Pengertian Konservatisme Akuntansi. Konservatisme akuntansi mengacu pada pedoman pelaporan keuangan yang mengharuskan akuntan untuk melakukan verifikasi tingkat tinggi dan memanfaatkan solusi yang menunjukkan angka paling agresif ketika dihadapkan pada ketidak-pastian.
Secara umum, istilah konservatisme akuntansi dapat diartikan sebagai sikap atau aliran dalam menghadapi ketidak-pastian untuk mengambil tindakan atau keputusan atas dasar outcome yang terjelek dari ketidak-pastian tersebut. Konservatisme akuntansi merupakan suatu prinsip akuntansi yang apabila diterapkan akan menghasilkan angka-angka laba dan aset cenderung rendah, serta angka-angka biaya dan hutang cenderung tinggi. Kecenderungan seperti itu terjadi karena konservatisme akuntansi menganut prinsip memperlambat pengakuan pendapatan serta mempercepat pengakuan biaya. Akibatnya, laba yang dilaporkan cenderung terlalu rendah (understatement).
Dalam Statement of Concept Nomor : 2 Financial Accounting Statement Board (FASB), dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan konservatisme akuntansi adalah reaksi hati-hati menghadapi ketidakpastian yang melekat dalam perusahaan untuk mencoba memastikan bahwa ketidak-pastian dan risiko intern dalam lingkungan bisnis sudah cukup dipertimbangkan. Ketidak-pastian dan risiko tersebut harus dicerminkan dalam laporan keuangan agar nilai prediksi dan kenetralan bisa diperbaiki. Pelaporan yang didasari kehati-hatian akan memberi manfaat yang terbaik untuk semua pemakai laporan keuangan.
Selain itu, pengertian konservatisme akuntansi juga dapat dijumpai dalam beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah :
- J.H. Bliss, dalam “Management Through Accounts”, menyebutkan bahwa konservatisme akuntansi adalah prinsip yang menekankan pada pencatatan keuntungan ketika telah tersedia cukup bukti atas pendapatan yang dapat menghasilkan keuntungan tersebut dan segera mengakui kerugian. Konservatisme akuntansi merupakan preferensi akuntan untuk memilih metode akuntansi tertentu yang menghasilkan pencatatan nilai modal yang lebih kecil.
- Harry I. Wolk dan Michael G. Tearney, dalam “Accounting Theory: A Conceptual and Institutional Approach”, menyebutkan bahwa konservatisme akuntansi merupakan preferensi terhadap metode-metode akuntansi yang menghasilkan nilai paling rendah untuk aset dan pendapatan, sementara nilai paling tinggi untuk utang dan biaya, atau menghasilkan nilai buku ekuitas yang paling rendah.
- S. Basu, dalam “The Conservatism Principle and The Asymmetric Timeliness of Earnings”, yang dimuat dalam Journal of Accounting and Economics. Volume : 24, Tahun 1997, menyebutkan bahwa konservatisme akuntansi adalah kecenderungan akuntan untuk mempersyaratkan tingkat verifikasi yang lebih tinggi dalam mengakui good news sebagai keuntungan daripada bad news sebagai kerugian. Sehingga dapat diartikan bahwa semakin tinggi perbedaan tingkat verifikasi antara bad news dan good news di dalam perusahaan maka semakin konservatif laporan keuangan yang dikeluarkan perusahaan.
Konservatisme Akuntansi dalam PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan). PSAK sebagai standar pencatatan akuntansi di Indonesia menjadi pemicu timbulnya penerapan prinsip konservatisme akuntansi. Pengakuan prinsip konservatisme akuntansi dalam PSAK tercermin dengan terdapatnya berbagai pilihan metode pencatatan di dalam sebuah kondisi yang sama. Pilihan metode pencatatan tersebut cenderung menimbulkan laporan laba perusahaan yang konservatif, karena akuntan akan cenderung memilih metode pencatatan yang menghasilkan nilai aktiva bersih dan laba perusahaan yang terkecil. Beberapa pilihan metode pencatatan dalam PSAK yang dapat menimbulkan laporan keuangan konservatif di antaranya adalah :
1. PSAK Nomor : 14.
PSAK Nomor : 14 tentang persediaan yang menyatakan bahwa perusahaan dapat mencatat biaya persediaan dengan menggunakan salah satu dari metode : FIFO ( first in first out) , LIFO ( last in first out) dan rata-rata tertimbang ( weighted average) . Di mana LIFO dianggap menghasilkan nilai laba yang lebih konservatif dibandingkan metode lainnya.
