Psikologi Sosial : Konsep Dasar, Pendekatan, Dan Teori Dalam Psikologi Sosial

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Psikologi sosial  merupakan satu disiplin ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara manusia dan kelompok pada lingkungannya yang dipengaruhi dengan perilaku manusia. Menurut D.G. Myers, dalam bukunya yang berjudul "Social Psychology", yang dimaksud dengan psikologi sosial adalah pengetahuan tentang bagaimana orang berpikir, mempengaruhi dan berhubungan dengan orang lain (social psychology is the scientific study of how people think about, influence, and relate to one another).

Konsep Dasar Psikologi Sosial
. Interaksi sosial antar manusia dalam masyarakat, baik antar individu, individu dan kelompok, maupun antar kelompok memiliki dan menimbulkan respon kejiwaan di antara mereka yang melakukan interaksi sosial. Terdapat beberapa konsep dasar dalam psikologi sosial dalam  melakukan kajian terhadap interaksi sosial yang terjadi, diantaranya adalah :
  • Konsep Emosi Terhadap Objek Sosial. Emosi merupakan kajian dari psikologi sosial yang memiliki peranan penting dalam pembentukan perilaku seseorang terhadap respon dari stimulus dalam lingkungan sosial. Emosi dan reaksi emosional dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Ketajaman emosi dan reaksi emosional dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Pengendalian respon emosi sangat penting dalam kehidupan bersosial. 
  • Konsep Kecerdasan dalam Menghadapi Persoalan Sosial. Kecerdasan merupakan modal dasar yang ada dalam diri masing-masing individu dan berbeda pada setiap individu, yang dapat digunakan dalam memecahkan permasalahan sosial yang muncul. Kecerdasan juga sangatlah penting bagi individu untuk menjalani kehidupan dan mengatasi berbagai masalah hidup yang terus terjadi. Karakter kecerdasan yang bersifat kognitif akan lebih mudah diukur. Sedangkan karakter kecerdasan yang sifatnya afektif lebih sulit diukur dan dievaluasi dengan aspek kecerdasan. 
  • Konsep Minat. Minat atau daya tarik individu terhadap hubungan sosialnya juga berpengaruh terhadap hubungan antar individu dan kelompok berkaitan dengan proses interaksi dan pemberian respon. Minat muncul dari dalam diri individu dan mungkin bisa dipengaruhi oleh subyek dari luar seperti keluarga, budaya, lingkungan. 
  • Konsep Perhatian. Perhatian atau rasa peka terhadap apa yang terjadi dalam lingkungan sosial seseorang juga sangat mempengaruhi cara seorang individu bersikap terhadap hubungan sosialnya. 
  • Konsep Sikap Mental. Sikap mental merupakan reaksi yang timbul dari diri masing-masing individu dari berbagai kejadian dan peristiwa yang datang. Reaksi mental bisa bersifat positif, negatif, dan juga netral. Hal tersebut tergantung pada kondisi diri masing masing individu serta bergantung pula pada sifat kejadian atau peristiwa yang dihadapi.


Pendekatan dalam Psikologi Sosial. Selain konsep dasar sebagaimana tersebut di atas, terdapat juga beberapa pendekatan yang bisa dilakukan dalam psikologi sosial, diantaranya adalah :

1. Pendekatan Biologis
Pendekatan biologis dalam psikologi sosial dikemukakan oleh William McDougall. Dalam bukunya "Social Psychology", William McDougall  melakukan pembedaan antara manusia dengan makhluk lainnya, sebagai berikut :
  • Naluri manusia yang sudah ada sejak lahir dan tidak dapat dirubah. Adanya dorongan bawaan yang mengarah pada perilaku destruktif meskipun bawaan tersebut bisa diarahkan pada perilaku yang konstruktif. 
  • Perbedaan genetik kromosom XYY lebih besar kemungkinan menjadi penjahat, kerusakan otak dan bisa menyebabkan agresivitas pada hewan.

2. Pendekatan Belajar
Dalam pendekatan ini, terdapat empat mekanisme belajar sebagai perubahan perilaku, yaitu :
  • asosiasi
  • law of effect, perilaku yang memuaskan akan cenderung diulangi. 
  • operant conditioning (teori peneguhan). 
  • modelling (teori imitasi). 

