Pengertian Etika, Ciri-Ciri, Jenis, Aliran, Dan Manfaat Etika

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Istilah etika berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu "ethikos" yang berarti timbul dari suatu kebiasaan. Dalam perkembangannya, etika sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Etika memberi orientasi kepada manusia tentang bagaimana menjalani hidupnya melalui serangkaian tindakan sehari-hari. 

Etika adalah suatu ilmu tentang kesusilaan dan perilaku manusia di dalam pergaulannya dengan sesama yang menyangkut tentang prinsip dan aturan tentang tingkah laku yang benar. Etika merupakan suatu norma atau aturan yang dipakai sebagai pedoman dalam berperilaku di dalam masyarakat berkaitan dengan sifat baik dan buruk. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika diartikan sebagai ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).

Baca juga : Pengertian Etika Komunikasi, Tujuan, Dan Manfaat Etika Komunikasi

Pengertian Etika Menurut Para Ahli. Etika merupakan cabang utama dari ilmu filsafat, yang mempelajari tentang nilai-nilai atau norma-norma dan tanggung jawab yang menjadi standar dan penilaian moral dalam masyarakat. Secara ilmiah, pengertian etika dijelaskan oleh para ahli, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
  • Franz Magnis Suseno, menyebutkan bahwa etika adalah ilmu yang mencari orientasi atau ilmu yang memberikan arah dan pijakan dalam tindakan manusia.
  • W.J.S. Poerwadarminto, menyebutkan bahwa etika adalah ilmu pengetahuan tentang suatu perilaku atau perbuatan manusia yang dilihat dari sisi baik dan buruknya yang dapat ditentukan oleh akal manusia.
  • H. Burhanudin Salam, menyebutkan bahwa etika adalah cabang ilmu filsafat yang membicarakan perihal suatu nilai-nilai serta norma yang dapat menentukan suatu perilaku manusia ke dalam kehidupannya.
  • Sidi Gajalba, menyebutkan bahwa etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal manusia.
  • Maryani dan Ludigdo, menyebutkan bahwa etika adalah seperangkat norma, aturan, atau pedoman yang mengatur segala perilaku manusia, baik yang harus dilakukan dan yang harus ditinggalkan, yang dianut oleh sekelompok masyarakat.
  • Aristoteles, menyebutkan bahwa etika dapat dipandang dalam dua pengertian, yaitu "terminius technicus" dan "manner and cutom". Terminius technicus adalah etika yang dilihat sebagai suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari suatu problema tindakan manusia. Sedangakan manner and cutom adalah etika yang berhubungan dengan tata cara dan adat kebiasaan yang melekat dalam diri manusia, yang terkait dengan baik dan buruknya suatu perilaku atau perbuatan manusia.
  • K. Bertens, menyebutkan bahwa etika dapat diartikan dalam tiga hal, yaitu : 1. etika adalah nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya, yang disebut sebagai sistem nilai dalam hidup manusia baik perorangan atau kelompok. 2. etika adalah kumpulan asas dan nilai moral, yang disebut sebagai kode etik. 3. etika adalah ilmu tentang yang baik atau yang buruk, yang disebut sebagai filsafat moral.

Baca juga : Etika Pemasaran (Konsep Etika Dalam Pemasaran)

Ciri-Ciri Etika. Terdapat beberapa karakteristik dari etika yang dapat menjadi pembeda dengan norma yang lain. Karakteristik etika tersebut juga merupakan ciri-ciri dari etika. Ciri-ciri etika adalah sebagai berikut :
  • etika tetap berlaku meskipun tidak ada orang lain yang menyaksikan.
  • etika bersifat absolut atau mutlak.
  • dalam etika terdapat cara pandang dari sisi batiniah manusia tentang perilaku baik ataupun buruk.
  • etika sangat berkaitan dengan perbuatan atau perilaku manusia.
Jenis Etika. Secara garis besar, etika dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu :

1. Etika Umum.
Etika umum adalah etika yang membahas mengenai kondisi dasar dan umum dari tindakan manusia secara etis. Standar bertindak secara etis inilah yang kemudia dijadikan acuan untuk menusia dalam bertindak dan bertingkah laku. Etika umum ditetapkan sebagai tolak ukur secara umum dalam menilai baik atau buruk, benar atau salah dari suatu hal atau tindakan. Yang termasuk dalam etika umum diantaranya adalah adat istiadat yang berlaku, norma masyarakat, dan norma agama.

2. Etika Khusus.
Etika khusus adalah etika yang mencakup prinsip-prinsip pada bidang kehidupan tertentu. Etika khusus berkaitan dengan peran, profesi, atau bagian tertentu dalam masyakat. Yang termasuk dalam etika khusus diantaranya adalah etika khusus dokter, etika khusus jurnalis, etika khusus anak, dan lain-lain. Etika khusus dapat dibedakan dalam dua kategori, yaitu :
  • etika individu, yaitu etika khusus yang mencakup standar dan acuan sikap manusia terhadap dirinya sendiri.
  • etika sosial, yaitu etika khusus yang mencakup standar dan acuan sikap manusia terhadap orang lain, lingkungan, dan publik sebagai anggota dari masyarakat sosial. 
Selain pembagian tersebut di atas, etika juga dapat dibedakan dalam dua jenis yang lain, yaitu :
  1. etika deskriptif, adalah etika yang berusaha melihat secara kritis dan rasional segala sikap dan perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang perilaku atau sikap yang mau diambil.
  2. etika normatif, adalah etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola perilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.
Di lain sisi, beberapa ahli membagi etika menjadi beberapa jenis, yaitu :