2. PSAK Nomor : 16.
PSAK Nomor : 16 tentang aktiva tetap dan aktiva lain-lain yang mengatur estimasi masa manfaat suatu aktiva tetap.
- estimasi masa manfaat suatu aktiva didasarkan pada pertimbangan manajemen yang berasal dari pengalaman perusahaan saat menggunakan aktiva yang serupa.
- estimasi masa manfaat tersebut haruslah diteliti kembali secara periodik dan jika manajemen menemukan bahwa masa manfaat suatu aktiva berbeda dari estimasi sebelumnya maka harus dilakukan penyesuaian atas beban penyusutan saat ini dan di masa yang akan datang.
Standar ini memungkinkan perusahaan untuk mengubah masa manfaat aktiva yang digunakan dan dapat mendorong timbulnya laba yang konservatif.
3. PSAK Nomor : 17.
PSAK Nomor : 17 tentang akuntansi penyusutan yang menyatakan bahwa perusahaan dapat memilih untuk menggunakan salah satu dari metode penyusutan yang ditetapkan untuk mengalokasikan aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaatnya. Metode penyusutan yang dapat dipergunakan perusahaan adalah :
- berdasarkan waktu, yang meliputi : metode garis lurus (straight line method), metode jumlah angka tahun (sum of the year digit method), serta metode saldo menurun/saldo menurun ganda (double declining method).
- berdasarkan penggunaan, yang meliputi : metode jam jasa (service hours method) serta metode jumlah unit produksi (productive output method).
- berdasarkan kriteria lainnya, yang meliputi : metode annuitas (annuity method) serta sistem persediaan (inventory system).
4. PSAK Nomor : 20.
PSAK Nomor : 20 tentang biaya riset dan pengembangan yang menyebutkan bahwa alokasi biaya riset dan pengembangan ditentukan dengan melihat hubungan antara biaya dan manfaat ekonomis yang diharapakan perusahaan akan diperoleh dari kegiatan riset dan pengembangan. Apabila besar kemungkinan biaya tersebut akan meningkatkan manfaat ekonomis di masa yang akan datang dan biaya tersebut dapat diukur secara andal, maka biaya- biaya tersebut memenuhi syarat untuk diakui sebagai aktiva.
Baca juga : Prinsip-Prinsip Dasar Akuntansi
Dasar Munculnya Konservatisme Akuntansi. Menurut Irwanto Handojo, dalam “Sekelumit Konservatisme Akuntansi”, yang dimuat dalam Media Bisnis 4(2), Tahun 2012, dijelaskan bahwa terdapat beberapa alasan yang mendasari dilakukannya prinsip konservatisme dalam akuntansi, yaitu :
- kecenderungan untuk bersikap pesimis dianggap perlu untuk mengimbangi optimisme yang mungkin berlebihan dari para manajer dan pemilik sehingga kecenderungan melebih-lebihkan dalam pelaporan relatif dapat dikurangi.
- laba dan penilaian (valuation) yang dinyatakan terlalu tinggi (over-statement) lebih berbahaya bagi perusahaan dan pemiliknya daripada penyajian yang bersifat kerendahan (under-statement) dikarenakan resiko untuk menghadapi tuntutan hukum karena dianggap melaporkan hal yang tidak benar menjadi lebih besar.
- akuntan kenyataannya lebih mampu memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan mampu mengkomunikasikan informasi tersebut selengkap mungkin yang dapat dikomunikasikan kepada para investor dan kreditor, sehingga akuntan menghadapi dua macam risiko yaitu risiko bahwa apa yang dilaporkan ternyata tidak benar dan risiko bahwa apa yang tidak dilaporkan ternyata benar.