3. Pendekatan Insentif
Pendekatan insentif  menekankan pada penggambaran karakter inpulsif dan menekankan kerugian dan keuntungan yang diperoleh. Pendekatan ini menggunakan beberapa teori, yaitu :
  • teori pertukaran
  • teori pemuasan kebutuhan, yang menyatakan bahwa individu memiliki kebutuhan atau motivasi tertentu dan berperilaku sedemikian rupa untuk mendapatkan kebutuhannya.
  • rational decision making theory, yang mengemukakan bahwa seseorang memperhitungkan keuntungan dan kerugian berbagai tindakan berdasarkan rasional. 

4. Pendekatan Kognitif.
Pendekatan kognitif untuk menginterpretasikan bagaimana penyebab itu terjadi. Ketika seorang individu dihadapkan pada dua hal yang berlawan (kognitif dissonance), maka perubahan perilaku yang dilakukan adalah memilih salah satu dari dua hal yang dihadapinya tersebut. Pendekatan kognitif menekankan pada kondisi situasi sekarang dan bukan masa lalu.


Teori-teori Psikologi Sosial. Menurut D.G. Myers, yang dimaksud dengan teori dalam psikologi sosial adalah penjelasan lengkap tentang gejala-gejala. Fungsi teori dalam psikologi sosial adalah untuk menjelaskan gejala-gejala psikolgis dan perilaku individu dalam konteks saling berpengaruh dengan dunia sosial. Terdapat banyak teori yang digunakan dalam psikologi sosial, beberapa dari teori dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Teori Behavioristik.
Teori Behavioristik pertama kali dikemukakan oleh John B. Watson. Perspektif dari teori behavioristik adalah sangat menekankan pada cara individu sebagai organisme dalam membuat respons terhadap stimulus lingkungan melalui proses belajar. Paradigma utama dalam teori ini adalah hubungan yang terjadi antara stimulus dan respon.

2. Teori Penguatan.
Teori penguatan atau reinforcement theory didasarkan pada pendekatan behaviorisme. Teori ini terdiri dari beberapa teori, yaitu sebagai berikut :

2.1. Teori Belajar Sosial dan Imitasi (Theories of Social Learning and Imitation).
Dalam belajar sosial dan imitasi, mekanisme imitasinya dapat dibedakan menjadi 3 hal, yaitu :
  • same behavior, merupakan perilaku yang menyatakan tingkah yang sama antara dua individu terhadap stimulus yang sama. 
  • matched-dependent behavior, merupakan perilaku meniru orang lain yang dianggap lebih superior. Perilaku pihak kedua akan menyesuaikan perilaku pihak pertama. 
  • copying, merupakan perilaku meniru atau dasar isyarat (tingkah laku) dari model yang diberikan, termasuk model di masa lampau.

2.2. Observational Learning.
Observational learning dikemukakan oleh Albert Bandura dan R.H. Walters. Observational learning menyebutkan bahwa tingkah laku tiruan merupakan bentuk asosiasi dari suatu stimulus. Teori ini juga dapat digunakan untuk menerangkan timbulnya emosi yang sama dengan emosi pada model. Menurut Albert Bandura dan  R.H. Walters, terdapat tiga model yang mempengaruhi tingkah laku, yaitu : 
  • modeling effect, maksudnya adalah peniru melakukan tingkah laku baru sesuai dengan model. 
  • inhibition dan disinhibition, maksudnya adalah tingkah laku tidak sesuai dengan tingkah laku model akan dihambat dan tingkah laku yang sesuai dengan model akan dihapuskan segala hambatannya. 
  • facilitation effect, maksudnya adalah perilaku model sudah dipelajari oleh peniru kemudian muncul lagi dengan mengamati perilaku model.

2.3. Teori Penguatan Sosial (Social Reinforcement Exchange Theories).
Teori penguatan sosial dapat dibedakan menjadi beberapa teori, yaitu :
  • teori tingkah laku sosial dasar (behavioral sociological model of social exchange). Pada hakekatnya teori ini sama dengan proses jual beli dimana kedua belah pihak saling memberi harga dan mencari keuntungan. 
  • teori hasil interaksi (theory of interpersonal independence). Teori ini menyebutkan bahwa hubungan dua orang atau lebih dimana saling tergantung untuk mencapai hasil dan memaksimalkan hasil positif bagi tiap peserta interaksi. 
  • teori fungsional dari interaksi otoriter (equity theory). Teori ini membicarakan tentang keadilan dan ketidakadilan dalam hubungan interpersonal. Setiap kontribusi yang diberikan disebut input bersifat negatif contohnya seperti usaha, kerja, dll, dan sesuatu yang diterima disebut outcome bersifat positif afeksi seperti semangat dan minat.

