuatan yang dilakukan oleh Allah maupun perbuatan makhluknya.
- tidak ada sesuatupun yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi kecuali telah tercatat. Mengimani bahwa Allah telah menulis dalam lauhul mahfudz catatan takdir segala sesuatu sampai hari kiamat.
- semuanya terjadi atas kehendak Allah, baik itu perbuatan Allah sendiri maupun perbuatan makhluknya. Mengimani bahwa kehendak Allah meliputi segala sesuatu, baik yang terjadi maupun yang tidak terjadi, baik perkara besar maupun kecil, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, baik yang terjadi di langit maupun di bumi.
- perkataan dan perbuatan makhluk pun termasuk ciptaan Allah. Mengimani dengan penciptaan Allah karena Allah menciptakan segala sesuatu baik yang besar maupun kecil, yang nyata dan tersembunyi. Ciptaan Allah mencakup segala sesuatu dari bagian makhluk beserta sifat-sifatnya.
Baca juga : Aqidah Dalam Islam
Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian takdir, macam dan hikmah takdir, serta prinsip keimanan terhadap takdir.
Semoga bermanfaat.