Kemandirian merupakan suatu kemampuan psikososial, yaitu berupa kesanggupan untuk berani, berinisiatif, dan bertanggung jawab dalam mengatasi hambatan atau masalah dengan rasa percaya diri, dengan tidak tergantung pada kemampuan orang lain, serta mampu memerintah, menguasai, dan menentukan dirinya sendiri tanpa pengaruh lingkungan dan bantuan orang lain. Dalam ilmu psikologi, kemandirian dimaknai sebagai suatu sifat kepribadian di mana seseorang secara konsisten memilih untuk bertindak berdasarkan pikiran dan perasaannya sendiri dari pada mengambil pandangan orang lain.
Sikap kemandirian yang dimiliki oleh seorang individu ditandai dengan adanya kepercayaan terhadap ide diri sendiri serta tidak adanya keragu-raguan dalam menetapkan tujuan dan tidak dibatasi oleh kekuatan akan kegagalan. Seorang individu yang mandiri tidak membutuhkan petunjuk yang detail dan terus menerus tentang bagaimana mencapai produk akhir, ia bisa bersandar pada kemampuan dirinya sendiri. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa kemandirian akan berkenaan dengan :
- kemampuan menyelesaikan suatu hal sampai tuntas.
- tugas dan keterampilan bagaimana mengerjakan sesuatu, mencapai sesuatu, dan bagaimana mengelola sesuatu.
- dimilikinya tingkat kompetensi fisikal tertentu sehingga hilangnya kekuatan atau koordinasi tidak akan pernah terjadi di tengah upaya orang mencapai sasaran.
Tingkatan Kemandirian. Kemandirian yang dimiliki oleh seseorang individu akan terus mengalami peningkatan sesuai dengan usia perkembangan. Desmita, dalam “Psikologi Perkembangan Peserta Didik”, menyebutkan bahwa kemandirian memiliki beberapa tingkatan, yaitu sebagai berikut :
1. Impulsif dan melindungi diri.
Impulsif dan melindungi diri merupakan tingkat pertama dari kemandirian, di mana seorang individu biasanya bertindak secara spontanitas tanpa berfikir terlebih dahulu. Adapun kemandirian pada tingkat pertama ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
- peduli terhadap kontrol dan keuntungan yang dapat diperoleh dari interaksinya dengan orang lain.
- mengikuti aturan secara sepontanistik dan hedonistik.
- berfikir tidak logis dan tertegun pada cara berfikir tertentu.
- cenderung melihat kehidupan sebagai zero-sum games.
- cenderung menyalahkan orang lain dan mencela orang lain serta lingkungannya.
2. Konformistik.
Konformistik merupakan tingkat kedua dari kemandirian, di mana seseorang individu akan cenderung mengikuti penilaian orang lain. Adapun kemandirian pada tingkat kedua ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
- peduli terhadap penampilan diri dan penerimaan sosial.
- cenderung berfikir stereotip dan klise.
- peduli dan konformatif terhadap aturan eksternal.
- bertindak dengan motif yang dangkal untuk memperoleh pujian.
- menyamar diri dalam ekspresi emosi dan kurangnya introspeksi.
- perbedaan kelompok didasarkan atas ciri eksternal.
- takut tidak diterima kelompok.
- tidak sensitif terhadap keindividuan.
3. Sadar diri.
Sadar diri merupakan tingkat ketiga dari kemandirian, di mana seorang individu mulai menjalani proses mengenali kepribadian dalam diri. Adapun kemandirian pada tingkat ketiga ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
- mampu berfikir alternatif.
- melihat berbagai harapan dan kemungkinan dalam situasi.
- peduli untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang ada.
- menekan pada pentingnya memecahkan masalah.
- memikirkan cara hidup.
4. Saksama atau “conscientious”.
Saksama atau “conscientious” merupakan tingkat keempat dari kemandirian, di mana seorang individu mulai mampu melihat keragaman emosi dan menilai diri sendiri. Adapun kemandirian pada tingkat keempat ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
- bertindak atas dasar-dasar nilai internal.
- mampu melihat diri sebagai pembuat pilihan dan pelaku tindakan.
- mampu melihat keragaman emosi.
- sadar akan tanggung jawab.
- mampu melakukan kritik dan penilaian diri.
- peduli akan hubungan mutualistik.
- cenderung melihat peristiwa dalam konteks sosial.
- berfikir lebih kompleks dan atas dasar pola analitis.
5. Individualitas.
Individualitas merupakan tingkat kelima dari kemandirian, di mana seorang individu mulai memiliki kepribadian yang dapat membedakan diri dengan orang lain. Adapun kemandirian pada tingkat kelima ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
- peningkatan kesadaran individualitas.
- kesadaran akan konflik emosional antara kemandirian dan ketergantungan.
- menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain.
- mengenal eksistensi perbedaan individual.
- mampu bersikap toleran terhadap pertentangan dalam sebuah kehidupan.
- membedakan kehidupan internal dan kehidupan luar dirinya.
- peduli akan perkembangan dan masalah-masalah sosial.
Tahap Perkembangan Kemandirian. Kemandirian seorang individu setiap waktu akan selalu berkembang seiring dengan pertambahan usia dari individu yang bersangkutan. Singgih Gunarsa, dalam “Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja”, menyebutkan bahwa kemandirian dapat berkembang dengan baik bila diberikan kesempatan untuk berkembang melalui latihan yang dilakukan sejak dini. Kemandirian semakin berkembang seiring pertambahan usia. Tahapan perkembangan kemandirian seorang individu adalah :
1. Usia 0 - 2 Tahun.
Sampai usia dua tahun, anak masih dalam tahap mengenal lingkungannya, mengembangkan gerak-gerik fisik dan memulai proses berbicara. Pada tahap ini anak masih sangat bergantung dengan orangtua dalam memenuhi kebutuhan dan keinginannya.
2. Usia 2 - 6 Tahun.
Di usia 2-6 tahun, anak mulai belajar menjadi manusia sosial dan bergaul. Mereka mengembangkan otonominya seiring dengan bertambahnya kemampuan dan keterampilan yang dimiliki. Pada masa ini, mereka mulai mengenali toilet training, yaitu melatih anak ke kamar mandi secara mandiri.
3. Usia 6 - 12 Tahun.
Pada masa ini anak belajar untuk menjalankan kehidupan sehari-harinya secara mandiri dan bertanggung jawab. Di masa ini anak belajar dijenjang sekolah dasar. Beban pelajaran merupakan tuntutan agar anak belajar bertanggung jawab dan mandiri.
4. Usia 12 - 15 Tahun.
Di usia ini anak biasanya sudah berada di tingkat Sekolah Menengah Pertama, di mana menjadi masa remaja awal yang sedang mengembangkan jati diri dan melalui proses pencarian identitas diri. Sehingga rasa tanggung jawab dan kemandirian mengalami proses pertumbuhan.
5. Usia 15 - 18 Tahun.
Pada usia ini anak-anak sudah berada di tingkat Sekolah Menengah Atas yang sedang mempersiapkan diri menuju proses pendewasaan diri. Setelah melewati pendidikan dasar dan menengah, maka mereka akan memutuskan untuk menuju pendidikan tinggi, bekerja, atau menikah.
Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian. Dalam mencapai kemandirian, seorang individu tidak terlepas dari faktor-faktor yang mendasari terbentuknya kemandirian itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian sangat menentukan sekali tercapainya kemandirian seorang individu, baik faktor yang berasal dari dalam seorang individu itu sendiri maupun yang berasal dari luar diri individu yang bersangkutan, seperti : lingkungan keluarga, sekolah, lingkungan sosial ekonomi, lingkungan masyarakat, dan lain sebagainya. E.B. Hurlock, dalam “Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan dalam Rentang Kehidupan”, menyebutkan bahwa terdapat lima faktor yang dapat mempengaruhi kemandirian, yaitu :
- keluarga, misalnya pola asuh orang tua.
- sekolah, misalnya perlakuan guru dan teman sebaya.
- media komunikasi massa, misalnya majalah, koran, televisi, dan sebagainya.
- agama, misalnya sikap terhadap agama yang kuat.
- pekerjaan atau tugas yang menuntut sikap pribadi tertentu.
Sedangkan Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, dalam “Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik”, menyebutkan bahwa kemandirian seorang individu dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :
- gen atau keturunan orangtua. Orang tua memiliki sifat kemandirian tinggi sering kali menurunkan seseorang yang memiliki kemandirian juga.
- pola asuh orang tua. Cara orang tua mengasuh dan mendidik seseorang akan mempengaruhi perkembangan kemandirian seseorang remajanya.
- sistem pendidikan di sekolah. Proses pendidikan di sekolah yang tidak mengembangkan demokrasi pendidikan dan cenderung menekankan indoktrinasi tanpa argumentasi akan menghambat perkembangan kemandirian remaja sebagai guru.
- sistem kehidupan di masyarakat, jika terlalu menekankan pentingnya hierarki struktur sosial, merasa kurang aman atau mencekam serta kurang menghargai manifestasi potensi remaja dalam kegiatan produktif, dapat menghambat kelancaran perkembangan kemandirian remaja atau guru.
Baca juga : Pemberdayaan Masyarakat (Society Empowerment)
Demikian penjelasan berkaitan dengan tingkatan dan tahapan kemandirian, serta faktor yang mempengaruhi kemandirian.
Semoga bermanfaat.