Jenis Konservatisme Akuntansi. Konservatisme akuntansi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. K.R. Subramanyam dan John J. Wild, dalam “Analisis Laporan Keuangan”, menjelaskan bahwa konservatisme akuntansi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
1. Konservatisme Tak Bersyarat.
Konservatisme tak bersyarat atau “unconditional conservatism” merupakan jenis akuntansi konservatisme yang diaplikasikan secara konsisten dalam dewan direksi. Hal ini mengarah pada nilai aset yang lebih rendah secara perpectual. Contoh dari konservatisme tak bersyarat adalah akuntansi untuk penelitian dan pengembangan. Beban penelitian dan pengembangan dihapuskan ketika sudah terjadi, meskipun ia mempunyai potensi ekonomis. Oleh karena itu, aset bersih dari perusahaan yang melakukan penelitian dan pengembangan secara insentif akan selalu lebih rendah (understated).
2. Konservatisme Bersyarat.
Konservasi bersyarat atau “conditional conservatism” merupakan jenis konservatisme akuntansi yang mengacu pada pepatah lama semua kerugian diakui secepatnya, tetapi keuntungan hanya diakui saat benar-benar terjadi. Contoh konservatisme bersyarat adalah menurunkan nilai asset.
Faktor yang Mempengaruhi Konservatisme Akuntansi. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi konservatisme akuntansi. R.L. Watts, dalam “Conservatism in Accounting Part I: Explanations and Implications”, menjelaskan bahwa beberapa faktor yang dapat mempengaruhi konservatisme akuntansi adalah :
1. Contracting.
Contracting atau pengontrakan sebagai pendorong timbulnya praktek konservatisme merupakan sumber yang paling dahulu muncul dan memiliki argumentasi yang telah berkembang dengan sempurna. Adanya konservatisme akan membatasi perilaku opportunistik manajer dan konservatisme merupakan suatu penyeimbang bila terdapat bias manajerial dengan tuntutan verifikasi yang bersifat asimetris sehingga dengan adanya usaha menyeimbangkan antara tindakan opportunistik manajer dengan kewajiban melakukan verifikasi terlebih dahulu akan menyebabkan pelaporan tidak akan bersikap berlebihan namun juga tidak kerendahan. Di sisi lain, konservatisme dapat meningkatkan nilai perusahaan karena konservatisme membatasi pembayaran kepada pihak manajer atau pihak lain (shareholders) yang bersifat opportunistik.
2. Litigation.
Litigation atau lingkungan hukum yang berlaku pada suatu wilayah tertentu mempunyai dampak yang signifikan dalam kebijakan manajer dalam melaporkan kondisi keuangan perusahaannya. Dalam hal ini, manajer akan menyeimbangkan biaya litigasi yang akan timbul dengan manfaat yang diperoleh dari pelaporan keuangan dengan kebijakan akuntansi yang agresif. Sehingga, perusahaan yang beroperasi pada wilayah dengan lingkungan hukum yang ketat akan cenderung menerapkan kebijakan akuntansi yang konservatif.
3. Political Cost.
Political cost atau biaya politik muncul akibat konflik kepentingan antara manajer dengan pemerintah sebagai pihak ketiga yang memiliki wewenang untuk mengalihkan kekayaan perusahaan kepada masyarakat sesuai peraturan yang berlaku. Bagi perusahaan yang mampu menghasilkan profit makan pengakuan yang asimetris antara gains dan losses (menunda pengakuan pendapatan dan mempercepat pengakuan beban) akan mengurangi present value dari pajak (menunda pembayaran pajak) dan meningkatkan nilai perusahaan. Penentu standar akuntansi dan otoritas regulator juga diuntungkan dengan sedikitnya kemungkinan datangnya kritik karena terjadinya perusahaan yang melakukan overstate nilai net asset dibandingkan bila perusahaan melakukan understate dari nett asset-nya.
Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian konservatisme akuntansi, dasar munculnya dan jenis konservatisme akuntansi, serta faktor yang mempengaruhi konservatisme akuntansi.
Semoga bermanfaat.