Efikasi Diri (Self Efficacy) : Proses Dan Faktor Yang Mempengaruhi Efikasi Diri (Self Efficacy)

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Efikasi diri atau “self efficacy” merupakan sebuah keyakinan atau kepercayaan diri terhadap kemampuan yang dimiliki dalam melakukan suatu hal, menghasilkan sesuatu, mengorganisasi, mencapai tujuan, dan juga mengimplementasikan tindakan guna mewujudkan keahlian tertentu. Albert Bandura, dalam “Self Efficacy, The Exercise of Control”, menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan efikasi diri adalah kepercayaan individu akan kemampuannya untuk sukses dalam melakukan sesuatu.

Efikasi diri mulai berkembang sejak seseorang bayi hingga melalui masa lanjut usia.
  • tahapan efikasi diri pada masa bayi, yaitu sebagai usaha melatih pengaruh lingkungan fisik dan sosial. Efikasi diri pada masa bayi hingga usia anak dipusatkan pada orang tua yang dipengaruhi oleh anggota keluarga yang lain seperti saudara kandung, teman sebaya, atau orang dewasa lainnya.
  • pada masa dewasa, efikasi diri dikembangkan sebagai penyesuaian pada masalah pernikahan dan peningkatan karir.
  • sedangkan pada masa lanjut usia, efikasi diri sulit terbentuk karena terjadi penurunan mental dan fisik.


Proses Efikasi Diri. Efikasi diri mempengaruhi tindakan dan perilaku seseorang melalui empat proses, yaitu :

1. Proses Kognitif.
Seseorang menetapkan tujuan dan sasaran perilaku dalam menghadapi permasalahan sehingga dapat merumuskan tindakan yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Fungsi kognitif memungkinkan untuk memprediksi kejadian yang akan berakibat pada masa depan. Semakin efektif kemampuan seseorang menganalisis dan berlatih mengungkapkan ide maka akan mendukung tindakan yang tepat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

2. Proses Motivasional.
Motivasi seseorang timbul melalui pemikiran optimis dari dalam dirinya untuk mewujudkan tujuan yang diharapkan. Seseorang berusaha memotivasi diri dengan menetapkan keyakinan pada tindakan yang akan dilakukan dan merencanakan tindakan yang akan direalisasikan.

3. Proses Afektif.
Proses afeksi berkaitan dengan kemampuan mengatasi emosi yang timbul dalam diri seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Kepercayaan seseorang atas kemampuannya mempengaruhi tingkat stres dan depresi yang dialami ketika menghadapi masalah yang sulit atau mengancam.

4. Proses Seleksi.
Proses seleksi berkaitan dengan kemampuan seseorang menyeleksi tingkah laku dan lingkungan yang tepat sehingga dapat mencapai tujuan. Ketidak-mampuan individu dalam melakukan seleksi tingkah laku menyebabkan seseorang tidak percaya diri, bingung, dan mudah menyerah ketika menghadapi situasi yang sulit.


Faktor yang Mempengaruhi Efikasi Diri. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi efikasi diri, diantaranya adalah :

1. Budaya.
Budaya dapat mempengaruhi efikasi diri melalui nilai (values), kepercayaan (belief), proses pengaturan diri (selfregulatory process) yang berfungsi sebagai sumber penilaian efikasi diri dan konsekuensi dari keyakinan akan efikasi diri.

2. Gender.
Gender dapat mempengaruhi efikasi diri pada diri seseorang. Wanita memiliki efikasi diri yang lebih tinggi dalam perannya di kehidupan sehari-hari. Wanita yang memiliki peran sebagai ibu rumah tangga dan wanita karir akan berpengaruh pada tingkat efikasi diri yang tinggi dibandingkan pria yang bekerja.

3. Sifat dari tugas yang dihadapi.
Kesulitan masalah yang dialami seseorang mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan dirinya. seseorang yang dihadapkan pada permasalahan yang sulit akan semakin rendah penilaian terhadap kemampuannya

4. Insentif eksternal.
Insentif eksternal merupakan insentif yang diberikan orang lain yang merefleksikan keberhasilan seseorang.

5. Status atau peran seseorang dalam lingkungan.
Seseorang yang memiliki status atau peran yang tinggi akan mendapatkan derajat kontrol yang besar sehingga mempengaruhi efikasi diri yang tinggi. Individu dengan status atau peran yang rendah akan memiliki derajat kontrol yang kecil sehingga efikasi diri yang dimiliki juga rendah.

