Feminisme : Pengertian, Ciri-Ciri, Dan Aliran Feminisme, Serta Kelebihan Dan Kekurangan Teori Feminisme

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Pengertian Feminisme. Dewasa ini, gerakan feminisme semakin berkembang di banyak negara di dunia. Tuntutan persamaan perlakuan dan hak antara perempuan dan laki-laki semakin masif disuarakan, baik oleh tokoh-tokoh maupun organisasi yang konsen terhadap feminisme.

Ide dan pemikiran tentang feminisme sebenarnya telah muncul pada sekitar pertengahan abad ke-18, yang ditandai dengan adanya perdebatan tentang hak-hak perempuan dalam bidang sosial budaya. Ide dan pemikiran tentang feminisme semakin mengemuka pada masa pencerahan dan Revolusi Perancis. Hal tersebut dipicu adanya pemikiran bahwa dalam ranah sosial budaya, makna perempuan dikonstruksikan sebatas berperan sebagai ibu rumah tangga, memiliki sikap lemah lembut, serta patuh terhadap laki-laki. Pemikiran tersebut kemudian banyak ditentang oleh kaum perempuan pada masa itu. Gerakan feminisme mencapai puncaknya pada sekitar tahun 1960-an hingga tahun 1970-an, di mana pada tahun-tahun itu banyak bermunculan beragam asosiasi perempuan yang menuntut adanya perubahan serta kemajuan peranan perempuan dalam berbagai bidang kehidupan, seperti : bidang sosial, budaya, ekonomi, dan politik.

Secara etimologis, istilah “feminisme” berasal dari bahasa Latin, yaitu “femina” yang artinya perempuan. Feminisme berkaitan dengan tuntutan persamaan gender, tuntutan kesetaraan peran dan kesempatan antara perempuan dengan laki-laki dalam pengembangan diri dalam berbagai bidang kehidupan, seperti : pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, dan politik. June Hannam, dalam “Feminism”, menjelaskan bahwa dalam feminisme ditekankan pemahaman bahwa hak-hak kesetaraan yang diperjuangkan oleh kaum feminis bukan hanya terkait aspek seksualitas secara keseluruhan, melainkan lebih jauh terkait dengan aspek ketersediaan kesempatan yang luas seperti halnya yang dimiliki oleh kaum laki-laki. Hal tersebut dapat dicontohkan, apabila laki-laki dapat berkarir tanpa mengesampingkan kepentingan berkeluarga, maka perempuan-pun seharusnya memiliki kesempatan yang serupa.

Sedangkan secara terminologis, istilah feminisme memiliki banyak pengertian. Feminisme merupakan sebuah paradigma, sebuah pemahaman komprehensif tentang keadilan berbasis gender yang bisa menjadi pijakan untuk pemikiran, gerakan, maupun kebijakan. Feminisme juga merupakan suatu gerakan kaum perempuan dalam memperjuangkan emansipasi atau persamaan hak sepenuhnya tanpa membedakan antara kaum perempuan dan kaum laki-laki, dengan tidak disertai pembatasan-pembatasan maupun tindak kekerasan atau diskriminasi. Feminisme dapat dikelompokkan menjadi tiga spektrum, yaitu :
  • sebagai gerakan sosial.
  • sebagai alat analisis.
  • sebagai ilmu pengetahuan.
Ketiga hal tersebut merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi. Nyaris tidak mungkin menemukan pemikir feminis yang tidak berkecimpung dalam sebuah organisasi feminis, begitu pula jika ada aktivis pergerakan feminis yang tidak paham dasar-dasar teori feminisme sebagai ilmu pengetahuan ataupun alat analisis.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), feminisme diartikan dengan gerakan wanita yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum wanita dan pria.


Selain itu, pengertian feminisme juga dapat dijumpai dalam beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah :
  • Marry Wallstonecraff, dalam “A Vindication of The Rights of Woman”, menyebutkan bahwa feminisme adalah suatu pergerakan emansipasi wanita, yaitu gerakan yang menitik beratkan tentang perbaikan hak dan kedudukan wanita serta menolak keras ketimpangan antara laki-laki dan perempuan.
  • Maggi Humm, dalam “The Dictionary of Feminist Theory”, menyebutkan bahwa feminisme adalah sebuah ideologi pembebasan perempuan, karena perempuan mengalami ketidak-adilan disebabkan jenis gender yang dimilikinya.
  • Mansour Fakih, dalam “Analisis Gender dan Transformasi Sosial”, menyebutkan bahwa feminisme adalah kesatuan gerakan sosial dan kesadaran yang saling berkesinambungan, dengan berdasarkan pada beragam tindak kekerasan yang menimpa kaum perempuan, seperti penindasan dan pengeksploitasian. Selain itu juga disertai dengan usaha dalam mengatasi kasus penindasan dan pengeksploitasian kaum perempuan.
  • Yunahar Ilyas, dalam “Feminisme dalam Kajian Tafsir Al-Qur’an Klasik dan Kontemporer”, menyebutkan bahwa feminisme adalah suatu kesadaran mengenai ketimpangan pembagian gender yang dialami oleh kaum perempuan, meliputi berbagai perspektif, baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan sosial, sehingga mendorong kesadaran oleh perempuan maupun lelaki yang kemudian diwujudkan dalam tindakan dengan tujuan mengubah ketimpangan tersebut.