1. Etika Filosofis.
Etika filosofis adalah suatu etika yang berasal dari aktivitas berpikir yang dilakukan oleh manusia, atau dengan kata lain etika merupakan bagian dari filsafat. Etika filsafat mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
  • empiris, yaitu cabang ilmu filsafat yang membahas sesuatu yang ada atau konkrit. Misalnya, filsafat hukum yang mempelajari tentang hukum.
  • non empiris, yaitu filsafat yang berusaha melampaui hal yang konkret dengan seolah-olah menanyakan sesuatu yang ada di balik semua gejala konkrit.

2. Etika Teologis.
Etika teologis adalah etika yang erat kaitannya dengan agama dan berisikan tentang unsur etika umum dan dapat dimengerti ketika memahami etika secara umum. 

Hubungan antara etika filosofis dan etika teologis adalah sebagai berikut :
  • revisonisme. Augustinus berpendapat bahwa etika teologis memiliki tugas untuk merevisi atau mengoreksi dan memperbaiki etika filosofis.
  • sintesis. Thomas Aquinas menyatakan bahwa ia menyintesiskan antara etika teologis dengan etika filosofis. Hasil sistesis tersebut menghasilkan suatu entitas baru di mana etika teologis dan etika filosofis tetap menonjolkan identitas masing-masing.
  • diaparalelisme. F.E.D. Schleiermacher berpendapat bahwa etika filosofis dan etika teologis adalah gejala-gejala yang sejajar, yang selalu berjalan beriringan.

3. Etika Sosiologis.
Beberapa ahli menambahkan satu jenis etika yang lain yaitu etika sosiologis. Berbeda dengan etika filosofis dan etika teologis, etika sosiologis memberi keselamatan dan kesejahteraan kehidupan masyarakat. Etika sosiologis lebih membicarakan tentang menjalankan kehidupan seseorang dalam hubungannya dengan satu orang ke orang lainnya.
Sedangkan berdasarkan aspek wujudnya dalam masyarakat, etika dapat dibagi juga dalam dua jenis, yaitu :
  • etika tertulis, yaitu etika yang terbentuk berdasarkan adanya kesepakatan antar pihak yang terkait atau terlibat dan bersifat mengikat bagi para penggunanya. Etika tertulis berdasarkan legal formal atau peraturan perundang-undangan yang telah disahkan oleh pihak yang berwenang.
  • etika tidak tertulis, yaitu kumpulan etiket, sopan santun, nilai-nilai, norma dan kaidah yang lahir dari proses interaksi antar sesama, yang harus dihormati dan dipatuhi bersama-sama. Kaidah dan nilai-nilai yang terdapat dalam etika tidak tertulis pada umumnya tidak mengikat secara hukum. Oleh karenanya, apabila terjadi pelanggaran terhadap kaidah atau nilai-nilai tersebut tidak ada sanksi yang bisa diberlakukan, kecuali sanksi sosial. 
Aliran Etika. Selain terbagi dalam beberapa jenis tersebut di atas, etika dapat dibagi dalam empat aliran etika, yaitu :
  • deontologis, yaitu etika yang memandang bahwa nilai dari sebuah tindakan tidak dilihat dari tercapainya tujuan, tetapi dilihat dari niat baik yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan tersebut.
  • teologis, yaitu etika yang memandang bahwa nilai dari sebuah tindakan dilihat dari tercapainya tujuan. Maksudnya adalah walaupun manusia sudah memiliki niat baik dalam bertindak, tetap saja harus diiringi dengan tujuan akhir yang baik juga. Etika teologis pada intinya adalah tujuan atau akibat dari sesuatu. 
  • egoisme, yaitu mementingkan kepentingan dan urusan pribadi di atas kepentigan orang lain, untuk mengejar tujuan pribadi. Dalam egoisme, manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan diri dengan hal-hal yang menguntungkan bagi dirinya sendiri dan tidak mempedulikan orang lain.
  • utilitarisme, yaitu tindakan yang dilakukan manusia untuk memberi manfaat kepada orang lain, baik yang ada di sekitarnya maupun orang lain dalam cakupan masyarakat yang lebih luas.
Manfaat Etika. Terdapat beberapa manfaat dari etika, yaitu :
  • membantu suatu pendirian dalam berbagai pandangan dan moral.
  • membantu membedakan hal mana saja yang boleh dirubah dan hal mana saja yang tidak boleh dirubah.
  • membantu seseorang dalam menentukan pendapatnya.
  • sebagai penengah terhadap semua dimensi nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.

Baca juga : Etika Spinoza

Etika seringkali disamakan dengan pengertian akhlak dan moral. Karena etika memberikan orientasi kepada manusia untuk bagaimana manusia menjalani hidupnya, maka etika akan senantiasa membantu manusia dalam mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani kehidupannya.

Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian etika, ciri-ciri, jenis, aliran, dan manfaat dari etika.

Semoga bermanfaat.