Prinsip Dan Pendekatan Dalam Komunikasi Pembangunan, Serta Strategi Yang Digunakan Dalam Komunikasi Pembangunan

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Istilah “komunikasi pembangunan” oleh N.C. Quebral dan Gomes, dalam “Development of Communication: Some Implications”, diartikan sebagai suatu disiplin ilmu dan praktikum komunikasi dalam konteks negara-negara yang sedang berkembang, terutama kegiatan komunikasi untuk perubahan sosial yang berencana. Komunikasi pembangunan lebih mengutamakan pada kegiatan mendidik dan memotivasi masyarakat, bukannya memberi laporan yang tidak realistik dari fakta-fakta atau sekedar penonjolan diri.

Sementara Zulkarimen Nasution, dalam “Komunikasi Pembangunan: Pengenalan Teori Dan Penerapannya”, menjelaskan bahwa komunikasi pembangunan dapat diartikan dalam dua pengertian, yaitu :
  • dalam arti sempit, komunikasi pembangunan merupakan segala upaya dan cara, serta teknik penyampaian gagasan dan keterampilan-keterampilan pembangunan yang berasal dari pihak yang memprakarsai pembangunan dan ditujukan kepada masyarakat luas. Kegiatan tersebut bertujuan agar masyarakat yang dituju dapat memahami, menerima, dan berpartisipasi dalam melaksanakan gagasan-gagasan yang disampaikan.
  • dalam arti luas, komunikasi pembangunan merupakan peran dan fungsi komunikasi (sebagai suatu aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik) di antara semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan, terutama antara masyarakat dengan pemerintah, sejak dari proses perencanaan, kemudian pelaksanaan, dan penilaian terhadap pembangunan.


Prinsip Komunikasi Pembangunan. Terdapat beberapa prinsip dalam komunikasi pembangunan. Rochajat Harun dan Elvinaro Ardianto, dalam “Komunikasi Pembangunan dan Perubahan Sosial”, menjelaskan bahwa prinsip dalam komunikasi pembangunan adalah :
  • penggunaan pesan yang dirancang khusus atau tailored messages untuk khalayak yang spesifik. Misalnya bila hendak menjangkau khalayak miskin, pada perumusan pesan, tingkat bahasa, gaya penyajian dan sebagainya disusun sedemikian rupa agar dapat dimengerti dan serasi dengan kondisi mereka.
  • pendekatan ceiling effect”, yaitu dengan mengkomunikasikan pesan-pesan yang bagi golongan yang tidak setuju, merupakan redundansi (tidak lagi begitu berguna karena sudah dilampaui mereka) atau kecil manfaatnya, namun tetap berfaedah bagi golongan khalayak yang hendak dijangkau. Hal ini dimaksudkan agar golongan khalayak yang benar-benar berkepentingan tersebut memiliki kesempatan untuk mengejar ketertinggalannya, dan dengan demikian diharapkan dapat mempersempit jarak efek komunikasi.
  • penggunaan pendekatan narrow casting atau melokalisasi pesan bagi kepentingan khalayak. Lokalisasi di sini berarti disesuaikannya penyampaian informasi yang dimaksud dengan situasi kesempatan di mana khalayak yang berada.
  • pemanfaatan saluran tradisional, yaitu berbagai bentuk pertunjukan rakyat yang sejak lama memang berfungsi sebagai saluran pesan yang akrab dengan masyarakat setempat. Pengenalan para pemimpin opini di kalangan lapisan masyarakat yang berkekurangan atau “disadvantage”, dan meminta bantuan mereka untuk menolong mengkomunikasikan pesan-pesan pembangunan.
  • mengaktifkan keikut-sertaan agen-agen perubahan yang berasal dari kalangan masyarakat sendiri, sebagai petugas lembaga pembangunan yang beroperasi di kalangan rekan sejawat mereka sendiri.
  • diciptakan dan dibina cara-cara atau mekanisme bagi keikut-sertaan khalayak, sebagai pelaku-pelaku pembangunan itu sendiri, dalam proses pembangunan yaitu sejak tahap perencanaan sampai evaluasinya.


