Pengertian Candi. Di Indonesia, keberadaan candi tidak terlepas dari sejarah kerajaan Jawa dan perkembangan agama Hindu dan agama Budha di Jawa dari sekitar abad ke-7 hingga abad ke-14 Masehi. Sejak agama Hindu dan agama Budha datang dari India, desain sebagian besar candi di Indonesia, dalam banyak aspek mengadopsi gaya India, dengan tetap mempertahankan budaya lokal dalam karakteristik-nya yang unik, yaitu dalam hal penggunaan bahan bangunan, teknik konstruksi, serta gaya dekorasi. Dinding candi biasanya dihiasi dengan patung dan relief yang menggambarkan sebuah cerita atau ajaran agama.
Secara umum, candi dapat diartikan sebagai bangunan tempat ibadah dari peninggalan masa lampau yang berasal dari agama Hindu-Budha. Candi juga dapat berarti bangunan yang disediakan untuk ritual dan kegiatan keagamaan atau spiritual, seperti doa dan pengorbanan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), candi diartikan dengan bangunan kuno yang dibuat dari batu, yang berfungsi sebagai tempat pemujaan, penyimpanan abu jenazah raja-raja, pendeta-pendeta Hindu atau Budha pada zaman dulu.
Menurut Soekmono, dalam "Candi, Fungsi dan Pengertiannya", mengutip pendapat dari Prof. N. J. Krom dan Dr. WF Stutterheim, istilah candi berasal dari bahasa sansakerta, yaitu "candigra atau candikaghra atau candikalaya atau candika, yang merupakan penamaan tempat pemujaan bagi Dewi Durga (dewi maut), yang di Indonesia dikenal dengan nama Bethari Durga atau Durga Mahesasuramardhani. Sehingga, pada masa klasik, candi dipahami sebagai tempat suci untuk bakti kepada para dewa.
Dalam perkembangan selanjutnya, istilah "candi" mengalami perluasan arti, tidak hanya berarti sebagai tempat peribadatan, tetapi juga digunakan untuk menyebut situs-situs purbakala dari masa Hindu-Budha atau klasik Indonesia, baik sebagai istana, pemandian/petirtaan, gapura, dan sebagainya. Hal tersebut sebagaimana pendapat dari para Arkeolog bahwa candi adalah pemakaman atau pemujaan.
Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa candi adalah sebuah istilah dan bukan sebuah nama. Istilah tersebut menggambarkan suatu bangunan suci yang pada tiap masa, fungsi, dan tujuannya mengalami perkembangan pengertian. Dapat disimpulkan bahwa dalam kepercayaan Hindu-Budha, candi berarti sebagai berikut :
- tempat ibadah atau pemujaan kepada dewa atau segala sesuatu yang dipercayai untuk disembah.
- bangunan suci berfungsi sebagai makam para raja atau orang yang dianggap layak dipuja. Dalam konteks makam, pada candi bukanlah mayat yang dikubur, tetapi hanya abu sisa pembakaran mayat serta tulang jenazah yang belum sempurna terbakar.
- suatu bangunan suci sebagai tanda peringatan kekuasaan atau kematian seorang raja.
Baca juga : Pengertian Artefak
Jenis Candi. Candi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan sebagai berikut :
1. Agama.
Berdasarkan latar belakang keagamaan, candi terdiri dari :
- candi Hindu, merupakan candi yang dibangun untuk memuliakan dewa-dewa Hindu seperti Siwa, Brahma, dan Wisnu. Contoh : candi Prambanan, candi Gebang, candi Panataran, dan lain sebagainya.
- candi Buddha, merupakan candi yang dibangun untuk pemuliaan Buddha atau keperluan biksu sangha. Contoh : candi Borobudur, candi Sewu, candi Kalasan, dan lain sebagainya.
- candi Siwa-Buddha, merupakan candi sinkretis perpaduan Siwa dan Buddha. Contoh : candi Jawi.
- candi non-religius, merupakan candi sekuler atau tidak jelas sifat atau tujuan keagamaan-nya. Contoh : candi Ratu Boko, candi Angin, candi Wringin Lawang, dan lain sebagainya.
2. Kepentingan atau Peruntukkan.
Berdasarkan skala kepentingan atau peruntukannya, candi terdiri dari :
- candi Kerajaan, merupakan candi yang digunakan oleh seluruh warga kerajaan, sebagai tempat digelarnya upacara-upacara keagamaan penting kerajaan. Candi kerajaan biasanya dibangun dengan mewah, besar, dan luas. Contoh : candi Borobudur, candi Prambanan, candi Sewu, dan candi Panataran.