3. Teori Belajar Sosial.
Teori belajar sosial atau social learning theory berakar pada teori-teori yang telah dikembangkan oleh para penganut psikologi behavioristik. Teori ini mengemukakan bahwa perilaku sosial individu dipelajari dengan melakukannya dan secara langsung mengalami konsekuensi-konsekuensi dari perilaku sosial itu. Selain itu, individu juga mempelajari perilaku baru melalui pengamatan terhadap perilaku orang lain (observational learnig).

4. Teori Gestalt dan Kognitif.
Teori gestalt dan kognitif memandang organisme sebagai agen yang aktif dalam menerima, memanfaatkan, memanipulasi, dan menstranformasi informasi yang diperolehnya. Teori ini berpendapat bahwa manusia adalah organisme yang memiliki kemampuan berpikir, merencanakan, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. Dalam perspektif gestalt dan kognitif, yang dimaksud dengan kognisi adalah istilah yang mengacu pada proses mental yang memiliki fungsi menstranformasikan semua masukan (input) sensorik ke dalam struktur yang bermakna. Para pakar psikologi gestalt dan kognitif memiliki keyakinan bahwa pikiran merupakan faktor utama terjadinya suatu perilaku dimana manusia sebagai makhluk yang mampu mengambil keputusan secara rasional berdasarkan pada pemrosesan informasi yang telah tersedia.

5. Teori Orientasi Kognitif.
Teori orientasi kognitif atau cognitive theory orientation berhubungan erat dengan proses kognitif. Teori ini terbagi dalam beberapa teori, sebagai berikut :
  • Krech and Crutchfield’s Cognitive Theory. Dalam teori ini disebutkan bahwa  motivasi bersifat molar, melibatkan kebutuhan dan tujuan. Ketidakstabilan psikologi dapat menyebabkan ketegangan yang mempengaruhi persepsi, kognisi, dan tindakan. Keputus-asaan mencapai tujuan atau kegagalan akan muncul dalam berbagai perilaku adaptif maupun mal-adaptif. 
  • Cognitive Consistency Theories. Teori ini berpangkal pada perasaan yang ada pada seseorang, terhadap orang lain, dan hal lainnya. Terdapat di dalamnya prinsip keselarasan mengenai peramalan perubahan sikap dalam situasi tertentu. Teori orientasi kognitif menekankan bahwa kondisi kognitif yang tidak konsisten dapat menimbulkan ketidak-nyamanan dan mengarah pada perilaku agar tercapai kenyamanan itu kembali. 
  • Teori Atribusi. Teori ini menjelaskan mengenai bagaimana seseorang menentukan sikap, sifat, atau karakteristik berdasarkan apa yang diketahui mengenai orang tersebut pada situasi dan dengan perilaku tertentu. 
  • Theories of Social Comparison, Judgement, and Perception. Proses saling mempengaruhi dan perilaku bersaing dalam interaksi sosial menimbulkan kebutuhan untuk menilai diri sendiri dengan membandingkan diri dengan diri orang lain. Ada dua hal yang dibandingkan yaitu pendapat dan kemampuan. Manusia biasa melakukan perbandingan diri misalnya seperti kata-kata atau pendapat mana yang lebih baik, ataupun siapa yang memiliki keunggulan tertentu.

6. Teori Lapangan.
Teori lapangan atau field theory dikemukakan oleh Kurt Lewin. Pemikiran teori lapangan berbasis pada konsep lapangan atau ruang hidup (life space). Kurt Lewin mengemukakan bahwa segenap peristiwa perilaku, seperti bermimpi, berkeinginan, atau bertindak merupakan fungsi dari ruang hidupnya. Dalam formula yang lebih matematis, pemikiran Kurt Lewin dapat dirumuskan sebagai berikut : b (behavior/perilaku), p (person/orang), dan e (enviroment/lingkungan). Dalam formula itu terkandung suatu pengertian bahwa perilaku manusia, termasuk perilaku sosialnya, merupakan hasil dari interaksi dari karakteristik kepribadian individu dan lingkungannya. Perilaku manusia merupakan hasil yang tidak terpisahkan dari kedua unsur itu. Beberapa pendekatannya yang digunakan dalam teori ini adalah menggunakan metode konstruktif, pendekatan dinamis, penekanan pada proses psikologis, analisis didasarkan pada situasi secara keseluruhan, perbedaan antara masalah yang sistematis dan historis, dan representasi matematis dari situasi psikologis.

