Banjir : Pengertian, Jenis, Faktor Penyebab, Serta Pengendalian Banjir

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Pengertian Banjir. Secara umum, banjir dapat diartikan sebagai suatu peristiwa bencana alam yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Banjir juga dapat berarti suatu peristiwa tergenangnya daratan yang biasanya kering oleh air yang berasal dari sumber-sumber air di sekitar daratan, yang sifatnya sementara. Banjir terjadi karena sumber-sumber air tersebut, seperti sungai, danau, dan laut, tidak mampu menampung banyaknya air, baik karena curah hujan yang tinggi, air laut pasang, salju yang mencair, dan lain sebagainya.

Menurut Kementerian Permukiman dan Prasarana Wilayah Republik Indonesia, yang dimaksud dengan banjir adalah aliran yang relatif tinggi dan tidak tertampung lagi oleh alur sungai atau saluran. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, banjir diartikan dalam beberapa pengertian, sebagai berikut :
  • berair banyak dan deras, kadang-kadang meluap (tentang kali da sebagainya).
  • air yang banyak dan mengalir deras, air bah.
  • peristiwa tergenangnya daratan (yang biasanya kering) karena volume air yang meningkat.
  • datang (ada) banyak sekali.


Selain itu, pengertian banjir juga dapat ditemukan dalam beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah :
  • Suripin, dalam "Sistem Drainase Perkotaan Berkelanjutan", menjelaskan bahwa banjir adalah suatu kondisi di mana tidak tertampungnya air dalam saluran pembuang (palung sungai) atau terhambatnya aliran air di dalam saluran pembuang, sehingga meluap menggenangi daerah (dataran banjir) sekitarnya.
  • Rahayu, dkk, dalam "Banjir dan Upaya Penanggulangannya", menyebutkan bahwa banjir adalah tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya air yang melebihi kapasitas pembuangan air di suatu wilayah dan menimbulkan kerugian fisik, sosial dan ekonomi.


Jenis Banjir. Banjir yang terjadi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Menurut Pusat Kritis Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, banjir dapat dibedakan menjadi lima jenis, yaitu sebagai berikut :
  • banjir air. Banjir air adalah banjir yang terjadi karena meluapnya air dari berbagai sumber atau tempat air, seperti sungai, danau, dan lain sebagainya. Banjir air merupakan jenis banjir yang sangat umum terjadi. 
  • banjir bandang. Banjir bandang adalah banjir besar yang datangnya tiba-tiba, dengan meluap, menggenangi, serta memiliki aliran deras yang dapat menghanyutkan benda-benda besar. Banjir bandang sangat berbahaya karena bisa mengangkut apa saja dan dapat memberikan dampak kerusakan cukup parah. 
  • banjir rob (banjir laut air pasang). Banjir rob adalah banjir yang disebabkan karena naiknya permukaan air laut. Banjir rob biasanya terjadi pada wilayah dataran rendah sekitar pantai atau laut. 
  • banjir lumpur. Banjir lumpur adalah tergenangnya daerah daratan oleh lumpur yaitu sesuatu berbentuk tanah cair yang licin. Banjir lumpur mirip dengan banjir bandang yang mempunyai sifat datang dengan tiba-tiba, bervolume besar, dan memiliki aliran yang deras. 
  • banjir cileunang. Banjir cileunang adalah terjadinya genangan air di sebuah tempat akibat terhambatnya saluran air di daerah tersebut. Banjir cileunang memiliki kemiripan dengan banjir air, tapi banjir ini terjadi akibat deras hujan sehingga tidak tertampung oleh saluran air.

Selain kelima jenis banjir tersebut, terdapat satu jenis banjir yang terjadi sebagai akibat dari erupsi gunung berapi, yaitu banjir lahar dingin. Ketika gunung berapi erupsi akan mengeluarkan guguran lahar/lava panas. Guguran lahar panas ini ketika sudah dingin dan terkena air hujan, maka akan mencair dan berubah menjadi material seperti pasir dan lumpur yang mengalir menuruni gunung. Apabila terjadi pendangkalan pada daerah aliran sungai, lahar dingin tersebut akan meluap dan meluas ke daratan di sekitarnya, maka terjadilah banjir lahar dingin. 


