Kosmologi Dalam Filsafat : Pengertian Dan Aliran Kosmologi Dalam Filsfat

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Pengertian Kosmologi. Secara etimologi, istilah “kosmologi” berasal dari bahasa Yunani, yaitu : “kósmos” yang berarti “alam atau dunia”, dan “logos” yang berarti “ilmu”. Sehingga “kosmologi” dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang dunia alam semesta. Sedangkan secara terminologi, kosmologi dapat diartikan sebagai ilmu yang menyelidiki asal-usul, struktur, dan hubungan ruang waktu dari alam semesta. Kosmologi atau filsafat alam berbicara tentang dunia.

Secara luas, kosmologi dipelajari dalam astronomi, filsafat, dan agama. Oleh karenanya, dalam pandangan umum, kosmologi memiliki pengertian sebagai ilmu yang mempelajari adanya hubungan antar sang pencipta sebagai yang tertinggi, manusia dan alam sebagai ciptaan yang hidup bersama-sama dalam satu ruang lingkup alam semesta yang besar, yang kadangkala disebut makro kosmos. Sedangkan secara khusus, kosmologi berhubungan dengan asal mula dan evolusi dari suatu subjek.

Secara historis, kosmologi merupakan salah satu ilmu pengetahuan tertua. Beberapa warisan kosmologi dari berbagai peradaban, seperti : kosmologi dari Mesopotamia dan Yunani. Jauh sebelum filsafat lahir, masyarakat Yunani sudah memikirkan tentang jawaban-jawaban dari berbagai pertanyaan mengenai misteri atau teka-teki alam semesta dan kehidupan yang dialami langsung oleh masyarakat Yunani pada saat itu. Pertanyaan-pertanyaan dimaksud, diantaranya adalah :
  • mengenai asal-usul alam semesta.
  • sebab-sebab bencana, seperti : gempa bumi, gunung meletus, dan lain sebagainya.
  • sebab-sebab gerhana matahari dan gerhana bulan.

Pada saat itu, masyarakat Yunani menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut dari berbagai “mite” yang berkembang dan dipercayai oleh masyarakat Yunani. Seiring dengan perkembangan pengetahuan, pada akhirnya masyarakat Yunani menggunakan kosmologi sebagai alat (ilmu pengetahuan) untuk memahami struktur dan proses alam semesta. Upaya inilah yang kemudian menjadi cikal bakal ilmu fisika atau yang sekarang dikenal sebagai ilmu alam, yaitu ilmu yang menjelaskan sesuatu yang ada di alam semesta dan bagaimana mereka berproses.

Sebelum abad ke-20, kosmologi sangat dipengaruhi oleh agama dan filsafat. Kosmologi selalu memiliki ruang spiritualitas di dalamnya. Agama dan mitologi mencoba memberi jawaban pada manusia untuk “pertanyaan besar,” tentang asal-usul alam semesta dan hukum-hukumnya sejak zaman prasejarah. Memasuki abad ke-20, kosmologi mulai didominasi oleh fisika dan astrofisika. Momentum tersebut terjadi ketika Albert Einstein memperkenalkan teori umum relativitas. Perlahan, penjelasan tentang asal usul alam semesta, dan lain sebagainya mulai digantikan oleh pengamatan dan teori ilmiah. Kosmologi tidak lagi hanya di monopoli oleh kalangan agamawan dan filsuf sebagaimana sebelumnya, melainkan mulai dikuasai oleh kalangan saintist atau ilmuwan dalam pengertian modernnya.


