Anak Lamban Belajar (Slow Learner) : Pengertian, Karakteristik, Klasifikasi, Dan Faktor Penyebab Lamban Belajar, Serta Cara Mengatasi Anak Lamban Belajar (Slow Learner)

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Pengertian Lamban Belajar. Istilah lamban belajar atau “slow learner” atau disebut juga dengan “backward” merupakan istilah yang biasa disematkan untuk seorang anak yang tidak mampu atau mengalami hambatan belajar sesuai dengan kelompok usianya. Mereka tidak dapat menyerap materi pelajaran dengan mudah, lambat dalam memahami, lebih lambat dalam menyelesaikan tugas, serta pencapaian prestasi hasil jauh di bawah teman-temannya.

Anak yang lamban belajar atau slow learner termasuk anak yang mengalami kelemahan kognitif. Mereka membutuhkan waktu belajar lebih lama dibanding dengan sebayanya. Anak dengan kelemahan kognitif membutuhkan pengulangan tambahan untuk mempelajari keterampilan atau ilmu baru, tetapi masih dapat belajar dan berpartisipasi di sekolah umum dengan bantuan dan modifikasi tertentu.

Dijelaskan dalam “Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengajaran Departemen Pendidikan Nasional” bahwa anak lamban belajar atau slow learner merupakan anak yang mempunyai keterbatasan intelektual dengan IQ rata-rata di bawah anak normal. Pengertian anak lamban belajar atau “slow learner” juga dapat dijumpai dalam beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah :
  • Nani Triani dan Amir, dalam “Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Lamban Belajar (Slow Learner)”, menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan anak lamban belajar adalah anak yang memiliki prestasi belajar rendah atau sedikit di bawah rata-rata anak normal pada salah satu atau seluruh area akademik dan mempunyai skor tes IQ antara 70 sampai 90.
  • G. Lokanandha Reddy, R. Ramar, dan A. Kusuma, dalam “Slow Learner : Their Psychology and Instruction”, menjelaskan bahwa anak lamban belajar merupakan anak yang memiliki prestasi belajar rendah atau sedikit di bawah rata-rata anak normal pada salah satu atau seluruh area akademik. Anak lamban belajar juga merupakan anak yang tidak dapat mengerjakan tugas yang seharusnya dapat dikerjakan oleh anak seusianya, dan kebanyakan anak lamban belajar mengalami masalah dalam pelajaran membaca dan berhitung.


Karakteristik Anak Lamban Belajar. Menurut ahli psikologi, kelambanan belajar atau slow learner secara langsung berhubungan dengan kemampuan intelektual (intellectual ability). Secara umum, karakteristik anak lamban belajar adalah :
  • mempunyai keterbatasan kapasitas kognitif.
  • daya ingat atau memori rendah.
  • tingkat atau daya konsentrasi rendah.
  • tidak mampu menyampaikan ide.

Sedangkan Cece Wijaya, dalam “Pendidikan Remedial”, menyebutkan bahwa karakteristik anak lamban belajar terletak pada segi belajarnya, diantaranya :
  • kurang peka terhadap lingkungan.
  • kurang antusias dalam proses pembelajaran.
  • kurang fokus dalam mengerjakan suatu pekerjaan.
  • kurang dalam proses berfikir.
  • kurang lancar dalam berbahasa.


Klasifikasi Anak Lamban Belajar. Seorang anak dikatakan lamban belajar atau slow learner, apabila anak tersebut memiliki kecepatan belajar yang sedikit lebih lambat dari tingkat pendidikan dan teman-teman seusianya. Anak lamban belajar tidak selalu mengalami disabilitas belajar, mereka juga dapat menjalani hidup seperti anak normal di luar kelas. Anak lamban belajar dapat diklasifikasikan menjadi beberapa hal, yaitu :
  • anak dengan masalah konsentrasi.
  • anak dengan masalah daya ingat.
  • anak dengan masalah kognisi.
  • anak dengan masalah sosial dan emosional.