Ciri-Ciri Feminisme. Feminisme memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
  • menyadari adanya perbedaan atau ketidakadilan kedudukan antara laki-laki dan perempuan.
  • menuntut persamaan hak antara laki-laki dan perempuan.
  • laki-laki dianggap kaum yang lebih mementingkan dirinya.
  • gerakannya didominasi oleh wanita.

Baca juga : Kritik Sastra Feminis

Aliran Feminisme. Feminisme dapat dibedakan dalam beberapa aliran, sebagai berikut :

1. Feminisme Liberal.
Feminisme liberal merupakan aliran feminisme yang berpandangan bahwa perempuan memiliki kebebasan secara penuh dan individual. Aliran ini menyatakan bahwa kebebasan dan kesamaan berakar pada rasionalitas dan pemisahan antara dunia privat dan publik. Setiap manusia menurut mereka punya kapasitas untuk berpikir dan bertindak secara rasional, begitu pula pada perempuan. Feminisme liberal mengusahakan untuk menyadarkan wanita bahwa mereka adalah golongan tertindas. Pekerjaan yang dilakukan wanita di sektor domestik dikampanyekan sebagai hal yang tidak produktif dan menempatkan wanita pada posisi subordinat. Tokoh aliran feminisme liberal adalah Mary Wollstonecraft dan Naomi Wolf.

2. Feminisme Marxis Komunis.
Aliran ini memandang masalah perempuan dalam kerangka kritik kapitalisme. Asumsinya bahwa sumber penindasan perempuan berasal dari eksploitasi kelas dan cara produksi. Teori Friedrich Engels dikembangkan menjadi landasan aliran ini, di mana status perempuan jatuh karena adanya konsep kekayaan pribadi (private property). Kegiatan produksi yang semula bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sendiri berubah menjadi keperluan pertukaran (exchange). Laki-laki mengontrol produksi untuk pertukaran dan sebagai konsekuensinya mereka mendominasi hubungan sosial. Sedangkan perempuan direduksi menjadi bagian dari properti. Sistem produksi yang berorientasi pada keuntungan mengakibatkan terbentuknya kelas dalam masyarakat borjuis dan proletar.

3. Feminisme Sosialis.
Feminisme sosialis muncul sebagai kritik terhadap feminisme Marxis. Aliran ini hendak mengatakan bahwa patriarki sudah muncul sebelum kapitalisme dan tetap tidak akan berubah jika kapitalisme runtuh. Kritik kapitalisme harus disertai dengan kritik dominasi atas perempuan. Feminisme sosialis menggunakan analisis kelas dan gender untuk memahami penindasan perempuan. Sebuah paham yang berpendapat : “tak ada sosialisme tanpa pembebasan perempuan. Tak ada pembebasan perempuan tanpa sosialisme”. Feminisme sosialis berjuang untuk menghapuskan sistem pemilikan. Lembaga pernikahan yang melegalisir pemilikan pria atas harta dan pemilikan suami atas istri dihapuskan seperti ide Marx yang menginginkan suatu masyarakat tanpa kelas, tanpa pembedaan gender.

4. Feminisme Radikal.
Feminisme radikal muncul sejak pertengahan tahun 1970-an, yang menawarkan ideologi perjuangan separatisme perempuan. Aliran ini muncul sebagai reaksi atas kultur seksisme atau dominasi sosial berdasar jenis gender di negara-negara Barat pada tahun 1960-an. Dalam pandangan feminisme radikal, pemahaman penindasan laki-laki terhadap perempuan adalah satu fakta dalam sistem masyarakat yang sekarang ada yang terjadi akibat sistem patriarki. Tubuh perempuan merupakan obyek utama penindasan oleh kekuasaan laki-laki. Oleh karena itu, feminisme radikal mempermasalahkan antara lain tubuh serta hak-hak reproduksi, seksualitas (termasuk lesbianisme), seksisme, relasi kuasa perempuan dan laki-laki, dan dikotomi privat-publik. “The personal is political” menjadi gagasan baru yang mampu menjangkau permasalahan perempuan sampai ranah privat, masalah yang dianggap paling tabu untuk diangkat ke permukaan.