7. Teori Pertukaran Sosial.
Teori pertukaran sosial atau social exchange theory dikemukakan oleh George Homan. Teori ini didasarkan pada perspektif teori behavioristik. Teori pertukaran sosial mengemukakan bahwa individu memasuki dan mempertahankan suatu hubungan sosial dengan orang lain karena ia merasa mendapat banyak keuntungan-keuntungan berupa ganjaran dari hubungan itu. Teori pertukaran sosial mengintegrasikan prinsip teori ekonomi klasik dengan prinsip ganjaran (reward) dan hukuman (punishment) dari teori behavioristik.

8. Teori Interaksionisme Simbolik.
Teori interaksionisme simbolik banyak mendapat pengaruh dari filsafat pragmatisme Anglo Saxon. Teori interaksionisme simbolik mengemukakan bahwa manusia adalah entitas sosial yang hidup dalam suatu kelompok. Berdasarkan pada informasi yang diperoleh dari proses komunikasi sosial dan pewarisan nilai, maka individu-individu sebagai bagian dari suatu masyarakat mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial budayanya dalam upaya mencapai tujuan bersama. Dalam teori interaksionisme simbolik terdapat dua jenis aliran yaitu :
  • aliran Chicago, yang menekankan pada metode penelitian kualitatif dalam penelitian psikologi sosial dan sosiologi. 
  • aliran Iowa, yang menekankan pada metode penelitian kuantitatif.

J.W.V. Zanden, dalam "Social Psychology", menyebutkan terdapat tiga ciri utama dari teori interaksionisme simbolik, yaitu:
  • tindakan manusia terhadap sesuatu itu didasari oleh makna sesuatu itu bagi mereka. 
  • makna dari sesuatu itu merupakan hasil dari suatu interaksi sosial. 
  • makna itu terbentuk dan termodifikasi berdasar pada proses intrepretif yang dilakukan oleh individu dalam berinteraksi dengan orang lain.

9. Teori Peran.
Menurt D.G. Myers, yang dimaksud dengan peran adalah sekumpulan norma yang mengatur individu-individu yang berada dalam suatu posisi atau fungsi sosial tertentu memiliki keharusan untuk berperilaku tertentu. Teori peran atau role theory memberi penelaah terhadap perilaku sosial dengan penekanan pada konteks status, fungsi, dan posisi sosial yang terdapat dalam masyarakat. Perilaku sosial seseorang dalam sebuah kelompok merupakan hasil aktualisasi dari suatu peran tertentu. Peran seseorang akan tergantung pada peran orang lain dan konteks sosialnya. Peran terdiri atas harapan-harapan yang melekat pada ciri-ciri perilaku tertentu yang seharusnya dilaksanakan oleh seseorang yang menduduki posisi atau status sosial tertentu di masyarakat. Posisi sosial yang menunjukkan peran tertentu misalnya peran guru, atasan, bawahan, presiden, dan orang tua. 

Menurut B.B. Biddle dan  E.J. Thomas,  dalam "Role Theory : Concepts and Research", menyebutkan bahwa peran dapat dibedakan dalam empat golongan, yaitu : 
  • orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial. 
  • perilaku yang muncul dalam interaksi. 
  • kedudukan orang dalam perilaku.
  • kaitan antara orang dan perilaku.

10. Etnometodologi.
Menurut J.W.V. Zanden, istilah etnometodologi biasa digunakan oleh para ahli antropologi untuk menganalisis keyakinan-keyakinan dan praktik-praktik hidup yang dilakukan oleh orang-orang asli di daerah tertentu. Etnometologi berarti prosedur yang digunakan orang dalam usaha membuat kehidupan sosial dan masyarakat menjadi lebih dapat dipahami dan memungkinkan untuk diteliti. Fokus utama dalam etnometodologi adalah mengkaji aktivitas praktis hidup sehari-hari orang yang secara etnis hidup dalam wilayah geografis dan kebudayaan tertentu, termasuk perilaku sosial. Berbeda dari interaksi simbolik yang lebih mementingkan interaksi antar individu, perspektif etnometodologi memiliki fokus pada metode yang menggambarkan cara individu mengkonstruksi interaksi dan citra hidup sosial yang mempengaruhi kehidupan sosial.


Demikian penjelasan berkaitan dengan konsep dasar psikologi sosial serta pendekatan dan teori psikologi sosial.

Semoga bermanfaat.