Prasangka Sosial (Social Prejudice) : Pengertian, Sumber, Ciri-Ciri, Aspek, Dan Dampak Prasangka Sosial, Serta Faktor Yang Mempengaruhi Prasangka Sosial

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Pengertian Prasangka Sosial. Istilah “prasangka” atau “prejudice” merupakan penilaian atau pendapat yang diberikan oleh seseorang tanpa melakukan pemeriksaan terlebih dahulu. Gordon W. Allport, dalam “The Nature of Prejudice”, mengartikan prasangka sebagai antipati berdasarkan generalisasi yang keliru dan tidak fleksibel, kemudian diarahkan kepada sebuah kelompok secara keseluruhan atau kepada seseorang karena ia adalah salah seorang anggota kelompok tersebut. Antipati tersebut mungkin dirasakan atau diekspresikan.

Secara umum, istilah “prasangka sosial” atau “social prejudice” dapat diartikan sebagai suatu sikap perasaan orang-orang terhadap golongan manusia tertentu yang bisa berasal dari ras atau atas sifat kebudayaan yang berbeda dengan kelompoknya. Berprasangka sosial terdiri atas attitude atau sikap sosial yang bersifat negatif terhadap golongan lain, sehingga pada akhirnya dapat berpengaruh pada tingkah laku orang lain terhadap golongan tersebut.

Selain itu, pengertian prasangka sosial juga dapat dijumpai dalam beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah :
  • Mar’at, dalam “Prasangka”, menyebutkan bahwa prasangka sosial adalah sebagai dugaan-dugaan yang mempunyai nilai positif atau negatif, tapi biasanya lebih bersifat negatif.
  • W.A. Gerungan, dalam “Psikologi Sosial”, menyebutkan bahwa prasangka sosial adalah suatu sikap perasaan orang-orang terhadap golongan manusia tertentu, golongan ras atau kebudayaan yang berbeda dengan golongan orang yang berprasangka itu.
  • F. Hanurawan, dalam “Psikologi Sosial Suatu Pengantar”, menyebutkan bahwa prasangka sosial adalah suatu sikap yang ditunjukkan kepada anggota suatu kelompok tertentu berdasar pada ciri-ciri keanggotaan pada kelompok itu.
  • R.S. Feldman, dalam “Social Psychology”, menyebutkan bahwa prasangka sosial adalah evaluasi positif atau negatif atau sikap mengadili suatu anggota dari kelompok berdasarkan keanggotaannya pada kelompok tersebut.
  • Robert A. Baron dan Donn Byrne, dalam “Social Psychology”, menyebutkan bahwa prasangka sosial adalah suatu sikap (biasanya negatif) terhadap anggota kelompok tertentu, semata berdasarkan keanggotaan mereka di dalam kelompok dan cenderung mengevaluasi anggotanya dengan cara yang sama juga (biasanya secara negatif).


Sumber Prasangka Sosial. Terdapat beberapa sumber dari prasangka sosial. Robert A. Baron dan Donn Byrne menjelaskan bahwa beberapa sumber prasangka sosial adalah sebagai berikut :
  • konflik antar kelompok secara langsung yang berakar dari kompetisi langsung untuk memperoleh sumber daya yang berharga dan terbatas.
  • kategori sosial dengan kecenderungan membagi dunia sosial ke dalam dua kategori yang berbeda yaitu in-group dan out-group.
  • pengalaman belajar di masa awal melalui pengalaman langsung menjadi sebuah cara yang sama darimana sikap lain diperoleh.
  • terdapat beberapa sumber kognisi sosial, seperti : stereotipe, eksplisit dan emplisit, yang menunjukkan bagaimana kita berpikir mengenai orang lain, menyimpan dan mengintegrasikan informasi tentang mereka dan menggunakan informasi untuk menarik kesimpulan tentang mereka atau membuat penilaian sosial.


