Pengertian Psikologi Evolusioner. Psikologi evolusioner atau “evolutionary psychology” muncul sebagai akibat adanya keprihatinan dari perkembangan teori-teori psikologi yang saat itu sedang dalam situasi morat-marit. Psikologi evolusioner juga merupakan kritikan terhadap model ilmu sosial standar atau “standard social science model” yang dianggap ortodoks.
Model ilmu sosial standar mengibaratkan pikiran manusia sebagai tabula rasa, satu kotak kosong yang tidak berisi apa-apa sampai pengalaman akan mengisinya, di mana isi pikiran manusia ditentukan oleh sesuatu dari luar, yaitu dari lingkungan dan dunia sosial. Model ilmu sosial standar juga berpandangan bahwa arsitektur pikiran manusia didominasi oleh sejumlah mekanisme yang bersifat “general-purpose” dan “content-independent atau domain-general”. Mekanisme yang bersifat “general-purpose” tersebut diantaranya adalah belajar, induksi, inteligensi, imitasi, rasionalitas, dan budaya. Psikologi evolusioner mencoba mengganti model ilmu sosial standar dengan menunjukkan bahwa pikiran manusia terdiri dari sejumlah besar mekanisme yang secara fungsional bersifat khusus dan “domain specific”.
Secara umum, psikologi evolusioner dapat diartikan sebagai salah satu pendekatan dalam keilmuan psikologi yang digunakan untuk mengupas perilaku manusia menggunakan kacamata teori evolusi. Psikologi evolusioner juga berarti suatu cabang dari ilmu psikologi yang mencoba mempelajari potensi peran dari faktor genetis dalam beragam aspek dari perilaku manusia.
Selain itu, pengertian psikologi evolusioner dapat juga dijumpai dalam beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah :
- Leda Cosmides dan John Tooby, dalam “Evolutionary Psychology”, menyebutkan bahwa psikologi evolusioner adalah satu pendekatan terhadap psikologi yang menerapkan pengetahuan-pengetahuan dan prinsip-prinsip biologi evolusioner untuk meneliti struktur pikiran manusia. Menurut Leda Cosmides dan John Tooby, psikologi merupakan cabang biologi yang mempelajari otak dan bagaimana program-program pemrosesan informasi otak memunculkan perilaku. Oleh karena psikologi adalah cabang biologi, maka teori-teori, prinsip-prinsip, serta observasi-observasi dalam biologi evolusioner dapat dipergunakan untuk mempelajari psikologi.
- Robert A. Baron dan Donn Byrne, dalam “Psikologi Sosial”, menyebutkan bahwa psikologi evolusioner adalah salah satu cabang baru dalam psikologi yang mencoba mempelajari potensi peran dari faktor genetis dalam beragam aspek dari perilaku manusia. Cabang baru dari psikologi tersebut menyatakan bahwa manusia, seperti makhluk hidup lainnya di planet bumi ini, telah mengalami proses evolusi biologis selama sejarah keberadaannya, dan dari hasil proses ini manusia sekarang memiliki sejumlah besar mekanisme psikologis yang merupakan hasil evolusi yang membantu manusia untuk tetap hidup atau mempertahankan keberadaannya.
Baca juga : Pengertian Psikologi Forensik, Ruang Lingkup Dan Sejarah Perkembangan Psikologi Forensik
Prinsip Psikologi Evolusioner. Terdapat beberapa prinsip yang digunakan dalam psikologi evolusioner. Menurut Leda Cosmides dan John Tooby, prinsip dari psikologi evolusioner adalah :
- otak adalah sistem fisik yang bekerja untuk memproses informasi.
- otak dibentuk melalui seleksi alam untuk memecahkan masalah yang dihadapi selama sejarah evolusi spesies manusia.
- kesadaran atau “consciousness” ibarat puncak gunung es, sebagian besar proses mental terjadi di alam bawah sadar.
- setiap bagian psikologis manusia memiliki spesifikasi untuk memecahkan masalah adaptif yang spesifik.
- tengkorak modern manusia menampung pikiran zaman batu.
