Pengertian Storytelling. Istilah “storytelling” terdiri dari dua kata, “story” atau “cerita” yaitu tuturan yang menggambarkan tentang suatu hal, dan “telling” atau “penceritaan” yaitu proses, cara, atau perbuatan menceritakan. Sehingga dalam pengertian yang sederhana, storytelling adalah kegiatan menyampaikan cerita secara terstruktur dan utuh. Dalam bahasa Indonesia, storytelling diterjemahkan dengan “mendongeng” atau “bercerita”.
- seni atau tindakan bercerita (the art or act of telling stories).
- tindakan atau praktik mengatakan kebohongan (the act or practice of telling falsehoods).
Storytelling juga dapat berarti suatu teknik atau kemampuan untuk menceritakan sebuah kisah, pengaturan adegan, event, dan juga dialog. Sedangkan dalam The Oxford English Dictionary, storytelling diartikan dengan aksi bercerita (the action of telling stories).
Selain itu, pengertian storytelling juga dapat dijumpai dalam beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya :
- Anne Pellowski, dalam “World of Storytelling”, menyebutkan bahwa storytelling adalah sebuah seni atau seni dari sebuah keterampilan bernarasi dari cerita-cerita dalam bentuk syair atau prosa, yang dipertunjukkan atau dipimpin oleh satu orang di hadapan audience secara langsung di mana cerita tersebut dapat dinarasikan dengan cara diceritakan atau dinyanyikan, dengan atau tanpa musik, gambar, ataupun dengan iringan lain yang mungkin dapat dipelajari secara lisan, baik melalui sumber tercetak, ataupun melalui sumber rekaman mekanik.
- K. Malan, dalam “Children as A Storytellers”, menyebutkan bahwa storytelling adalah usaha yang dilakukan oleh pendongeng dalam menyampaikan isi perasaan, buah pikiran atau sebuah cerita kepada anak-anak serta lisan.
Baca juga : Pengertian Cerita Rakyat, Ciri-Ciri, Jenis, Serta Nilai Yang Terkandung Dalam Cerita Rakyat
Para Pihak yang Terkait Saat Storytelling. Terdapat beberapa pihak yang terkait saat storytelling. Para pihak dimaksud adalah :
1. Storyteller.
Storyteller atau pencerita adalah orang yang menyampaikan cerita. Untuk dapat menjadi storyteller yang baik dibutuhkan beberapa kriteria. Kriteria menjadi storyteller yang baik, diantaranya adalah :
- memiliki berbagai kepribadian sebagai orang-orang atau peran-peran orang lain di bidang lain.
- memiliki beberapa sifat yang bisa dibagikan sebagai suatu kemampuan untuk tampil.
- memiliki kemampuan berbicara dengan otoritas dan animasi.
- memiliki rasa peduli terhadap audience dan apa yang mereka butuhkan.
- disiplin untuk bekerja pada storytelling sebagai suatu seni.
- memiliki kekuatan emosi untuk mengatasi penolakan.
- memiliki kepercayaan dalam talenta dan bakat mereka sendiri.
- menyukai dan menikmati cerita maupun proses penyampaiannya.
- menjadikan diri sebagai bagian dari audience.
Bagaimana menjadi storyteller yang baik ? Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk dapat menjadi storyteller yang baik, diantaranya adalah :
- memahami cerita yang ingin disampaikan. Hal pertama yang harus dilakukan sebelum storyteller bercerita adalah mengenali cerita yang akan disampaikannya, termasuk di dalamnya memahami alur ceritanya, tokoh-tokohnya, latar belakangnya, pesan moral dari cerita yang hendak disampaikannya, dan lain sebagainya.
- cerita yang disukai. Untuk menjadi storyteller yang baik, dapat dimulai dengan membawakan cerita yang disukai. Dengan demikian, storyteller akan lebih antusias untuk menyampaikannya kepada orang lain.
- berlatih. Hal penting untuk dapat menjadi storyteller yang baik adalah dengan sering melatih kemampuan dalam bercerita. Dengan berlatih, stroryteller dapat mengetahui apa saja yang menjadi kekurangannya dan apa saja masih perlu diperbaiki dan ditingkankan saat bercerita.
- perhatikan suara, ekspresi wajah, dan gerak tubuh. Dalam melakukan storytelling, tiga hal tersebut merupakan komponen penting yang perlu diperhatikan. Ketiga komponen tersebut akan sangat menentukan apakah cerita yang disampaikan terasa hidup atau tidak.
