Pengertian Imitasi. Istilah “imitasi” atau “meniru” merujuk pada sebuah sikap yang berusaha meniru seseorang atau sesuatu, yang banyak digunakan dalam berbagai hal, mulai dari kehidupan sosial, politik, dan lain sebagainya.
Secara umum, istilah imitasi dapat diartikan sebagai suatu perbuatan meniru sesuatu, baik tindakan, tingkah laku, gaya hidup, hingga penampilan fisik seseorang. Imitasi juga dapat berarti suatu perilaku lanjut di mana seorang individu mengamati dan mereplikasi perilaku orang lain. Pada hakekatnya, imitasi merupakan bentuk pembelajaran sosial yang mengarah pada pengembangan tradisi dan budaya sehingga terjadi transfer informasi dalam bentuk perilaku, sikap, kebiasaan, dan lain sebagainya, tanpa harus melalui pewarisan genetik.
Saat ini, imitasi dipelajari dari berbagai sudut pandang ilmu seperti : psikologi, neurologi, kognitif, kecerdasan buatan, studi hewan (animal study), antropologi, ekonomi, sosiologi, dan filsafat. Hal ini berkaitan dengan fungsi imitasi pada pembelajaran terutama pada anak, maupun kemampuan manusia untuk berinteraksi secara sosial sampai dengan penurunan budaya pada generasi selanjutnya.
Selain itu, pengertian imitasi juga dapat dijumpai dalam beberapa pendapat yang dikeluarkan oleh para ahli, diantaranya adalah :
- W.A. Gerungan, dalam “Psikologi Sosial”, menyebutkan bahwa imitasi adalah tindakan yang dilakukan dengan cara mengikuti perilaku orang lain ketika menjalani kehidupan di lingkungan sosial.
- S. Hurley dan Nick Charter, dalam “Perspectives on Imitation”, menyebutkan bahwa imitasi adalah suatu proses kognisi untuk melakukan tindakan maupun aksi seperti yang dilakukan oleh model dengan melibatkan indra sebagai penerima rangsang dan pemasangan kemampuan persepsi untuk mengolah informasi dari rangsang dengan kemampuan aksi untuk melakukan gerakan motorik. Proses ini melibatkan kemampuan kognisi tahap tinggi karena tidak hanya melibatkan bahasa namun juga pemahaman terhadap pemikiran orang lain.
Baca juga : Pengertian Dan Syarat Interaksi Sosial
Syarat Imitasi. Diperlukan beberapa hal sebagai syarat sehingga terjadi imitasi. Syarat terjadinya imitasi adalah sebagai berikut :
- adanya minat dan perhatian. Imitasi terjadi dimulai karena adanya minat serta perhatian yang cukup besar pada hal yang akan ditiru.
- sikap mengagumi hal yang diimitasi. Hal Ini berhubungan dengan rasa kagum pada apa yang dijadikan rutinitas yang tidak dapat ditinggalkan.
- hal yang ditiru memiliki penghargaan sosial tinggi. Sikap imitasi dilakukan karena ingin memperoleh penghargaan yang sama seperti seseorang yang ditiru.
Baca juga : Perilaku Herding (Herding Bihavior)
Ciri-Ciri Imitasi. Perbuatan imitasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
- bersifat meniru dan berusaha mencontoh.
- adanya suatu aksi untuk menyaingi orang lain.
- berusaha untuk tampil dan menyerupai seperti orang yang dijadikan contoh.
- selau menjadikan orang lain sebagai panutanya.
- selalu terobsesi terhadap orang lain termasuk apa yang dimiliki oleh orang lain
- selalu mengagumi orang lain.
Bentuk Imitasi. Secara garis besar, imitasi dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu :
- non deliberate imitation, merupakan bentuk imitasi yang terjadi apabila seorang anak atau anak-anaka meniru gerakan-gerakan, sikap orang dewasa.
- deliberate imitation, merupakan bentuk imitasi yang terjadi apabila seorang anak atau anak-anak bermain “peranan sosial”, seperti : menjadi ibu, penjual kacang, menjadi kondektur, menjadi penumpang kereta api, dan lain sebagainya.
