Keintiman (Intimacy) : Pengertian, Konsep, Aspek, Dan Bentuk Keintiman, Serta Faktor Yang Mempengaruhi Keintiman

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Pengertian Keintiman. Secara etimologis, istilah keintiman merupakan terjemahan dari istilah dalam bahasa Inggris, “intimacy”, yang berasal dari bahasa Latin, yaitu “intimus” yang berarti paling dalam. Sehingga keintiman dapat berarti suatu proses berbagi di antara dua orang yang sudah saling memahami sebebas mungkin dalam pemikiran, perasaan, dan tindakan. Keintiman merupakan kedekatan psikologis, emosional, dan perasaan diantara dua manusia.

Sedangkan secara terminologis, keintiman dapat diartikan sebagai suatu kedekatan inter-personal yang ditandai dengan sikap keterbukaan dalam pengungkapan diri (self-disclosure), saling berbagi pikiran dan perasaan, menghargai satu sama lain, dan komitmen dalam menjaga hubungan atau kesetiaan sehingga akan menghasilkan suatu keterkaitan, kehangatan dan kepercayaan. Keintiman juga dapat berarti suatu bentuk perilaku, perasaan maupun pikiran, persepsi atau harapan yang timbul sebagai hasil dari adanya hubungan timbal balik yang erat, hangat dan saling mendukung dengan orang lain, yang dapat terjadi dalam berbagai konteks relasi, seperti antara orang tua-anak, persahabatan, suami-istri, dan juga pacaran.

Selain itu, pengertian keintiman atau “intimacy” juga dapat dijumpai dalam beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah :
  • J.P. Chaplin, dalam “Kamus Lengkap Psikologi”, menyebutkan bahwa keintiman adalah kedekatan inter-personal yang melibatkan dua orang, baik kedekatan secara fisik ataupun kedekatan secara psikologis.
  • R.J. Sternberg, dalam “The New Psychology of Love”, menyebutkan bahwa keintiman adalah elemen emosional dalam suatu hubungan yang melibatkan pengungkapan diri (self-disclosure), yang akan menghasilkan suatu keterkaitan, kehangatan, dan kepercayaan. Lebih lanjut, R.J. Sternberg menjelaskan bahwa keintiman merupakan kedekatan yang dirasakan oleh dua orang dan kekuatan yang mengikat mereka berdua untuk tetap bersama.
  • E.H. Erikson, dalam “Eight Ages of Man”, yang dimuat dalam International Journal of Psychiatry, Volume : 2, Nomor : 3, Tahun 1966, menyebutkan bahwa keintiman adalah suatu keinginan atau kemampuan untuk membuka diri, mengadakan hubungan yang hangat dan mendukung serta mengembangkan suatu kekariban, kerukunan yang timbal balik, dan sejati dengan orang lain tanpa kehilangan identitas diri. Lebih lanjut, E.H. Erikson menjelaskan bahwa keintiman merupakan karakteristik individual, maksudnya adalah salah satu fase dalam tahapan perkembangan psikososial yang dapat menyebabkan terjadinya isolasi apabila tidak terpenuhi.


Konsep Keintiman. Menurut K.J. Prager, dalam “The Psychology of Intimacy”, menyebutkan bahwa konsep keintiman ditekankan pada dua hal, yaitu :

1. Intimate Interaction.
Intimate interaction atau interaksi yang intim merupakan dialog antara dua individu yang terjadi pada suatu waktu tertentu. Intimate interaction terdiri dari :
  • perilaku intim, yaitu berbagai tindakan aktual baik verbal maupun non-verbal yang dapat diamati dan tampak dalam situasi atau kondisi ketika individu berinteraksi secara intim, misalnya : sentuhan afeksi, pengungkapan informasi personal dan pengekspresian emosi pada orang lain.
  • pengalaman intim, yaitu perasaan atau emosi subjektif yang timbul dari adanya interaksi intim. Pengalaman intim lebih menitikberatkan pada aspek afektif dan kognitif dari keintiman, termasuk di dalamnya persepsi, pemikiran, harapan dan emosi. Misalnya : adanya perasaan penuh kasih sayang kepada orang lain maupun perasaan dipahami, diperhatikan dan disayangi orang lain.

2. Intimate Relationships.
Intimate relationships atau hubungan yang intim merupakan hubungan yang terbentuk dari serangkaian interaksi yang bersifat intim, terjadi terus-menerus secara konsisten dan melahirkan pengharapan supaya interaksi tersebut berlangsung dengan tak kunjung berhenti. Misalnya : persahabatan karib dan hubungan cinta romantik, baik pacaran maupun suami istri.