Ciri-Ciri Prasangka Sosial. Beberapa hal yang menjadi ciri-ciri dari prasangka sosial adalah :
  • adanya pembatasan tentang situasi dari segi proconseption pandangan tertentu sebelumnya.
  • sikap yang dalam itu bertahan dengan kuatnya, dalam arti sikap tersebut berlangsung dalam waktu yang lama.
  • tinjauan terhadap sikap menjurus kepribadian arah yang negatif, kearah yang tidak menyenangkan

Sedangkan J.C. Brigham, dalam “Social Psychology”, menjelaskan bahwa ciri-ciri dari prasangka sosial dapat dilihat dari kecenderungan individu untuk membuat kategori sosial (social categorization), yaitu kecenderungan untuk membagi dunia sosial menjadi dua kelompok sebagai berikut :
  • kelompok kita atau “in group”, merupakan kelompok sosial di mana individu merasa dirinya dimiliki atau memiliki (“kelompok kami”).
  • kelompok mereka atau “out group”, merupakan kelompok sosial di luar grup sendiri.

Timbulnya prasangka sosial dapat dilihat dari perasaan “in group” dan “out group” yang menguat, yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
  • proses generalisasi terhadap perbuatan anggota kelompok lain. Jika ada salah seorang individu dari kelompok luar berbuat negatif, maka akan digeneralisasikan pada semua anggota kelompok luar. Sedangkan jika ada salah seorang individu yang berbuat negatif dari kelompok sendiri, maka perbuatan negatif tersebut tidak akan digeneralisasikan pada anggota kelompok sendiri lainnya.
  • kompetisi sosial. Kompetisi sosial merupakan suatu cara yang digunakan oleh anggota kelompok untuk meningkatkan harga dirinya dengan membandingkan kelompoknya dengan kelompok lain dan menganggap kelompok sendiri lebih baik daripada kelompok lain.
  • penilaian ekstrem terhadap anggota kelompok lain. Individu melakukan penilaian terhadap anggota kelompok lain baik penilaian positif ataupun negatif secara berlebihan.
  • pengaruh persepsi selektif dan ingatan masa lalu. Pengaruh persepsi selektif dan ingatan masa lalu biasanya dikaitkan dengan stereotipe, yaitu keyakinan (belief) yang menghubungkan sekelompok individu dengan ciri-ciri sifat tertentu atau anggapan tentang ciri-ciri yang dimiliki oleh anggota kelompok luar.
  • perasaan frustasi atau scope goating”. Perasaan frustasi merupakan rasa frustasi seseorang sehingga membutuhkan pelampiasan sebagai objek atas ketidak-mampuannya menghadapi kegagalan.
  • agresi antar kelompok. Agresi biasanya timbul akibat cara berpikir yang rasialis sehingga menyebabkan seseorang cenderung berperilaku agresif.
  • dogmatisme. Dogmatisme merupakan sekumpulan kepercayaan yang dianut seseorang berkaitan dengan masalah tertentu, salah satunya adalah mengenai kelompok lain. Bentuk dogmatisme dapat berupa etnosentrisme dan favoritisme. Etnosentrisme adalah paham atau kepercayaan yang menempatkan kelompok sendiri sebagai pusat segala-galanya. Sedangkan, favoritisme adalah pandangan atau kepercayaan individu yang menempatkan kelompok sendiri sebagai yang terbaik, paling benar, dan paling bermoral.


Aspek Prasangka Sosial. Prasangka sosial memiliki beberapa aspek. Gordon W. Allport menjelaskan bahwa prasangka sosial merupakan antipati yang mungkin dirasakan atau diekspresikan. Lebih lanjut, Gordon W. Allport menyebutkan bahwa prasangka sosial memiliki lima aspek, yaitu :
  • antilocution, merupakan suatu pembicaraan mengarah kepada bermusuhan, memiliki sikap merendahkan secara verbal, serta memiliki lelucon rasial (perbedaan budaya dan ras) kepada seseorang atau sekelompok orang tertentu.
  • avoidance, merupakan suatu usaha untuk menjaga jarak terhadap suatu kelompok ataupun kepada seseorang dalam kelompok tersebut, akan tetapi penghindaran ini tidak menimbulkan kerugian secara aktif.
  • discrimination, merupakan suatu usaha untuk melakukan pengusiran dari suatu tempat, mengambil hak-hak sipil dan pekerjaan mereka.
  • physical attack, merupakan tindakan kekerasan terhadap orang maupun kepada properti yang berhubungan dengan sesuatu yang diprasangkai tersebut.
  • extermination, merupakan tindakan kekerasan tanpa pandang bulu terhadap seluruh kelompok yang diprasangkai (termasuk genosida).