2. Audience.
Audience atau pendengar adalah anak atau orang yang mendengarkan cerita yang dibawakan oleh storyteller. Terdapat berbagai macam tipe gaya belajar audience, yaitu :
- audio, merupakan tipe pendengar dengan gaya belajar mengandalkan pendengaran untuk dapat memahami sekaligus mengingatnya.
- visual, merupakan tipe pendengar dengan gaya belajar menitik beratkan ketajaman penglihatan.
- kinestetik, merupakan tipe pendengar dengan gaya belajar yang mengharuskan untuk menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu sehingga ia dapat mengingatnya.
Struktur Umum Strorytelling. Dalam perkembangannya, storytelling tidak hanya disampaikan secara lisan oleh stroryteller kepada audience-nya, tetapi juga dapat disampaikan dalam bentuk cerita tertulis. Yang perlu diperhatikan saat menyampaikan storytelling dalam bentuk cerita tertulis adalah struktur penulisannya. Struktur umum atau “generic structure” dari storytelling setidaknya berisikan unsur sebagai berikut :
1. Orientation.
Orientation atau orientasi, pada umumnya terletak di paragraf pertama. Secara teori, orientation berisi pesan tentang informasi (what, who, where, dan when). Pada paragrap orientation, “text narrative” akan memberitahukan kepada pembaca tentang apa peristiwanya, siapa pelaku-pelakunya, di mana dan kapan peristiwa tersebut terjadi.
2. Complication.
Complication atau komplikasi merupakan inti dari sebuah “text naarative”. Complication menceritakan apa yang tejadi dengan pelaku dalam peristiwa tersebut. Umumnya, complication berisi gesekan antar pelaku peristiwa. Gesekan tersebut akan menimbulkan sebuah “conflict” atau pertentangan. Dalam teori literay, “conflict” umumnya dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
- natural conflict.
- social conflict.
- psychological conflict.
3. Resolution.
Resolution atau resolusi merupakan bagian dari “text narrative” yang berisikan penyelesaian dari “conflict” dalam cerita yang disampaikan. Penyelesaian dari “conflict” dapat berakhir dengan menyenangkan, tetapi dapat juga berakhir dengan penyelesaian yang menyedihkan.
Manfaat Storytelling. Storytelling memiliki banyak manfaat, baik bagi stroryteller (pencerita) maupun bagi audience (pendengar), yaitu sebagai berikut :
1. Manfaat strorytelling bagi storyteller adalah :
- menggambarkan fantasi, empati, dan berbagai jenis perasaan lain.
- menumbuhkan minat baca.
- membangun kedekatan dan keharmonisan.
- media pembelajaran.
2. Manfaat storytelling bagi audience (terutama anak-anak) adalah :
- mengembangkan kemampuan menyimak dan mendengar aktif pada diri anak.
- mengembangkan daya pikir dan imajinasi anak, serta kemampuan sosial dan kognitif.
- meningkatkan kemampuan anak dalam berbahasa dan bercerita, serta berkomunikasi dengan baik.
- mengembangkan sikap positif anak terhadap buku dan membaca.
- membentuk karakter anak, sportivitas anak, memberikan sentuhan manusiawi kepada anak, serta mengembangkan daya sosialisasi anak.
- membantu anak dalam mengembangkan sebuah sistem nilai etika, moral, agama, hormat pada orang tua, dan cinta tanah air.
- menyediakan suatu kerangka konseptual untuk berpikir, yang menyebabkan anak dapat membentuk pengalaman menjadi keseluruhan yang dapat mereka pahami.
- membuat anak dapat memetakan secara mental pengalaman dan melihat gambaran di dalam kepala mereka.
Yang kemudian menjadi pertanyaan adalah “mengapa strorytelling dapat memberikan pengaruh yang besar bagi perkembangan anak ?” Jawabannya adalah :
“karena storytelling atau bercerita memiliki kekuatan yang sanggup mempengaruhi akal pikiran dan psikologi manusia secara luar biasa. Manusia mempunyai memori yang luar biasa dan pada masa anak-anak adalah masa yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai moralitas kepada mereka.”
Tujuan Storytelling. Berdasarkan manfaat strorytelling sebagaimana disebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa tujuan dari storytelling, diantaranya adalah :
- menciptakan suasana senang.
- memberi kesenangan, kegembiraan, kenikmatan, serta mengembangkan imajinasi audience.
- memberi pengalaman baru dan mengembangkan wawasan audience.
