Teori Psikologi Komunikasi

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Psikologi komunikasi adalah ilmu yang berusaha menguraikan, meraamalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan behavioral dalam komunikasi. Dalam psikologi komunikasi, psikologi tidak membahas komunikasi secara umum, tetapi hanya membahas karakteristik manusia dan aspek biologis dalam diri manusia yang melakukan komunikasi, seperti komunikator, pesan, penerimaan dan pengolahan pesan, termasuk juga komunikan yang mencakup karakteristik manusia komunikan dan media komunikasi.

Fisher mengemukakan bahwa psikologi sebagai ilmu yang mempelajari komunikasi, mempunyai beberapa ciri khas pendekatan yang berbeda dengan disiplin ilmu yang lain yang juga mempelajari komunikasi. Ciri-ciri pendekatan psikologi komunikasi dimaksud adalah :
  • penerimaan stimuli secara inderawi (sensory reception of stimuli). Psikologi melihat komunikasi diawali dengan penerimaan data oleh indera-indera manusia.
  • proses stimuli (internal mediation of stimuli). Stimuli yang mempengaruhi individu kemudian diolah dalam jiwa.
  • prediksi respon (prediction of response). Psikologi komunikasi menelaah bagaimana pengalaman yang terjadi pada masa lalu dapat mempengaruhi respon yang akan datang.
  • peneguhan respon (reinforcement of response). Peneguhan merupakan respon lingkungan atau orang lain pada respon organisme yang asli.

Teori Psikologi Komunikasi. Sistem komunikasi massa mempunyai karakteristik psikologis yang khas, yang dapat dilihat dari pengendalian arus informasi. Terdapat beberapa teori komunikasi yang berusaha untuk melihat efek komunikasi terhadap bertambahnya pengetahuan dan pengaruhnya terhadap khalayak umum. Beberapa teori psikologi komunikasi tersebut adalah :

1. Teori Kegunaan dan Kepuasan (Use and Gratifications Theory).
Teori ini dikemukakan oleh Elihu Katz. Teori kegunaan dan kepuasan menyatakan bahwa khalayak sebagai komunikan berpartisipasi aktif sebagai bagian dari sistem komunikasi massa. Partisipasi aktif dimaksudkan dalam menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam hal ini, efek media massa diartikan sebagai situasi ketika kebutuhan tersebut terpenuhi.

Selain itu, faktor personal yang meliputi :
  • organisasi personal dari sisi psikologis individu, diantaranya : potensi biologis, nilai, kepercayaan, sikap, serta bidang pengalaman ;
  • kelompok sosial, di mana individu menjadi anggota serta hubungan-hubungan interpersonal pada proses penerimaan, pengelolaan, dan penyampaian informasi ;
juga mempengaruhi reaksi khalayak pada komunikasi massa.

2. Agenda Setting Theory.
Teori ini dikemukakan oleh Maxwell E. Comb dan Donald E. Shaw, yang menyatakan bahwa media massa memiliki pengaruh terhadap apa yang dipikirkan orang. Agenda Setting Theory memfokuskan diri pada efek media massa terhadap pengetahuan. Media massa memilih informasi yang diinginkan serta dianggap penting untuk mempengaruhi khalayak tentang informasi. Tujuannya adalah pembentukan persepsi oleh khalayak berdasarkan informasi yang diterima tentang suatu peristiwa.

3. Teori Spiral Keheningan (The Spiral of Silence Theory).
Spiral keheningan merupakan istilah yang digunakan untuk merujuk pada kecenderungan manusia untuk tetap diam. Kecenderungan tersebut terlihat ketika mereka merasa bahwa pandangan mereka bertentangan dengan pandangan mayoritas. Teori ini dikemukakan oleh Elisabeth Noelle-Neumann.

Teori spiral keheningan menyatakan bahwa mereka tetap diam karena terisolasi serta mendapat konsekuensi negatif, yang datang dari kelompok atau masyarakat karena menyuarakan pendapat yang berbeda. Teori spiral keheningan juga menjelaskan bahwa saat manusia mengemukakan pendapat, mereka berusaha mengikuti pendapat mayoritas atau konsensus. Media merupakan sumber informasi utama yang dapat membuat terjadinya konsensus. Maksudnya adalah apabila pendapat versi konsensus begitu masif tersebar dalam masyarakat melalui media massa, maka suara perorangan yang memiliki pendapat yang berbeda akan semakin diam.

4. Teori Kultivasi (Cultivation Theory).
Teori ini dikemukakan oleh George Gerbner. Teori kultivasi merupakan teori yang berusaha untuk melakukan analisa terhadap akibat yang ditimbulkan dari penanaman ideologi ini. Teori kultivasi menyatakan bahwa media massa, khususnya televisi, merupakan media yang paling ampuh untuk menanamkan ideologi kepada khalayak umum. George Garbner berusaha untuk mengembangkan konsep mainstreaming atau mengikuti arus. Hal tersebut dimaksudkan sebagai kesamaan diantara pemirsa berat pada berbagai kelompok demografis, dan perbedaan dari kesamaan itu pada pemirsa ringan.

5. Teori Peluru atau Model Jarum Hipodermik (Bullet Theory).
Teori ini dikemukakan oleh Melvin deFleur. Teori peluru mengasumsikan bahwa massa tidak memiliki kekuatan dalam menghadapi stimuli yang dikirim oleh media massa. Menurut teori peluru, media menyajikan stimuli perkasa yang secara seragam diperhatikan oleh massa. Teori ini menunjukkan bahwa kekuatan media massa untuk mengarahkan dan membentuk perilaku khalayak. Dalam kerangka behaviorisme, media massa adalah faktor lingkungan yang merubah perilaku khalayak melalui proses pelaziman klasik, operan, atau imitasi. Khalayak dianggap sebagai kepala kosong yang siap menampung pesan komunikasi yang dicurahkan kepadanya.

Teori peluru disebut juga dengan model jarum hipodermik, karena teori ini menganalogikan pesan komunikasi seperti obat yang disuntikkan dengan jarum ke bawah kulit pasien. Teori ini disebut juga dengan 'the concept of powerful mass media', yang dikemukakan oleh Elisabeth Noelle-Neumann.

Komunikasi memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari, baik itu komunikasi intrapersonal, komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok maupun komunikasi massa. Psikologi komunikasi berusaha memahami peristiwa komunikasi dengan memahami keadaan internal. Psikologi komunikasi mempelajari bagaimana manusia berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain berdasarkan tinjauan psikologi.

Demikian penjelasan berkaitan dengan teori psikologi komunikasi.

Semoga bermanfaat.