Pendekatan Komunikasi Pembangunan. Keberhasilan pembangunan berawal dari adanya komunikasi dalam pembangunan. G. Hedebro, dalam “Communication and Social Change in Development Nations : A Critical View”, menjelaskan bahwa berkaitan dengan tingkat analisa yang dilakukan, terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam komunikasi pembangunan, yaitu :
  • pendekatan yang berfokus pada pembangunan suatu bangsa, dan bagaimana media massa dapat menyumbang dalam upaya tersebut. Di sini, politik dan fungsi-fungsi media massa dalam pengertian yang umum merupakan objek studi, sekaligus masalah-masalah yang menyangkut struktur organisasional dan pemilikan, serta kontrol terhadap media.
  • pendekatan yang juga dimaksudkan untuk memahami peranan media massa dalam pembangunan nasional, namun lebih jauh spesifik. Persoalan utama dalam studi ini adalah bagaimana media dapat dipakai secara efisien, untuk mengajarkan pengetahuan tertentu bagi masyarakat suatu bangsa.
  • pendekatan yang berorientasi kepada perubahan yang terjadi pada suatu komunitas lokal atau desa. Studi jenis ini mendalami bagaimana aktivitas komunikasi dapat dipakai untuk mempromosikan penerimaan yang luas akan ide-ide dan produk baru.


Strategi Komunikasi Pembangunan. Komunikasi pembangunan dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa strategi. Rochajat Harun dan Elvinaro Ardianto menyebutkan bahwa mengutip dari Academy Educational Development, Tahun 1985, dalam “Beyond the Flipchart: Three Decades of Development Communication”, disebutkan bahwa terdapat empat strategi komunikasi pembangunan yang telah digunakan saat ini, yaitu :

1. Strategi yang didasarkan pada media yang dipakai.
Para komunikator yang menggunakan strategi ini biasanya mengelompokkan kegiatan mereka di sekitar medium tertentu yang mereka sukai. Strategi ini memang merupakan teknik yang paling mudah, paling populer, dan tentunya yang paling kurang efektif. Strategi media di sini secara tipikal memulai rencananya dengan mempertanyakan “apa yang dapat saya lakukan dengan menggunakan radio?” atau “bagaimana caranya agar saya dapat menggunakan televisi untuk menyampaikan pesan saya?”

2. Strategi desain instruksional.
Menggunakan strategi ini pada umumnya adalah para pendidik. Mereka memfokuskan strateginya pada pembelajaran individu-individu yang dituju sebagai suatu sasaran yang fundamental. Strategi kelompok ini, mendasarkan diri pada teor-teori belajar formal dan berfokus pada pendekatan sistem untuk pengembangan bahan-bahan belajar. Berkat keikutsertaan kalangan pendidik tersebut di lapangan kegiatan ini, banyak pemahaman yang diperoleh mengenai evaluasi formatif, uji coba, desain program berjenjang dan sebaginya.

3. Strategi partisipatori.
Dalam strategi partisipasi ini, prinsip-prinsip penting dalam mengorganisasi kegiatan adalah kerja sama komunitas dan pertumbuhan pribadi. Yang dipentingkan dalam strategi ini bukan pada berapa banyak informasi yang dipelajari seseorang melalui program komunikasi pembangunan, tetapi lebih kepada pengalaman keikutsertaan sebagai seseorang yang sederajat dalam proses berbagai pengetahuan atau keterampilan.

4. Strategi pemasaran.
Strategi ini tumbuh sebagai suatu strategi komunikasi yang sifatnya paling langsung dan terasa biasa. Contohnya seperti, “kalau anda dapat menjual pasta gigi, mengapa tidak dapat menjual kesehatan, pertanian, dan keluarga berencana ?”. Itulah prinsip social marketing yang menjadi pegangan strategi ini.


Demikian penjelasan berkaitan dengan prinsip komunikasi pembangunan, pendekatan dan strategi yang digunakan dalam komunikasi pembangunan.

Semoga bermanfaat.