Bahagia Walau Belum Punya Momongan

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Setiap pernikahan memiliki tujuan. Tujuan pernikahan  satu pasangan bisa berbeda dengan pasangan yang lain. Ada pasangan yang menganggap memiliki keturunan sebagai sebagai salah satu tujuan pernikahan, tapi ada juga yang tidak.

gambar : artibicara.com
Banyak pasangan merasa tertekan jika sekian lama menikah belum juga dikaruniai anak. Ketidakhadiran buah hati memang kerap menimbulkan perasaan takut ditinggalkan, terutama pada kaum wanita. Kembali pada tujuan pernikahan, yang merupakan kesepakatan keduabelah pihak, suami dan isteri. Masalah anak atau keturunan, seyogyanya harus dibicarakan secara matang sebelum pernikahan terjadi. Dengan demikian, masing-masing pihak sudah siap jika ada permasalahan yang menimpa rumah tangga. Bicarakan hal tersebut dengan terus terang dan terbuka, apakah masing-masing pihak ingin segera memiliki anak atau memilih menunda untuk memiliki anak. Jika memang mempunyai anak menjadi tujuan utama pernikahan, pemeriksaan ke dokter juga perlu dilakukan sebelum pernikahan. Hasil pemeriksaan dokter tersebut bisa dijadikan pertimbangan apakah hubungan akan dilanjutkan ke jenjang pernikahan atau tidak. Meskipun hal ini berpotensi melukai perasaan masing-masing, tapi akan lebih baik demikian daripada masalah tersebut muncul setelah terjadinya pernikahan. 

Perasaan takut dan kecemasan untuk ditinggalkan, yang timbul karena setelah lama menikah  tidak dikaruniai anak tersebut haruslah dibuang jauh-jauh. Kekuatiran seperti itu akan menimbulkan rasa curiga dan tidak percaya pada pasangan. Hal inilah yang kemudian bisa memicu konflik rumah tangga. Banyak pasangan yang sudah menikah bertahun-tahun belum dikaruniai momongan, kehidupan rumah tangga mereka tetap baik-baik saja dan bahagia.

Belum hadirnya seorang anak justru seharusnya bisa dimanfaatkan pasangan suami isteri untuk menghabiskan waktu berdua. Gunakan kesempatan ini untuk lebih menggali keintiman. Lakukan kegiatan-kegiatan menyenangkan bersama agar cinta semakin terpupuk dan rasa bosan bisa ditepis. Mungkin ada yang menganggap melakukan banyak hal berdua, pasangan justru bisa menimbulkan kebosanan. Hal ini tidak sepenuhnya benar. Selama dilakukan dengan perasaan bahagia dan saling mengerti, pasti menyenangkan dan tidak membosankan.

Dengan terus menjaga keharmonisan dengan pasangan, kesedihan karena belum adanya buah hati bisa diminimalkan. Kita juag tidak perlu menarik diri dari pergaulan. Menutup diri justru hanya akan membawa kerugian, makin sters, dan tertekan karena pada dasarnya setiap orang  perlu dan ingin berinteraksi dengan lingkungan. Oleh karena itu, menutup diri dari pergaulan justru tidak baik untuk kesehatan mental dan fisik.

Setiap orang pasti bosan jika terus menerus ditanya soal keturunan yang belum juga hadir. Banyak juga yang merasa terganggu karena menganggap masalah anak adalah masalah privasi keluarga. Tapi pada kenyataannya, orang pasti akan menanyakan masalah ini.

Satu hal yang perlu diingat, kita tidak wajib memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Sah-sah saja jika pasangan suami isteri memilih untuk tidak menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Tapi, tidak perlu juga bersikap bersikap antisipasi atau bahkan emosi. Tanggapi pertanyaan tersebut dengan santai dan tidak serius. Bagi sebagian orang, bertanya merupakan merupakan cara menyenangkan untuk bertegur sapa. Termasuk bertanya soal momongan. Jadi ubah pola pikir, tidak perlu lagi menganggap pertanyaan soal anak sebagai gangguan.  Salah satu cara paling mudah adalah menanggapi pertanyaan itu dengan guyonan. 

Jika anggota inti keluarga ikut menanyakan dan ingin tahu kenapa belum juga punya momongan ?  Sebaiknya anda menjelaskan kondisi sebenarnya dengan terbuka. Jika berkata sejujurnya dengan ayah, ibu, dan saudara kandung, keadaan mungkin akan lebih mudah. Kalau merasa risih ditanya mertua, minta tolong pada suami untuk untuk menjelaskan pertanyaan tersebut.

Yang perlu dipahami, kemungkinan setiap pasangan untuk mempunyai momongan itu selalu terbuka. Jangan pernah putus asa. Terus berusaha, berdoa dan yakin pada kuasa Tuhan. Keajaiban bisa saja terjadi, dan tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.

Namun begitu, ada baiknya juga pasangan suami isteri meninjau ulang tujuan dalam berumah tangga. Ada baiknya pasangan tidak menjadikan keturunan sebagai tujuan utama dari pernikahan. Akan lebih indah jika pernikahan dilakukan untuk saling membahagiakan satu sama lain, dengan menerima segala kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dengan begitu, pernikahan tidak akan menjadi beban jika prinsip tersebut dianut.

Demikian penjelasan berkaitan dengan kebahagiaan walau belum dikarunia anak.

Semoga bermanfaat.