Baca juga : Pengertian Dan Teori Konstruksi Realitas Sosial
Dampak Imitasi. Terdapat beberapa dampak yang timbul dari perbuatan imitasi. Tim Mitra Guru, dalam “Ilmu Pengetahuan Sosial Sosiologi Jilid 1”, menjelaskan bahwa dampak dari perbuatan imitasi adalah :
1. Dampak Positif.
Imitasi dapat mendorong seseorang untuk melakukan dan memenuhi norma-norma atau kaidah-kaidah yang berlaku sehingga tercipta kondisi masyarakat yang harmonis, selaras, stabil, dan teratur. Misalnya, mengikuti gaya seorang penyanyi terkenal, meniru pola hidup sehat masyarakat lain, dan lain sebagainya.
2. Dampak Negatif.
Dampak negatif imitasi terjadi jika dapat mendorong seseorang untuk menentang norma-norma atau kaidah-kaidah yang berlaku. Dalam hal ini, imitasi dapat melemahkan pengembangan daya kreasi seseorang. Misalnya, seseorang meniru gaya hidup negatif atau menyimpang dari bintang film pujaannya.
Sedangkan W.A. Gerungan menjelaskan bahwa imitasi mempunyai peran yang penting dalam proses interaksi. Dampak dari imitasi dapat dibedakan menjadi dua hal, yaitu :
- dampak positif dari imitasi, adalah dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah dan nilai-nilai yang berlaku.
- dampak negatif dari imitasi, misalnya yang ditirunya adalah tindakan-tindakan yang menyimpang dan mematikan daya kreasi seseorang.
Baca juga : Modal Pembelajaran Simulasi
Tahapan Proses Imitasi. Proses imitasi melalui beberapa tahapan, yaitu :
- taraf proyektif atau “projective stage”, merupakan tahap pertama dari proses imitasi di mana seseorang mendapatkan kesan mengenai model (obyek) yang ditiru.
- taraf subyektif atau “subjective stage”, merupakan tahap di mana seseorang cenderung untuk meniru gerakan-gerakan, atau sikap model atau obyeknya.
- taraf ejektif atau “edjective stage”, merupakan tahap terakhir dari proses imitasi di mana seseorang telah menguasai hal yang ditirunya.
Sedangkan Yolanda Bilqis Sherly, dalam “Perilaku Imitasi Pada Remaja”, yang dimuat dalam Jurnal Hubungan Antara Celebrity Worship, Tahun 2019, menjelaskan bahwa tahapan dalam proses imitasi adalah sebagai berikut :
1. Atensi (Attention).
Atensi atau memberikan perhatian, maksudnya adalah untuk dapat melakukan tindakan imitasi, seseorang didorong dengan memerhatikan model atau objek tiruannya terlebih dahulu. Dari situ, ia dapat melakukan perilaku yang sama dari obyek yang diimitasi.
2. Retensi (Retention).
Setelah aktivitas model diamati, subjek melakukan proses retensi dengan menyimpan memori mengenai model yang dilihat, kemudian disimpan dalam ingatannya. Namun, tidak semua informasi dari model akan disimpan olehnya, biasanya yang disimpan adalah informasi yang menarik perhatian dan minat subyek.
3. Pembentukan Perilaku.
Hal-hal yang telah dipelajari dan disimpan dalam memori oleh subyek dari model yang diimitasi kemudian akan diterjemahkan melalui tindakan atau perilaku.
4. Motivasi (Motivation).
Motivasi merupakan tahap terakhir dari proses imitasi yaitu tahap penerimaan dorongan yang dapat berfungsi sebagai penguatan. Penguatan dapat digunakan sebagai motivator untuk menstimulus dan mempertahankan perilaku agar diwujudkan secara aktual dalam kehidupan.
Baca juga : Teori Psikologi Komunikasi
Faktor yang Mempengaruhi Imitasi. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan imitasi adalah sebagai berikut :
- adanya interaksi sosial yang cukup baik di dalam masyarakat.
- adanya sesuatu atau seseorang yang memiliki dampak atau pengaruh besar di dalam masyarakat.
- adanya sikap terbuka, menerima, dan mengagumi di dalam diri setiap individu terhadap apa yang akan diimitasi atau ditiru.
- adanya minat atau perhatian yang cukup besar terhadap sesuatu atau seseorang yang
Baca juga : Strategi Diferensiasi
Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian imitasi, syarat, ciri-ciri, bentuk, dampak, dan tahapan proses imitasi, serta faktor yang mempengaruhi imitasi.
Semoga bermanfaat.