Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan bangsa Indonesia yang tertulis pada lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila. Secara etimologi, istilah "Bhinneka Tunggal Ika" berasal dari bahasa Jawa Kuno atau bahasa Sanskerta, yaitu terdiri dari kata "Bhinneka" yang berarti beragam atau beraneka, "Tunggal" yang berarti satu, dan "Ika" yang berarti itu. Sehingga secara harfiah, frasa Bhinneka Tunggal Ika dapat diartikan dengan beraneka satu itu. Sedangkan secara terminologi, istilah Bhinneka Tunggal Ika dapat diartikan dengan "berbeda-beda tetapi tetap satu".
Sebagai semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia, konsep Bhinneka Tunggal Ika bukan hanya berfokus pada perbedaan agama dan kepercayaan saja, tetapi mencakup lebih luas dari hal tersebut, yaitu berkaitan dengan perbedaan suku, bangsa, budaya (adat-istiadat), serta perbedaan pulau. Seluruh perbedaan tersebut menuju tujuan yang satu atau sama, yaitu bangsa dan negara Indonesia.
Prinsip Bhinneka Tunggal Ika. Bhinneka Tunggal Ika memiliki beberapa prinsip sebagai berikut :
1. Common Denominator.
Prinsip common denominator mengharuskan masing-masing individu untuk mencari persamaan dalam keanekaragaman yang ada di Indonesia. Dengan adanya persamaan tersebut akan tercipta suatu peri kehidupan dalam ke-bhinneka-an, sehingga dapat terwujud persatuan dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Tidak Bersifat Sektarian dan Eksklusif.
Prinsip tidak bersifat sektarian dan eksklusif bermakna bahwa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tidak dibenarkan merasa dirinya yang paling benar, paling hebat, dan tidak mengakui harkat dan martabat pihak lain. Pandangan sektarian dan eksklusif ini akan memicu terbentuknya keakuan yang berlebihan dengan tidak atau kurang memperhitungkan pihak lain, memupuk kecurigaan, kecemburuan, dan persaingan yang tidak sehat. Bhinneka Tunggal Ika bersifat inklusif. Golongan mayoritas dalam hidup berbangsa dan bernegara tidak memaksakan kehendaknya pada golongan minoritas.
3. Tidak Bersifat Formalistis.
Bhinneka Tunggal Ika tidak bersifat formalistis yang hanya menunjukkan perilaku semu. Bhinneka Tunggal Ika dilandasi oleh sikap saling percaya mempercayai,saling hormat menghormati, saling cinta mencintai dan rukun. Hanya dengan cara demikian maka keanekaragaman ini dapat dipersatukan.
4. Bersifat Konvergen Tidak Divergen.
Prinsip bersifat konvergen tidak divergen bermakna bahwa perbedaan yang terjadi dalam keanekaragaman tidak untuk di besar-besarkan, tetapi dicari titik temu, dalam bentuk kesepakatan bersama. Hal ini akan terwujud apabila dilandasi oleh sikap toleran, non sektarian, inklusif, akomodatif, dan rukun.
Implementasi Bhinneka Tunggal Ika. Implementasi Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, diantaranya tercermin dalam sikap :
1. Perilaku Inklusif.
Seseorang haruslah menganggap bahwa dirinya sedang berada di dalam suatu populasi yang luas, sehingga dia tidak melihat dirinya melebihi dari yang lain. Begitu juga dengan kelompok. Kepentingan bersama lebih diutamakan daripada sebuah keuntungan pribadi atau kelompoknya. Kepentingan bersama bisa membuat segala komponen merasa puas dan senang. Masing-masing kelompok mempunyai peranan masing-masing di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. Mengakomodasi Sifat Pluralistik.
Indonesia merupakan negara dengan tingkat pluralistik terbesar di dunia. Untuk menjadi bangsa yang disegani oleh bangsa lain, negara harus bisa mengelola keanekaragaman tersebut dengan baik, menciptakan persatuan dan kesatuan, sehingga tidak terjadi disintegrasi dalam negara dan bangsa Indonesia.
Sifat pluralistik dan multikultural Bhinneka Tunggal Ika mendukung nilai :
- inklusif, tidak bersifat eksklusif.
- terbuka.
- ko-eksistensi damai dan kebersamaan.
- kesetaraan.
- tidak merasa yang paling benar.
- toleransi.
- musyawarah disertai dengan penghargaan terhadap pihak lain yang berbeda
3. Tidak Mencari Menangnya Sendiri.
Indonesia adalah negara penganut demokrasi. Perbedaan pendapat adalah hal yang umum terjadi dalam suatu negara demokrasi. Oleh karenanya masing-masing orang atau kelompok harus dapat saling menghormati adanya perbedaan pendapat tersebut. Dengan musyawarah untuk mufakat, para pihak duduk bersama untuk mencari solusi dari perbedaan yang ada.
4. Dilandasi Rasa Kasih Sayang dan Rela Berkorban.
Dengan berpedoman bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya, rasa rela berkorban haruslah diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Rasa rela berkorban ini akan terbentuk dengan dilandasi oleh rasa saling kasih mangasihi dan sayang menyayangi. Dengan demikian akan tercipta suatu kehidupan yang aman dan damai, jauh dari konflik.
Demikian penjelasan berkaitan dengan prinsip dan implementasi Bhinneka Tunggal Ika.
Semoga bermanfaat.