- dapat memberikan pemahaman yang baik tentang diri audience sendiri dan orang lain di sekitar mereka.
- dapat memberi pengalaman baru termasuk di dalamnya masalah kehidupan yang ada di lingkungan audience.
- audience belajar berbicara dalam gaya yang menyenangakan serta menambah pembendaharaan kata dan bahasanya
- melatih daya tangkap dan daya konsentrasi audience.
- melatih daya pikir dan fantasi audience.
- menanamkan nilai-nilai budi pekerti kepada audience.
Tahapan Storytelling. Pada prinsipnya, terdapat tiga tahapan dalam storytelling, yaitu :
1. Persiapan.
Tahap persiapan merupakan kegiatan sebelum acara storytelling dimulai. Pada tahap ini, storyteller akan menarik fokus audiens dengan sebuah permainan konsentrasi, sehingga tercipta sebuah kontak dua arah antara storyteller dan audience.
2. Proses storytelling.
Tahap proses storytelling merupakan kegiatan inti dalam acara storytelling. Storyteller akan membawakan cerita dengan memperhatikan kata-kata, gestur tubuh, dan permainan suara sehingga menampilkan gambaran visual dalam alam pikir audience.
3. Penutup.
Tahap penutup merupakan kegiatan akhir dari acara storytelling. Pada tahap ini, storyteller akan memberikan kesempatan kepada audience untuk mengungkapkan pendapatnya mengenai cerita yang sudah didengarkan, sehingga akan memberikan pengalaman yang bermakna setelah mendengarkan storytelling.
Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Storytelling. Dalam storytelling, beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh storyteller sehingga cerita yang disampaikannya menjadi menarik bagi audience, diantaranya adalah :
1. Kontak mata.
Saat storytelling berlangsung, storyteller harus melakukan kontak mata dengan audience. Dengan melakukan kontak mata :
- audience akan merasa dirinya diperhatikan dan diajak untuk berinteraksi.
- storyteller dapat melihat apakah audience menyimak jalan cerita yang diceritakan.
- storyteller dapat mengetahui reaksi dari audience.
2. Mimik wajah.
Pada waktu storytelling sedang berlangsung, mimik wajah storyteller dapat mendukung hidup atau tidaknya sebuah cerita yang disampaikan. Sehingga, storyteller harus dapat mengekspresi wajahnya sesuai dengan yang apa yang diceritakannya.
3. Gerak tubuh.
Gerak tubuh storyteller waktu proses storytelling berjalan dapat juga mendukung penggambaran jalan cerita yang disampaikan sehingga menjadi lebih menarik. Cerita yang disampaikan akan terasa berbeda dan lebih menarik apabila storyteller melakukan gerakan-gerakan yang merefleksikan apa yang dilakukan oleh tokoh-tokoh yang diceritakannya.
4. Intonasi suara.
Intonasi suara storyteller saat menyampaikan cerita kepada audience dapat membawa audience merasakan situasi dari cerita yang disampaikannya, misalkan storyteller dapat meninggikan intonasi suaranya untuk mereflekskan cerita yang mulai memasuki tahap yang menegangkan. Selain itu, ada baiknya storyteller mampu untuk menirukan suara-suara dari karakter tokoh yang diceritakannya.
5. Tempo dalam bercerita.
Storyteller harus dapat menjaga tempo atau kecepatan pada saat storytelling. Hal tersebut dimaksudkan agar audience lebih tertarik dengan cerita yang disampaikan dan tidak membuat mereka menjadi cepat bosan.
6. Alat peraga.
Dalam proses storytelling, storyteller dapat menggunakan alat peraga (termasuk juga memakai kostum yang sesuai) untuk mendukung cerita yang disampaikannya. Hal tersebut dimaksudkan untuk lebih menarik minat audience dalam mendengarkan dan memahami tokoh-tokoh yang diceritakan
Pada hakekatnya, storytelling dilakukan dengan menggunakan kemampuan storyteller untuk menyampaikan sebuah cerita dengan gaya, intonasi, dan alat bantu sehingga menarik minat audiens. Dalam dunia pendidikan, storytelling seringkali digunakan dalam proses belajar mengajar, khususnya pada tingkat pemula atau anak-anak. Teknik storytelling dapat bermanfaat dalam melatih kemampuan mendengar secara menyenangkan.
Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian storytelling, pihak yang terlibat, manfaat, tujuan, dan tahapan storytelling, serta hal yang perlu diperhatikan dalam storytelling.
Semoga bermanfaat.