Sedangkan Davd M. Buss, M.G. Haselton, T.K. Shakhelford, A.L. Bleske, dan J.C. Wakefield, dalam “Adaptations, Exaptatations, and Spandrels”, yang dimuat dalam American Psychologist, Volume : 53 (5), menjelaskan bahwa beberapa prinsip dalam psikologi evolusioner adalah :
1. Seleksi Alamiah (Natural Selection).
Proses evolusi merupakan perubahan-perubahan struktur organisme sepanjang waktu. Perubahan-perubahan tersebut dilandasi oleh sebuah mekanisme yang bersifat kausal, yakni seleksi alamiah. Seleksi alamiah memiliki tiga unsur, yaitu :
- variasi atau “variation”. Hewan dalam satu spesies yang sama dapat bervariasi dalam berbagai cara, misalnya dalam hal panjang sayap, struktur sel, kemampuan berkelahi dan sebagainya,
- warisan atau “inheritance”. Hanya sejumlah variasi yang akan diwariskan secara ajeg dari orang tua kepada keturunannya. Variasi-variasi lain tidak akan diwariskan kepada keturunan. Hanya variasi yang diwariskan saja yang akan berperan dalam proses evolusi.
- seleksi atau “selection”. Organisme yang mempunyai sifat-sifat tertentu yang dapat diwariskan akan memproduksi lebih banyak keturunan dibandingkan dengan organisme yang kurang memiliki sifat-sifat yang dapat diwariskan oleh karena sifat-sifat tersebut membantu memecahkan problem khusus dan dengan demikian memberi sumbangan kepada reproduksi dalam satu lingkungan tertentu.
2. Adaptasi (Adaptation).
Adaptasi merupakan produk proses evolusioner. Adaptasi adalah satu karakteristik yang berkembang secara reliabel dan dapat diwariskan yang muncul menjadi satu ciri satu spesies melalui seleksi alamiah oleh karena karakteristik tersebut membantu secara langsung atau tidak langsung untuk memfasilitasi reproduksi selama periode evolusinya. Fungsi adaptasi adalah untuk memecahkan satu problem adaptif. Pengertian adaptasi dalam psikologi evolusioner tersebut berbeda dengan pengertian adaptasi yang umum dipakai oleh psikologi.
Pengertian umum adaptasi biasanya menunjuk pada pengertian yang menyangkut kebahagiaan pribadi, kesesuaian sosial, kemampuan menyesuaikan diri dengan kondisi yang berubah atau kesejahteraan hidup. Adaptasi merupakan karakteristik yang bersifat dapat diwariskan. Adaptasi diturunkan oleh orang tua kepada anak keturunan. Agar supaya adaptasi dapat diwariskan kepada keturunan maka perlu ada gen adaptasi. Meskipun adaptasi merupakan karakteristik yang diwariskan, faktor lingkungan mungkin memainkan peranan penting dalam perkembangan ontogenetiknya.
Satu karakteristik dinilai sebagai adaptasi apabila memenuhi dua kriteria, yaitu :
- karakteristik tersebut harus secara ajeg muncul dalam bentuk yang lengkap pada saat yang tepat dalam kehidupan organisme.
- karakteristik itu merupakan karakteristik yang tipikal dari semua atau kebanyakan anggota spesies.
3. Mekanisme Psikologis Hasil Evolusi (Evolved Psychological Mechanism).
Semua perilaku yang kasat-mata akan dilandasi oleh mekanisme psikologis selain oleh input, misalnya :
- apabila seorang anak dan seorang dewasa merespons secara berbeda stimulus yang sama, maka hal tersebut disebabkan karena mereka memiliki mekanisme psikologis yang berbeda.
- apabila seorang pria dan wanita mempunyai respons yang berbeda terhadap stimulus yang sama, hal itu disebabkan karena pria dan wanita memiliki mekanisme psikologis yang berbeda. Mekanisme fisiologis dan juga psikologis merupakan hasil proses evolusi dengan cara seleksi alami.
David M. Buss, dalam “Evolutionary Psychology: A New Paradigm for Psychological Science”, yang dimuat dalam Psychological Inquiry, Volume :6 (1), merumuskan mekanisme psikologis sebagai sekumpulan proses di dalam diri organisme yang :
- ada dalam bentuk yang sekarang ini oleh karena mekanisme ini memecahkan satu problem khusus dari keberlangsungan hidup atau reproduksi individu secara berulang kali sepanjang sejarah evolusioner manusia,
- hanya mengambil informasi atau input tertentu yang dapat bersifat internal atau eksternal, dapat disarikan secara aktif atau diterima secara pasif dari lingkungan, dan menetapkan bagi individu problem adaptif tertentu yang dihadapinya, dan mengubah informasi menjadi output melalui satu prosedur dimana output nya akan mengatur aktivitas fisiologis, memberikan informasi pada mekanisme psikologis lain atau menghasilkan tindakan, dan memecahkan satu problem adaptif tertentu.
Baca juga : Pengertian Dan Manfaat Psikologi Abnormal
Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian dan prinsip psikologi evolusioner (evolutionary psychology).
Semoga bermanfaat.