Aspek Keintiman. Keintiman merupakan sebuah konsep yang luas dan memiliki batas-batas yang masih kabur atau kurang jelas. Namun demikian, terdapat beberapa hal yang dapat ditandai sebagai aspek dari keintiman. M. Monsour, dalam “Meanings of Intimacy In Cross and Same Sex Friendships”, yang dimuat dalam Journal of Social and Personal Relationships. Volume : 9, Tahun 1992, menyebutkan bahwa terdapat sembilanbelas aspek dari keintiman, yaitu :
  • pengungkapan diri (self disclosure), merupakan bentuk pengungkapan sesuatu dari dalam diri seseorang yang sebelumnya belum diketahui atau disadari oleh orang lain.
  • ekspresivitas emosi (emotional expressiveness), merupakan kemampuan untuk mengekspresikan perasaan-perasaan dan emosi-emosi pribadi yang mendalam terkait hubungan yang dimiliki dengan orang lain terhadap orang bersangkutan secara verbal maupun non verbal.
  • melakukan aktivitas bersama (shared activity), merupakan suatu bentuk melakukan kesenangan, selera, nilai-nilai, kepercayaan atau aktivitas bersama-sama.
  • bantuan dan dukungan (assistance and support), merupakan keinginan seseorang untuk memberikan bantuan atau dukungan yang bersifat non-emosi kepada orang lain.
  • apresiasi, perhatian, dan rasa hormat (appreciation, care, and respect), merupakan sikap kekaguman dan kebanggaan, perhatian, perlindungan, serta penghormatan dari seseorang pada yang lain.
  • pemahaman dan empati (understanding and emphaty), merupakan rasa saling mengenal dan mengerti satu sama lain.
  • pengenalan diri secara mendalam (deepened self awareness), merupakan usaha untuk dapat mengenal, mengetahui, dan memahami dirinya sendiri secara lebih mendalam melalui hubungannya dengan orang lain tersebut.
  • kepuasan dalam hubungan dan kesenangan (relationships satisfaction and enjoyment), merupakan bentuk penilaian dari masing-masing pihak yang terlibat dalam hubungan tersebut bahwa hubungan mereka telah membawa manfaat dan kepuasan serta menyenangkan untuk dijalani oleh satu sama lain.
  • perilaku otentik (genuine behavior), merupakan suatu kemampuan untuk bertindak sesuai apa yang diinginkan dan berkata sesuai apa yang dipikirkan.
  • kedekatan dan keterikatan (closeness and connectedness), merupakan suatu perasaan kedekatan, keterikatan dan keterhubungan yang erat dengan orang lain.
  • kontak fisik (physical contact), merupakan jarak kedekatan secara fisik antara seseorang dengan individu lain serta sentuhan fisik yang lembut dan bersifat non-seksual.
  • kontak seksual (sexual contact), merupakan kontak fisik yang bersifat seksual.
  • ketiadaan konflik (lack of conflict), merupakan kondisi di mana ada kesepakatan antara beberapa orang mengenai berbagai hal yang sifatnya mendukung terjadinya keintiman dalam hubungan yang melibatkan orang-orang tersebut.
  • kepercayaan (trust), merupakan sikap meyakini bahwa tidak ada satu pihak yang mencoba menarik keuntungan dari pihak lain, masing-masing pihak saling menaruh rasa percaya pada satu sama lain.
  • penerimaan dan dorongan (acceptance and encouragement), merupakan sikap saling menerima sikap, perilaku dan pilihan-pilihan satu sama lain sebagai bentuk dorongan atau semangat kepada satu sama lain tanpa disertai adanya prasangka atau kepura-puraan.
  • berbagi jaringan pertemanan (shared network), merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dan membangun hubungan sosial atau kelompok-kelompok pertemanan dengan orang lain.
  • menciptakan makna bersama (created meaning), merupakan perilaku verbal maupun nonverbal tertentu yang dikembangkan dalam konteks hubungan yang intim.
  • adanya persamaan (likeness and similiarity), merupakan suatu bentuk konformitas, yaitu adanya suatu pandangan bahwa penting bagi dua orang yang menjalin hubungan intim untuk terlihat mirip dan memiliki berbagai kesamaan dalam berbagai hal.
  • kontrol dan pengaruh dalam hubungan (relationships control and power), merupakan suatu hal yang dirasakan dan mempengaruhi sikap dan tindakan seseorang ketika bersama dengan orang lain.


Bentuk Keintiman. Keintiman dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk. K.J. Prager dan D. Buhrmester, dalam “Intimacy and Need Fulfillment in Couple Relationships”, yang dimuat dalam Journal of Social and Personal Relationships, Volume : 15, Nomor : 4, Tahun 1998, menyebutkan bahwa secara spesifik ekspresi keintiman dapat digolongkan dalam dua bentuk, yaitu :

1. Ekspresi Verbal.
Ekspresi verbal merupakan ekspresi keintiman yang diungkapkan dengan simbol-simbol verbal, seperti : melalui kata-kata, baik lisan maupun tulisan. Contoh dari ekspresi verbal adalah :
  • pengungkapan diri (self disclocure) melalui komunikasi langsung.
  • pengungkapan perasaan secara lisan, seperti berkata “cinta”, “sayang”, dan lain sebagainya.