Faktor-Faktor Penyebab Banjir.  Secara umum, terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya banjir, diantaranya adalah sebagai berikut :
  • curah hujan yang tinggi. Hujan lebat yang terjadi terus-menerus akan menyebabkan volume air di daratan meningkat. Apabila hal ini terus terjadi maka sungai tidak akan mampu lagi menampung banyaknya volume air yang ada. Akibatnya, air sungai meluap dan terjadilah bencana banjir. 
  • kondisi topografi. Daerah dengan kondisi topografi rendah atau disebut dataran rendah akan beresiko lebih tinggi dilanda banjir daripada dataran tinggi. Hal ini umum terjadi karena air mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah. Selain itu, daerah hilir dari suatu DAS (Daerah Aliran Sungai) cenderung memiliki kemiringan lereng yang rendah sehingga lebih berpeluang terjadi bencana banjir. 
  • penyumbatan aliran air. Penyumbatan aliran air baik di sungai maupun di selokan karena sampah yang menumpuk akan menyebabkan terganggunya aliran air. Hal ini tentunya akan membuat aliran air cepat meluap sehingga menyebabkan bencana banjir. 
  • kurangnya daerah peresapan air. Daerah peresapan air sangatlah penting untuk meresapkan air yang ada di permukaan menuju ke dalam tanah. Pada saat ini, daerah resapan air sangat jarang ditemukan terlebih di daerah perkotaan. Daerah yang seharusnya menjadi peresapan air justru tertutup oleh bangunan aspal ataupun beton sehingga air yang seharusnya meresap akan menggenang di permukaan. 
  • penggundulan hutan. Hutan dengan banyak pohon-pohon di dalamnya berfungsi untuk menahan dan menyerap air sehingga aliran air di permukaan tidak menggenang. Apabila terjadi penebangan pohon yang berlebihan atau penggundulan hutan, fungsi hutan ini akan hilang, akibatnya air akan langsung mengalir ke daerah yang lebih rendah dalam jumlah yang banyak dan menyebabkan banjir di daerah hilir suatu DAS.

Menurut Robert J. Kodoatie dan Sugiyanto, dalam "Banjir, Beberapa Penyebab dan Metode Pengendaliannya dalam Perspektif Lingkungan", menyebutkan bahwa terjadinya banjir dapat disebabkan karena dua faktor, yaitu :
  • faktor alami. Yang termasuk dalam faktor alami penyebab banjir adalah pengaruh curah hujan yang tinggi, fisiografi, erosi dan sedimentasi, kapasitas sungai/kapasitas drainase yang tidak mencukupi, serta pengaruh air pasang. 
  • faktor perbuatan atau aktivitas manusia. Yang termasuk dalam faktor perbuatan atau aktivitas manusia yang dapat menyebabkan  banjir adalah penyalah-gunaan area di sekitar DAS, penebangan/perusakan hutan, buang sampah sembarang, perencanaan sistem pengendali banjir yang tidak tepat, dan lain sebagainya.


Pengendalian Banjir. Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai upaya untuk mengendalikan atau mencegah terjadinya banjir. Beberapa hal dimaksud adalah sebagai berikut :
  • tidak membuang sampah sembarangan, terutama tidak membuang sampah dialiran air, seperti sungai, selokan, dan lain sebagainya. 
  • melakukan pengerukan pada aliran air (danau, sungai, dan selokan) yang sudah mengalami pendangkalan, sehingga kapasitas penampungan volume air menjadi lebih besar. 
  • membangun bendungan, waduk, dam, atau tanggul sebagai penampung dan pengendali air. 
  • menyediakan daerah peresapan air atau lubang biopori atau sumur resapan yang cukup sehingga air yang ada di permukaan tidak menggenang dan menjadi limpasan. 
  • melakukan reboasasi, diantaranya dengan melakukan penanaman pohon di daerah bantaran sungai. Dengan banyaknya pohon, maka akar-akar pohon akan dapat menahan tanah dan menyerap air hujan sehingga memperkecil terjadinya erosi maupun longsor yang dapat menyebabkan pendangkalan sungai.
  • membangun sistem pemantauan dan peringatan banjir yang baik pada daerah-daerah rawan banjir.


Dengan semakin maju dan berkembangnya teknologi, termasuk dalam bidang hidrologi, badan penanggulangan bencana di bawah Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika telah menggunakan berbagai aplikasi teknologi berbasis komputer yaitu berupa pemodelan kejadian banjir. Dengan aplikasi ini, segala informasi berkaitan dengan kejadian banjir akan sangat membantu manusia dalam menentukan berbagai keputusan sehingga dapat meminimalisir akibat atau dampak dari bencana banjir tersebut.  Aplikasi pemodelan kejadian banjir diantaranya adalah :
  • Sistem Informasi Geografis (SIG). Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat dimanfaatkan dalam proses pemetaan termasuk dalam pembuatan peta kerawanan banjir. Sistem Informasi Geografis (SIG) akan menyajikan informasi mengenai penentuan tingkat kerentanan banjir serta dapat menganalisis dan memperoleh informsi baru dalam mengidentifikasi daerah-daerah rawan banjir. 
  • Soil And Water Assessment Tools (SWAT). Soil And Water Assessment Tools (SWAT) merupakan model kejadian kontinyu untuk skala area berupa DAS yang beroperasi secara harian. SWAT dirancang untuk memprediksi berbagai dampak pengelolaan terhadap air, sedimen, dan lain sebagainya pada suatu DAS yang tidak memiliki alat pengukuran. SWAT juga dapat digunakan dalam pemodelan kejadian banjir sehingga aplikasi ini dapat menjadi instrumen dalam penentuan berbagai kebijakan pada suatu DAS.


Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian banjir, jenis dan faktor penyebab banjir, serta pengendalian banjir.

Semoga bermanfaat.