Budaya Organisasi : Pengertian, Karakeristik, Jenis, Fungsi, Dan Teori Budaya Organisasi, Serta Faktor Yang Mempengaruhi Budaya Organisasi

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Pengertian Budaya Organisasi. Konsep budaya organisasi diadopsi berdasarkan teori dari disiplin ilmu Antropologi. Konsep budaya organisasi mulai banyak dibicarakan pada sekitar tahun 1980 - 1990, ketika para ahli mengeksplorasi bagaimana dan mengapa banyak perusahaan Amerika gagal bersaing dengan perusahaan Jepang.

Istilah “budaya organisasi” memiliki dua pengertian, yaitu : “budaya” yang merupakan seperangkat pemahaman penting yang berkembang, diyakini, dan diterapkan oleh suatu kelompok. Dan “organisasi” yang berarti suatu kelompok orang dari berbagai latar belakang berbeda bersatu dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Budaya dalam suatu organisasi tidak hanya mengacu pada adat istiadat dan kebudayaan suatu wilayah, tetapi juga dapat mengacu pada ciri khas suatu organisasi. Dengan kata lain, ciri khas sebuah organisasi dapat dikatakan sebagai “budaya organisasi”.

Secara umum, budaya organisasi dapat diartikan sebagai adalah suatu sistem nilai, kepercayaan, dan kebiasaan dalam suatu organisasi yang saling berinteraksi dengan struktur sistem formalnya untuk menghasilkan norma-norma perilaku organisasi. Budaya organisasi juga berarti suatu karakteristik yang ada dalam suatu kelompok dan digunakan sebagai tuntunan anggota kelompok dalam berperilaku serta membedakannya dengan kelompok lain. Artinya, budaya organisasi merupakan suatu norma dan nilai-nilai perilaku yang harus dipahami dan dipatuhi oleh kelompok orang yang menganutnya.


Selain itu, pengertian budaya organisasi juga dapat dijumpai dalam beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah :
  • Hadari Nawawi, dalam “Manajemen Sumber Daya Manusia”, menyebutkan bahwa budaya organisasi adalah suatu kepercayaan dan nilai-nilai yang menjadi falsafah utama yang dipegang teguh oleh anggota organisasi dalam menjalankan atau mengoperasionalkan kegiatan organisasi.
  • Fred Lathans, dalam “Organizational Behaviour”, menyebutkan bahwa budaya organisasi adalah norma-norma dan nilai-nilai yang mengarah pada perilaku anggota organisasi. Semua anggota akan berperilaku sesuai dengan budaya yang berlaku agar diterima oleh lingkungannya.
  • Stephen P. Robbins, dalam “Perilaku Organisasi”, menyebutkan bahwa budaya organisasi adalah suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi tersebut dengan yang lain.


Karakteristik Budaya Organisasi. Terbentuknya budaya organisasi tidak terjadi dengan begitu saja, melainkan melalui proses dan pengalaman. Terdapat beberapa karakteristik yang merupakan ciri-ciri dari budaya organisasi, yaitu :
  • innovation and risk taking (inovasi dan pengambilan resiko), maksudnya adalah suatu tindakan melakukan inovasi dan berani mengambil resiko dalam proses inovasi tersebut.
  • attention to detail (perhatian lebih pada hal-hal detail), maksudnya adalah organisasi mengharapkan para pekerja untuk bekerja lebih detail, analisis, dan tepat sasaran.
  • outcome orientation (orientasi pada manfaat), maksudnya adalah manajemen berorientasi atau fokus pada hasil atau manfaat dan tidak hanya pada proses untuk mendapatkan hasil tersebut.
  • people orientation (orientasi pada orang), maksudnya adalah manajemen sangat memperhatikan pengaruh atau manfaat dari sesuatu yang dihasilkan kepada orang-orang dalam organisasi.
  • team orientation (orientasi pada tim), maksudnya adalah tindakan memprioritaskan aktivitas kerja dalam organisasi berdasarkan tim, bukan pada individu.
  • agressiveness (agresivitas), maksudnya adalah situasi dimana orang-orang cenderung lebih kompetitif dan agresif ketimbang easy going.
  • stability (stabilitas), maksudnya adalah situasi di mana aktivitas organisasi lebih menekankan pada menjaga status quo sebagai lawan daripada perkembangan.