2. Ekspresi Non Verbal.
Ekspresi non verbal merupakan semua bentuk ungkapan keintiman selain menggunkana kata-kata. Ekspresi non verbal nampak pada sentuhan-sentuhan afeksi, seperti : memeluk, membelai rambut, mencium kening, memberikan hadiah, dan lain sebagainya.

J.W Santrock, dalam “Life-Span Development”, menyebutkan bahwa keintiman dapat dibedakan menjadi lima bentuk, yaitu :

1. Litimate style.
Seorang individu memiliki komitmen untuk membentuk, mempertahankan, dan mengembangkan hubungan yang saling menguntungkan, dapat berbagai masalah dengan pasangan, dan mampu mengekspresikan rasa sayang, cinta, dan marah kepada pasangannya. Selain itu, juga harus memiliki komitmen yang kuat dengan pasangan dan berusaha untuk mengatasi permasalahan dan menyelesaikan perbedaan dengan cara yang tepat.

2. Preintimate style.
Seorang individu menunjukkan keambiguan sebuah komitmen sebagai tanda cinta yang ada tanpa rasa kewajiban atau bertahan lama. Individu ini memiliki kesadaran diri yang baik dan benar-benar tertarik pada orang lain.

3. Stereotype sytle.
Hubungan yang dangkal, didominasi oleh persahabatan dengan rekan sebaya dan memiliki sifat konvensional. Penekanan dalam hubungan berdasarkan apa yang mereka dapatkan dari orang lain daripada menguntungkan satu sama lain.

4. Pseudointimate style.
Seseorang mempertahankan kedekatan seksual yang menetap dengan sedikit atau tanpa adanya kedekatan terhadap pasangan. Individu ini menjalani hubungan yang cenderung dangkal, hanya bersedia untuk menceritakan hal-hal yang baik.

5. Isolated style.
Individu menarik diri dari lingkungan sosial dan tidak memiliki kedekatan dengan individu lain. Individu ini cenderung menghindar dan tidak memiliki keahlian sosial, menolak beberapa kebutuhan atau keinginan untuk dekat dengan orang lain.


Faktor yang Mempengaruhi Keintiman. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keintiman. E. Atwater, dalam “Psychology of Adjustment”, menyebutkan bahwa beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keintiman hubungan antara individu adalah :
  • saling terbuka. Saling berbagi pikiran dan perasaan yang dalam, serta rasa saling percaya diperlukan untuk membina dan mempertahankan keintiman.
  • kecocokan pribadi. Adanya kesamaan atau kesamaan latar belakang, kebudayaan, pendidikan dan persamaan lain yang membuat pasangan memiliki kecocokan. Meskipun begitu, beberapa perbedaan pasti muncul di dalam suatu hubungan, maka yang terpenting adalah bagaimana mengatasinya. Dengan demikian, bukan tidak mungkin dengan adanya perbedaan individu tidak dapat melengkapi satu sama lain.
  • penyesuaian diri dengan pasangan. Berusaha mengerti pandangan pasangan, memahami sikap dan perasaan pasangan. Dalam hal ini ditekankan pentingnya berkomunikasi secara efektif, yaitu kemampuan untuk mendengarkan secara efektif dan memberikan respon dengan cara tidak mengadili. Hal ini akan menciptakan rasa saling percaya pada pasangan.

Sedangkan J.F. Calhoun dan J.R. Acocella, dalam “Psychology of Adjustment and Human Relation”, menyebutkan bahwa keintiman dengan orang lain dapat terjalin karena dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :
  • lamanya hubungan (waktu). Lamanya hubungan antara dua pribadi mempengaruhi intimasi di antara keduanya, semakin lama hubungan yang telah terjalin maka intimasi akan semakin dapat dikembangkan.
  • frekuensi pertemuan. Frekuensi pertemuan menunjukkan seberapa sering pertemuan interpersonal dilakukan, semakin sering individu bertemu maka akan semakin mempengaruhi intimasi yang terjalin.
  • kesempatan berinteraksi. Kesempatan berinteraksi merupakan usaha meluangkan waktu untuk dapat berinteraksi secara informal dan santai dengan orang lain.


Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian keintiman (intimacy), konsep, aspek, dan bentuk keintiman (intimacy), serta faktor yang dapat mempengaruhi keintiman (intimacy).

Semoga bermanfaat.