- candi Wanua atau Watak, merupakan candi yang digunakan oleh masyarakat pada daerah atau desa tertentu dalam suatu kerajaan. Candi Wanua atau Watak biasanya kecil dan hanya bangunan tunggal yang tidak berkelompok. Contoh : candi Sanggrahan di Tulung Agung dan candi Gebang di Yogyakarta.
- candi Pribadi, merupakan candi yang digunakan untuk mendharmakan seorang tokoh. Dapat dikatakan candi jenis ini memiliki fungsi mirip makam. Contoh : candi Kidal (pendharmaan Anusapati, raja Singhasari), candi Jajaghu (Pendharmaan Wisnuwardhana, raja Singhasari), candi Rimbi (pendharmaan Tribhuwana Wijayatunggadewi, ibu Hayam Wuruk), candi Tegowangi (pendharmaan Bhre Matahun), dan candi Surawana (pendharmaan Bhre Wengker).
3. Tata Letak.
Berdasarkan letak dibangunnya, candi terdiri dari :
- candi apit, merupakan candi yang letaknya diapit oleh candi lain dalam satu kompleks.
- candi bentar, merupakan candi yang berfungsi sebagai gapura atau pintu gerbang (pura), yang bentuknya menyerupai candi yang dibelah dua.
- candi induk, merupakan candi besar yang dikelilingi sejumlah candi kecil, atau candi utama dalam suatu kompleks percandian.
- candi kelir, merupakan candi yang dibangun tepat di depan gerbang masuk menuju halaman kompleks percandian.
- candi perwosa, merupakan candi kecil yang menjadi pelengkap sebuah kompleks percandian.
- candi pewara, merupakan candi kecil yang mengelilingi candi induk.
Baca juga : Pengertia Epigrafi
Fungsi Candi. Secara umum, fungsi candi adalah sebagai berikut :
- candi Hindu, berfungsi sebagai bangunan untuk mengenang para raja dan orang-orang terkemuka yang telah meninggal dunia.
- candi Budha, berfungsi sebagai tempat upacara keagamaan.
Hiasan Candi. Arsitektur bangunan candi memiliki seni dan keindahan. Hal tersebut dapat dilihat dari hiasan yang ada pada bangunan candi. Berikut beberapa hiasan yang ada pada bangunan candi :
- Kalamakara, adalah hiasan berupa kepala kala yang berada di atas pintu candi, yang pada umumnya berbentuk kepala monster yang memiliki rupa campuran dari ikan, naga, buaya, singa, macan dan hewan-hewan lain. Kalamakara dianggap sebagai penolak bala pada candi serta sebagai pengingat kepada siapa saja yang memasuki candi tentang masa kematian. Pada candi Hindu, kepala Kalamakara memliki rahang. Sedangkan pada candi Budha, kepala Kalamakara tidak memiliki rahang.
- Dwarapala, adalah patung penjaga yang terletak di depan pintu candi. Dwarapala berbentuk makhluk yang memegang gada dengan posisi berdiri. Dwarapala menggambarkan penjaga candi.
- Jaladwara, adalah saluran air dalam candi, yang berfungsi untuk mengalirkan air dari puncak candi ke luar candi. Jaladwara digambarkan berupa kepala ikan yang menganga dengan lubang air menuju keluar candi.
- Arca, adalah patung yang dibuat sebagai penjelmaan dari dewa. Pada candi Hindu, arca yang dibuat menggambarkan dewa. seperti : Siwa, Wisnu, dan Brahma. Sedangkan pada candi Budha, arca yang dibuat menggambarkan Budha atau Bodhisatwa.
- Relief, adalah ukiran atau pahatan yang berada pada dinding candi. Relief candi pada umumnya merupakan kisah-kisah dalam agama Hindu (Ramayana, Mahabharata, dan lain sebagainya) dan agama Budha (Jataka, Lalitavistara, dan lain sebagainya).
Baca juga : Peralatan Dan Tahapan Penelitian Arkeologi
Konsep Pembangunan Candi. Candi memiliki arsitektur yang sangat rumit dan dibangun dengan suatu konsep tertentu. Proses pembangunan candi melalui beberapa tahapan, diawali dengan memilih sima atau tanah yang bebas pajak. Penetapan sima biasanya tertera dalam prasasti. Konsep pembangunan candi adalah sebagai berikut :
- candi merupakan tiruan dari sebuah gunung, seperti Mahameru, maka banyak ornamen yang menggambarkan baik tumbuhan maupun hewan.