Jenis Budaya Organisasi. Budaya organisasi dalam satu perusahaan akan berbeda dengan budaya organisasi di perusahaan yang lain. Secara umum, jenis budaya organisasi dapat dibedakan menjadi dua hal, yaitu :

1. Budaya organisasi yang kuat.
Budaya organisasi yang kuat merupakan jenis budaya organisasi yang mengacu pada kondisi di mana karyawan bisa menyesuaikan diri, menghormati kebijakan organisasi, dan mematuhi semua pedoman organisasi. Setiap anggota akan merasa sangat menikmati pekerjaannya dan menganggap setiap pekerjaannya sebagai pengalaman baru dalam budaya organisasi yang kuat. Artinya, mereka akan menerima peran dan tanggung jawabnya di sebuah organisasi atau perusahaan dengan sepenuh hati atau sukarela.

2. Budaya organisasi yang lemah.
Budaya organisasi yang lemah merupakan jenis budaya organisasi yang setiap anggotanya menerima peran dan tanggung jawabnya hanya karena rasa takut pada pimpinan. Setiap anggota merasa takut dengan segala macam kebijakan organisasi, sehingga mereka lebih menganggap organisasi sebagai platform untuk mencuri penghasilan. Tapi, mereka juga tidak merasa terikat dengan organisasi atau perusahaan tersebut.

R. Wayne Mondy dan Robert M. Noe, dalam “Human Resource Management”, menyebutkan bahwa budaya organisasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

1. Open and Participative Culture.
Open and participative culture atau budaya organisasi yang terbuka dan partisipatif  ditandai dengan pencapaian tujuan yang tinggi dengan didukung adanya rasa percaya pada bawahan, komunikasi yang terbuka, kepemimpinan yang suportif dan penuh perhatian, penyelesaian masalah secara tim, adanya otonomi pekerja, dan berbagi informasi.

2. Closed and Autocratic Culture.
Closed and autocratic culture atau budaya organisasi yang tertutup dan otokratis ditandai dengan adanya pencapaian tujuan yang tinggi, tetapi tidak didukung dengan rasa saling percaya. Maksudnya, pencapaian tujuan dari organisasi ini lebih dipaksakan oleh pemimpin ke anggotanya. Bahkan, budaya organisasi yang tertutup ini juga memiliki sifat kepemimpinan otokrasi yang kuat.

Sedangkan Siswanto dan Agus Sucipto, dalam “Teori dan Perilaku Organisasi”, menyebutkan bahwa budaya organisasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu :
  • budaya peran (apollo), merupakan jenis budaya organisasi yang dimiliki ciri-ciri birokrasi tinggi, dikelola secara secara ilmiah dan memiliki disiplin tinggi.
  • budaya kuasa (zeus), merupakan jenis budaya organisasi yang mempunyai ciri-ciri adanya seorang tokoh di tengah-tengah dan di pusat hubungan dengan teman-teman yang sehati sepikiran dan mempunyai ciri-ciri lisan yang kuat da intuitif.
  • budaya tugas atau matrik (athena), merupakan jenis budaya organisasi di aman di dalamnya orang-orang berkumpul dari latar belakang ilmu dan keterampilan yang berbeda-beda, namun mereka berfokus pada tugas yang sama.
  • budaya atomistis (bionysius), merupakan jenis budaya organisasi di aman di dalam orang-orang berkumpulan karena suatu minat, visi atau keterangan yang sama.


Fungsi Budaya Organisasi. Pada hakekatnya, budaya organisasi memiliki enam fungsi utama, yaitu :

1. Meningkatkan rasa kepemilikan.
Budaya organisasi berfungsi sebagai identitas yang meningkatkan rasa kepemilikan dan loyalitas bagi seluruh anggotanya. Rasa kepemilikan berarti penerimaan sebagai anggota atau bagian dari sesuatu.

2. Alat untuk mengorganisir.
Budaya organisasi berfungsi sebagai alat untuk mengorganisir setiap anggota atau karyawan suatu perusahaan. Maksudnya, mengorganisasi atau mengatur suatu kelompok agar membentuk satu kesatuan. Nilai-nilai dan norma-norma dalam budaya organisasi bisa menjadi batasan-batasan yang harus dipahami dan dipatuhi semua anggotanya.Hal ini bisa membedakan antara satu organisasi dengan organisasi lainnya.

3. Meningkatkan kekuatan organisasi.
Budaya organisasi berfungsi untuk meningkatkan kekuatan nilai suatu organisasi. Maksudnya, meningkatkan kualitas suatu organisasi melalui nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam budaya organisasi tersebut. Karena itu, budaya organisasi juga dikenal sebagai pedoman dalam menyatukan organisasi dengan memberikan standar tepat mengenai tutur kata dan tingkah laku para anggotanya.

4. Mengontrol perilaku.
Budaya organisasi berfungsi sebagai mekanisme dalam mengontrol perilaku setiap anggota di dalam maupun di luar lingkungan organisasi. Nilai-nilai dan norma dalam budaya organisasi bisa memandu dan membentuk sikap serta perilaku karyawannya. Perilaku adalah serangkaian tindakan yang dibuat oleh individu, organisme, sistem atau entitas buatan dalam hubungannya dengan diri sendiri atau lingkungannya, yang mencakup sistem atau organisme lain di sekitarnya serta lingkungan fisik.