6. Informasi tentang kemampuan diri.
Informasi yang didapatkan seseorang mempengaruhi efikasi diri di mana seseorang akan memiliki efikasi diri tinggi jika mendapatkan informasi positif mengenai kemampuan dirinya sedangkan, seseorang akan memiliki efikasi diri rendah jika mendapatkan informasi negatif.

7. Keberhasilan dan kegagalan pembelajar sebelumnya.
Pembelajar lebih mungkin yakin bahwa mereka lebih berhasil pada suatu tugas ketika mereka telah berhasil pada tugas tersebut atau tugas lain yang mirip di masa lalu.

Albert Bandura menyebutkan bahwa terdapat empat faktor yang dapat mempengaruhi kenapa seseorang bisa punya efikasi diri tinggi atau rendah. Empat faktor yang dapat mempengaruhi efikasi diri tersebut adalah :

1. Mastery Experience.
Mastery experience atau pengalaman keberhasilan merupakan prestasi yang pernah dicapai pada masa lalu. Sebagai sumber, pengalaman masa lalu menjadi pengubah efikasi diri yang paling kuat pengaruhnya. Prestasi yang bagus meningkatkan ekspektasi efikasi diri, sedangkan kegagalan menurunkan ekspektasi efikasi diri.

2. Physiological and Emotional Arousal.
Physiological and emotional arousal atau keadaan emosi yang mengikuti suatu kegiatan akan mempengaruhi efikasi diri di bidang kegiatan itu. Emosi yang kuat, takut, cemas dan stres dapat mengurangi efikasi diri, namun bisa juga terjadi peningkatan emosi (yang tidak berlebihan) dapat meningkatkan efikasi diri. Perubahan tingkah laku dapat terjadi kalau sumber ekspektasi efikasi diri berubah. Perubahan efikasi diri banyak dipakai untuk memperbaiki kesulitan dan adaptasi tingkah laku orang yang mengalami berbagai masalah.

3. Vicarious Experience.
Vicarious experience atau pengalaman orang lain diperoleh melalui model sosial. Efikasi diri akan meningkat ketika seseorang mengamati keberhasilan orang lain, ketika melihat orang lain dengan kemampuan yang sama berhasil dalam suatu bidang atau tugas melalui usaha yang tekun, seseorang juga akan merasa yakin bahwa dirinya juga dapat berhasil dalam bidang tersebut dengan usaha yang sama. Sebaliknya, efikasi diri dapat turun ketika orang yang diamati gagal walapun telah berusaha dengan keras, individu juga akan ragu untuk berhasil dalam bidang tersebut.

Peran vicarious experience terhadap efikasi diri seseorang sangat dipengaruhi oleh persepsi diri orang tersebut tentang dirinya memiliki kesamaan dengan model yang ia anut. Semakin seseorang merasa dirinya mirip dengan model tersebut, maka kesuksesan dan kegagalan model tersebut akan semakin mempengaruhi efikasi diri pada dirinya. Sebaliknya apabila seseorang merasa dirinya semakin berbeda dengan model yang dianutnya, maka efikasi diri menjadi semakin tidak dipengaruhi oleh perilaku model tersebut. Seseorang akan berusaha mencari model yang memiliki kompetensi atau kemampuan yang sesuai dengan dirinya, dengan mengamati perilaku dan cara berfikir model tersebut akan dapat memberi pengetahuan dan pelajaran tentang strategi dalam menghadapi berbagai tuntutan lingkungan.

4. Verbal Persuasion.
Verbal persuasion atau persuasi verbal dapat membentuk, memperkuat, atau juga melemahkan efikasi diri. Dampak dari sumber ini terbatas, tetapi pada kondisi yang tepat, persuasi dari orang lain dapat mempengaruhi efikasi diri. Kondisi ini adalah rasa percaya kepada pemberi persuasi, dan sifat realistis dari apa yang dipersuasikan. 

Pada persuasi verbal, seseorang diarahkan dengan saran, nasihat, dan bimbingan sehingga dapat meningkatkan keyakinannya tentang kemampuan-kemampuan yang dimiliki yang dapat membantu mencapai tujuan yang diinginkan. Seseorang yang diyakinkan secara verbal cenderung akan berusaha lebih keras untuk mencapai suatu keberhasilan. Pengaruh persuasi verbal tidaklah terlalu besar, karena tidak memberikan suatu pengalaman yang dapat langsung dialami atau diamati seseorang. Dalam kondisi yang menekan dan kegagalan terus menerus, pengaruh sugesti akan cepat lenyap jika mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan.


Demikian penjelasan berkaitan dengan proses efikasi diri (self efficacy) serta faktor yang mempengaruhi efikasi diri (self efficacy).

Semoga bermanfaat.