- candi harus memiliki geometri suci atau disebut mandala.
- candi merupakan simbol dari rahim atau Grbagrha.
- candi merupakan pusat dari kegiatan peziarahan.
- candi merukan merupakan penggambaran dari surga.
- candi merupakan penghubung atau perantara surga dengan bumi.
Dalam pembangunan sebuah candi, kegiatan pekerja dibagi dalam enam pekerjaan sebagai berikut :
- Yajamana, yaitu orang yang mendanai pembangunan candi.
- Acharya, yaitu pendeta yang memimpin upacara pembangunan candi.
- Sthapati, yaitu arsitek yang dipilih oleh Acharya.
- Sutrhagin, yaitu orang yang menetapkan tanah yang akan dibuat untuk membangun candi.
- Taksaka, yaitu orang yang bertugas menghias candi serta membuat relief dan arca.
- Vardhakin, yaitu para pekerja kasar yang bertugas memecah batu, mengangkat. serta memindahkan.
Baca juga : Legenda Candi Sewu
Perbedaan Candi Hindu dan Candi Budha. Terdapat beberapa perbedaan antara candi Hindu dan candi Budha. Perbedaan tersebut dapat dilihat berdasarkan :
1. Fungsi Candi.
Berdasarkan fungsinya, perbedaan antara candi Hindu dan candi Budha adalah :
- candi Hindu, dibangun sebagai makam para raja. Ritual yang dilakukan di candi kebanyakan berhubungan dengan pemakaman atau pemujaan roh nenek moyang.
- candi Budha, dibangun sebagai tempat peribadatan, sebagai bentuk pengabdian kepada agama.
2. Struktur Candi.
Berdasarkan strukturnya, perbedaan antara candi Hindu dan candi Budha adalah :
- candi Hindu, pada puncak candi berbentuk meruncing, berbentuk tabung atau disebut ratna.
- candi Budha, pada puncak berbentuk kubus atau biasa disebut stupa.
3. Relief Candi.
Berdasarkan relief yang diukir pada candi, perbedaan antara candi Hindu dan Budha adalah :
- candi Hindu, memiliki relief yang menceritakan kisah Ramayana, Mahabharata, Garudeya, dan kisah-kisah Hindu lainnya.
- candi Budha, memiliki relief yang menceritakan kisah Budha seperti Jataka, Lalitavistara, dan lain-lain.
4. Tata Letak Candi.
Berdasarkan tata letaknya, perbedaan antara candi Hindu dan candi Budha adalah :
- candi Hindu, bangunan utama biasanya terletak di belakang dan jaraknya cukup jauh dari pintu masuk. Candi utama terletak di dataran yang paling tinggi dibandingkan bangunan lain.
- candi Budha, bangunan utama bersifat mandala konsentris. Bangunan ini terletak tepat di tengah kompleks candi dan dikelilingi candi-candi perwara yang lebih kecil dalam barisan yang rapi.
5. Penyebutan Tingkatan Candi.
Candi Hindu dan candi Budha sama-sama terdiri dari tiga tingkatan, yaitu kaki candi, tubuh candi, dan atap candi. Hanya saja dalam penyebutan tingkatan tersebut terdapat perbedaan, yaitu :- candi Hindu, ketiga tingkatan candi disebut dengan istilah Bhurloka, Bhuvarloka, dan Svarloka.
- candi Budha, ketiga tingkatan candi disebut dengan istilah Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu.
Meskipun memiliki penyebutan yang berbeda, tetapi ketiga tingkatan tersebut bermakna sama, yaitu sebagai berikut :
- Bhurloka dan Kamadhatu, bermakna dunia manusia yang masih terikat dengan hawa nafsu.
- Bhuvarloka dan Rupadhatu, bermakna dunia di mana manusia mulai mensucikan diri namun masih terikat dengan rupa.
- Svarloka dan Arupadhatu, bermakna tingkatan tertinggi dari perjalanan hidup manusia, atau bisa juga diartikan sebagai tempat para dewa.
Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian candi, jenis, fungsi, hiasan, dan konsep pembangunan candi, serta perbedaan antara candi Hindu dan candi Budha.
Semoga bermanfaat.