Kosmologi Menurut Pendapat Para Ahli. Banyak ahli telah mengemukakan pendapatnya tentang apa yang dimaksud dengan kosmologi. Beberapa pendapat dari para ahli tentang kosmologi tersebut, diantaranya adalah :
  • Lorens Bagus, dalam “Kamus Filsafat”, menjelaskan bahwa kosmologi memandang alam sebagai suatu proses. Menurut penjelasannya, kosmos bukan sistem tetap dan tak terhingga melainkan suatu proses perkembangan.
  • Harry Hamersma, dalam “Pintu Masuk Ke Dunia Filsafat”, menjelaskan bahwa kosmologi sering digunakan untuk menunjuk cabang ilmu pengetahuan khususnya di bidang astronomi, yang berupaya membuat hipotesis, mengenai asal, struktur, ciri khas, dan perkembangan alam fisik berdasarkan pengamatan dan metodologi ilmiah. Lebih lanjut, Harry Hamersma menyebutkan bahwa secara tradisional, kosmologi dianggap sebagai cabang metafisika yang bergumul dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai asal dan susunan alam raya, penciptaan dan kekelannya, vitalisme atau mekanisme, kodrat hukum, waktu, ruang dan kausalitas.
  • Imam Iqbal, dalam “Kosmologi, Sains, dan Teknologi”, yang dimuat dalam Jurnal Studi Agama dan Study Islam, Volume : 8, Nomor : 1, Tahun 2014, menjelaskan bahwa dalam pembahasan metafisik, kosmologi hadir sebagai upaya manusia dalam memahami semesta raya dan menentukan posisi di dalamnya. Hal ini didasari oleh adanya keyakinan manusia bahwa dibalik gerakan-gerakan planet yang terlihat kacau, pasti ada suatu pola yang nyata yang sesuai dengan hukum yang sesuai dengan mekanisme gerakan tersebut. Pendasaran inilah yang selanjutnya menghasilkan pandangan kosmologis tertentu yang silih berganti dipahami oleh manusia. Dan selanjutnya menghasilkan pandangan kosmologis tertentu yang silih berganti dipahami oleh manusia, sejak dari geosentris, hingga heliosentris dan relativisme.


Aliran Kosmologi dalam Filsafat. Dalam ilmu filsafat, para filsuf menyebutkan bahwa kosmologi memiliki beberapa prinsip pengklasifikasian, yang dideskripsikan ke dalam tiga aliran yang berbeda, yaitu :

1. Idealisme.
Aliran filsafat ini beranggapan bahwa persona (pribadi) merupakan metafor yang sangat tepat untuk memahami dan mendeskripsikan alam semesta. Alam semesta adalah suatu totalitas yang bergerak hidup dan dikendalikan oleh seorang person.

2. Materialisme.
Materialisme menggunakan objek-objek material atau natural sebagai metafor kenyataan yang sesungguhnya, sehingga semua penampakan direduksikan pada materi atau alam. Pandangan-pandangan matrialistik modern cenderung mekanistik dalam arti bahwa mereka menggunakan mesin sebagai metafor dasarnya. Gerak alam semesta, dan juga tingkah laku manusia, serupa dengan pergerakan mesin-mesin. Pandangan materialisme merupakan suatu bentuk causalisme, yaitu pandangan bahwa hukum alam tidak lain adalah sesuatu yang terjadi secara kebetulan dan bukan digerakkan oleh suatu tujuan tertentu (baik oleh Tuhan maupun oleh manusia).

3. Dualisme.
Dualisme meyakini bahwa alam semesta tidak bisa direduksi hanya pada unsur-unsur material saja (seperti materialisme dan naturalisme) atau spiritual saja (seperti idealisme). Pada kenyataannya kedua unsur tadi merupakan kenyataan sejati yang tidak bisa dibantah keberadaannya.


Hubungan Antara Tuhan, Alam, dan Manusia. Berdasarkan prinsip identitas jika dilihat dari perspektif bagian yang berbeda, hubungan antara Tuhan, alam, dan manusia adalah sebagai berikut :
  • Tuhan merupakan mental dan struktur fisikal alam, sedangkan alam merupakan tubuh. Hal tersebut karena Tuhan immanent bersama-sama alam, maka Tuhan merupakan transcendent.
  • Berbicara tentang alam sama artinya dengan berbicara tentang Tuhan. Tidak ada artinya sama sekali berbicara tentang alam tanpa berbicara tentang Tuhan. Tuhan adalah fondasi bagi seluruh pemikiran bermakna, terutama segenap konseptualisasi yang berpengaruh positif terhadap proses menjadi manusia utuh.
  • Menurut kepercayaan agama-agama samawi, Tuhan menciptakan alam semesta, artinya Tuhan mengadakannya dari ketiadaan. Sedangkan dalam filsafat, alam raya dan manusia dipahami menurut pola monisme dan panteisme, jadi sebagai emanasi dari yang ilahi.


Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian kosmologi dan aliran kosmologi dalam filsafat.

Semoga bermanfaat.