5. Mendorong kinerja anggota.
Budaya organisasi berfungsi untuk membantu mendorong seluruh anggota organisasi atau karyawan perusahaan untuk meningkatkan performa kerja, baik itu dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sehingga, budaya organisasi akan mendorong para anggota agar lebih mengedepankan kepentingan organisasi dibandingkan kepentingan pribadi. Jadi, mereka lebih sadar bahwa kepentingan bersama harus lebih diprioritaskan.

6. Menentukan tujuan organisasi.
Budaya organisasi berfungsi sebagai alat untuk menentukan arah atau hal-hal yang bisa dilakukan dan tidak. Tujuan adalah penjabaran dari visi dan misi yang ingin dicapai oleh suatu organisasi atau perusahaan.

Stephen P. Robbins menyebutkan bahwa fungsi dari budaya organisasi adalah :
  • untuk menetapkan tapal batas perilaku.
  • menjadi identitas bagi suatu anggota organisasi.
  • mempermudah timbulnya komitmen.
  • meningkatkan kemantapan sistem sosial.

Sedangkan Sondang P. Siagian, dalam “Organisasi, Kepemimpinan, dan Perilaku Administrasi”, menyebutkan bahwa fungsi dari budaya organisasi adalah :
  • menentukan batas-batas perilaku dalam arti menentukan apa yang benar dan yang salah.
  • menumbuhkan rasa memiliki dan jati diri sebuah organisasi dan para anggotanya.
  • menumbuhkan komitmen kepada anggota bahwa kepentingan bersama adalah di atas kepentingan individual.
  • sebagai alat untuk memperkuat ikatan seluruh anggota organisasi.
  • sebagai alat pengendali perilaku para anggota organisasi yang bersangkutan.


Teori Budaya Organisasi. Teori budaya organisasi merupakan sebuah teori komunikasi yang mencakup semua simbol komunikasi. Dalam perusahaan, budaya organisasi dianggap sebagai salah satu strategi perusahaan untuk mencapai tujuan dan kekuasaannya. Beberapa asumsi dasar yang berkaitan dengan teori budaya organisasi, diantaranya adalah :

1. Asumsi terhadap nilai organisasi.
Anggota organisasi menciptakan dan mempertahankan persamaan yang sama mengenai realitas organisasi, sehingga pemahaman mereka mengenai nilai-nilai organisasi lebih baik. Asumsi teori budaya organisasi ini mengacu pada nilai organisasi, yang merupakan standar dan prinsip-prinsip yang terdapat dalam sebuah budaya.

2. Asumsi terhadap simbol budaya organisasi.
Penggunaan dan interpretasi simbol sangat penting dalam budaya organisasi. Saat orang bisa memahami simbol tersebut, maka seseorang bisa bertindak berdasarkan budaya organisasinya.

3. Asumsi terhadap budaya yang bervariasi.
Setiap perusahaan pasti memiliki budaya organisasi yang bervariasi dan interpretasi tindakannya juga beragam. Karena setiap organisasi memiliki budaya yang berbeda-beda, setiap individu dalam organisasi tersebut juga menafsirkan budaya organisasinya secara berbeda. Tapi, perbedaan budaya dalam organisasi justru seringkali menjadi kekuatan dari organisasi tersebut.

Baca juga : Identitas Budaya 

Faktor yang Mempengaruhi Budaya Organisasi. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi budaya organisasi. H.L. Tosi, J.R. Rizzo, dan S.J. Caroll, dalam “Managing Organizational Behavior”, menyebutkan bahwa beberapa faktor yang dapat mempengaruhi budaya organisasi adalah :
  • pengaruh umum dari luar yang luas. Mencakup faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan atau hanya sedikit yang dapat dikendalikan oleh organisasi.
  • pengaruh dari nilai-nilai yang ada di masyarakat. Keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai yang dominan dari masyarakat luas, misalnya kesopan-santunan dan kebersihan.
  • faktor-faktor yang spesifik dari organisasi. Organisasi selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam berinteraksi tersebut akan timbul banyak masalah, baik yang berasal dari luar maupun dari dalam organisasi, yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh organisasi. Keberhasilan dalam menyelesaikan dan mengatasi berbagai masalah tersebut merupakan dasar bagi tumbuhnya budaya organisasi.


Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian budaya organisasi, karakteristik, jenis, fungsi, dan teori budaya organisasi, serta faktor yang mempengaruhi budaya organisasi.

Semoga bermanfaat.