Sedangkan David. G. Myers, dalam “Social Psychology”, menjelaskan bahwa prasangka sosial merupakan sejenis sikap, oleh karena itu aspek prasangka sosial adalah aspek dari sikap itu sendiri, yang terdiri dari :
  • komponen afektif, merupakan suatu perasaan atau emosi yang dihubungkan dengan suatu objek sikap. Komponen ini bisa digambarkan menjadi suatu emosi negatif individu apabila seseorang berjumpa atau bahkan hanya berfikir tentang anggota ataupun suatu kelompok masyarakat tertentu.
  • komponen konatif (perilaku), merupakan suatu tendensi (kecenderungan) untuk berperilaku pada cara-cara yang bersifat negatif terhadap anggota maupun suatu kelompok masyarakat tertentu melalui bermacam-macam bentuk perilaku.


Dampak Prasangka Sosial. Prasangka sosial dapat menimbulkan beberapa dampak, diantaranya adalah :
  • membuat korban merasa kurang dari manusia seutuhnya. Dalam kondisi demikian, adanya prasangka sosial menyebabkan terhambatnya perkembangan potensi individu secara maksimal.
  • membatasi kesempatan untuk berkembang. Dampak adanya prasangka sosial tidak hanya berpengaruh pada perilaku orang dewasa tapi juga anak-anak, sehingga hal tersebut membatasi kesempatan mereka untuk berkembang menjadi orang yang mempunyai toleransi terhadap kelompok sasaran.
  • menjadi pencegah sosialisasi. Prasangka sosial akan menjadikan kelompok individu tertentu berbeda kedudukannya dengan kelompok individu lain, dan menjadikan mereka tidak mau untuk bergabung atau bersosialisasi dengan kelompok lain.


Faktor yang Memengaruhi Prasangka Sosial. Proses pembentukan prasangka sosial dipengaruhi beberapa faktor. Mar’at menjelaskan bahwa prasangka sosial dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :

1. Pengaruh kepribadian.
Sejalan dengan perkembangan kepribadian seseorang akan terlihat pula pembentukan prasangka sosial. Kepribadian otoriter mengarahkan seseorang membentuk suatu konsep prasangka sosial, karena ada kecenderungan orang tersebut selalu merasa curiga, berpikir dogmatis dan berpola pada diri sendiri.

2. Pendidikan dan status.
Semakin tinggi pendidikan seseorang dan semakin tinggi status yang dimilikinya akan mempengaruhi cara berpikirnya dan akan meredusir prasangka sosial.

3. Pengaruh pendidikan anak oleh orang tua.
Dalam hal ini orang tua memiliki nilai-nilai tradisional yang dapat dikatakan berperan sebagai famili ideologi yang akan mempengaruhi prasangka sosial.

4. Pengaruh kelompok.
Kelompok memiliki norma dan nilai tersendiri dan akan mempengaruhi pembentukan prasangka sosial pada kelompok tersebut. Oleh karenanya norma kelompok yang memiliki fungsi otonom dan akan banyak memberikan informasi secara realistis atau secara emosional yang mempengaruhi sistem sikap individu.

5. Pengaruh politik dan ekonomi.
Politik dan ekonomi sering mendominir pembentukan prasangka sosial. Pengaruh politik dan ekonomi telah banyak memicu terjadinya prasangka sosial terhadap kelompok lain misalnya kelompok minoritas.

6. Pengaruh komunikasi.
Komunikasi juga memiliki peranan penting dalam memberikan informasi yang baik dan komponen sikap akan banyak dipengaruhi oleh media massa seperti radio, televisi, yang kesemuanya hal ini akan mempengaruhi pembentukan prasangka sosial dalam diri seseorang.

7. Pengaruh hubungan sosial.
Hubungan sosial merupakan suatu media dalam mengurangi atau mempertinggi pembentukan prasangka sosial.


Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian prasangka sosial (social prejudice), sumber, ciri-ciri, aspek, dan dampak prasangka sosial, serta faktor yang dapat mempengaruhi prasangka sosial.

Semoga bermanfaat.