5. Feminisme Anarkis.
Feminisme anarkis merupakan salah satu jenis paham feminisme yang tergolong ekstrim. Feminisme anarkis memandang laki-laki dan negara sebagai sumber utama dalam memicu segala permasalahan yang dihadapi oleh kaum perempuan. Feminisme anarkis lebih bersifat sebagai suatu paham politik yang mencita-citakan masyarakat sosialis dan menganggap negara dan sistem patriarki dominasi lelaki adalah sumber permasalahan yang sesegera mungkin harus dihancurkan.

6. Feminisme Pasca Kolonial.
Dasar pandangan ini berakar pada penolakan universalitas pengalaman perempuan. Pengalaman perempuan yang hidup di negara dunia ketiga berbeda dengan perempuan berlatar belakang dunia pertama. Perempuan dunia ketiga menanggung beban penindasan lebih berat karena selain mengalami penindasan berbasis gender, mereka juga mengalami penindasan antarbangsa, suku, ras, dan agama. Dimensi kolonialisme menjadi fokus utama feminisme pasca kolonial yang pada intinya menggugat penjajahan, baik fisik, pengetahuan, nilai-nilai, cara pandang, maupun mentalitas masyarakat.

7. Feminisme Nordik.
Kaum feminis nordik dalam menganalisis sebuah negara sangat berbeda dengan pandangan feminis marxis maupun radikal. Nordik lebih menganalisis feminisme bernegara atau politik dari praktik-praktik yeng bersifat mikro. Kaum ini menganggap bahwa kaum perempuan harus berteman dengan negara karena kekuatan atau hak politik dan sosial perempuan terjadi melalui negara yang didukung oleh kebijakan sosial negara.

8. Feminisme Post Modern.
Feminisme post modern merupakan aliran feminisme yang berkembang dalam kehidupan masyarakat hingga saat ini. Feminisme post modern merupakan perkembangan dari gerakan feminisme yang menolak pandangan maupun pemikiran yang bersifat mutlak dan kekuasaan dominasi. Feminisme post modern berfokus dalam menjadikan kaum perempuan sebagai feminis yang bebas serta berpemikiran dan berpandangan luas, sesuai dengan keinginan masing- masing. Dalam feminisme modern, ide posmo merupakan ide yang anti absolut dan anti otoritas, gagalnya modernitas dan pemilahan secara berbeda-beda tiap fenomena sosial karena penentangannya pada penguniversalan pengetahuan ilmiah dan sejarah. Mereka berpendapat bahwa gender tidak bermakna identitas atau struktur sosial.


Kelebihan dan Kekurangan Teori Feminisme. Terdapat beberapa hal yang merupakan kelebihan dan kekurangan dari teori feminisme. Kelebihan dan kekurangan teori feminisme adalah sebagai berikut :

1. Kelebihan teori feminisme :
  • berfokus pada perubahan sosial dan individu dalam sosial masyarakat untuk menjadi lebih baik.
  • perjuangan yang diusung mencakup perubahan sistem sosial terutama pada kaum perempuan dengan menyoroti fenomena negatif seperti diskriminasi, penindasan, pelecehan, kekerasan, dan lain sebagainya.
  • menunjukkan bahwa seluruh lapisan sosial masyarakat harus menerapkan prinsip keadilan dan persamaan yang bukan hanya memihak pada kepentingan golongan tertentu, namun lebih pada orientasi bersama untuk kehidupan yang lebih baik.

2. Kekurangan teori feminisme :
  • menerapkan nilai-nilai putih dimana hanya diterapkan bagi perempuan di kelas menengah dan berkecenderungan heteroseksual, namun tidak diterapkan pada kelompok perempuan lainnya.
  • tidak memiliki nilai dan sikap netral karena cenderung berpihak pada kaum perempuan sehingga dapat mempengaruhi nilai dan budaya yang dibawa serta dimiliki oleh seseorang.
  • dianggap terlalu menggeneralisasi karakter yang dimiliki oleh perempuan dan laki-laki, padahal kedua gender tersebut memiliki karakter serta peranannya masing-masing (bertentangan dengan ajaran agama).


Pada hakekatnya, gerakan feminisme mendukung kaum perempuan untuk berperan aktif dalam berbagai bidang kehidupan, seperti : ekonomi, sosial, dan budaya tanpa adanya pembatasan maupun penindasan. Dalam hal ini, perempuan bebas menciptakan kreasi, ide, pemikiran mereka yang kemudian dapat diwujudkan melalui produk- produk dan unsur kebudayaan.

Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian feminisme, ciri-ciri, dan aliran feminisme, serta kelebihan dan kekurangan teori feminisme.

Semoga bermanfaat.