Sedangkan Nani Triani dan Amir, mengutip pendapat dari Bala dan Rao, menyebutkan bahwa anak lamban belajar atau slow learner dapat diklasifikasikan dalam beberapa kategori, yaitu :

1. Anak dengan masalah belajar kognitif.
Maksud anak dengan masalah belajar kognitif adalah :
  • membutuhkan waktu belajar yang lama dan kurang memahami apa yang telah dipelajari.
  • lebih memilih untuk mempelajari hal-hal yang bersifat abstrak daripada konkret.
  • selalu menginginkan pembelajaran yang bersifat langsung diberikan oleh guru karena tidak terlalu membutuhkan banyak keterampilan.
  • pada umumnya berprestasi rendah.

2. Anak dengan masalah bahasa.
Maksud anak dengan masalah bahasa adalah :
  • bermasalah pada ekspresi verbalnya.
  • sulit membaca dengan bersuara.
  • mengalami permasalahan artikulasi.

3. Anak dengan masalah auditori-perseptual.
Maksud anak dengan masalah auditori-perseptual adalah :
  • ketika didekte, anak lamban belajar mengalami kesulitan dalam penulisannya entah itu lupa menulis sehingga kata yang hendak ditulis menjadi kurang lengkap.
  • gagal memahami perintah yang bersifat verbal, seringkali mereka tidak segera memberikan jawaban ketika diberi sebuah pertanyaan.
  • lebih menyukai materi yang disajikan secara visual daripada disajikan oral.
  • ketika diberikan pertanyaan yang bersifat verbal, tidak jarang mereka menjawab dengan jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan.

4. Anak dengan masalah visual-motor.
Maksud anak dengan masalah visual motor adalah :
  • lebih mudah diberikan stimulus secara visual.
  • merasa kesulitan dalam menentukan warna, ukuran dan bentuk serta sulit mengingat-ingat kembali suatu objek yang pernah mereka lihat.
  • pada umumnya memiliki tulisan tangan yang jelek, mengalami kesulitan dalam aktivitas motorik dan tidak jarang mereka sering mengeluh sakit.

5. Anak dengan masalah sosial dan emosi.
Maksud anak dengan masalah sosial dan emosi adalah :
  • cenderung menarik diri dari aktivitas sosial (antisosial).
  • suasana hati berubah-ubah (moody).
  • tingkat sosial emosinya rendah.


Faktor Penyebab Terjadi Lamban Belajar. Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan anak lamban belajar atau slow learner. Secara umum, penyebab anak lamban belajar adalah karena terjadinya kelainan pada beberapa kondisi sebagai berikut :

1. Prenatal.
Prenatal adalah kondisi di mana kelainan itu terjadi pada saat bayi masih berada dalam kandungan. Kelainan yang terjadi pada masa prenatal biasanya terjadi pada periode embrio atau periode janin muda.

2. Neonatal.
Neonatal adalah kondisi di mana kelainan itu terjadi pada saat bayi dilahirkan. Ada beberapa sebab kelainan saat anak dilahirkan, diantaranya adalah anak lahir sebelum waktunya (prematurity), lahir dengan bantuan alat (tap verlossing), posisi bayi tidak normal, atau karena kesehatan bayi yang bersangkutan.

3. Postnatal.
Postnatal adalah kondisi di mana kelainan itu terjadi setelah bayi dilahirkan, atau saat anak dalam masa perkembangan. Ada beberapa penyebab terjadinya kelainan setelah anak dilahirkan, diantaranya adalah karena infeksi, luka, bahan kimia, lingkungan, dan lain sebagainya.

Sedangkan A. Vasudevan, dalam “Slow Learner : Cause, Problem And Educational Programmes”, yang dimuat dalam International Journal Of Applied Research 2017 : 3 (12), menyebutkan bahwa terdapat empat faktor penyebab anak lamban belajar, yaitu :
  • faktor psikologis. Dari sisi psikologis masalah lamban belajar anak dapat disebabkan karena budaya yang berbeda dan perkembangan emosi anak.
  • masalah di sekolah. Anak lamban belajar juga dapat disebabkan karena beberapa masalah yang terjadi di sekolah, seperti : instruksi yang diberikan kurang jelas, terjadi kekerasan di sekolah, masalah interaksi dengan teman sebayanya, dan lain sebagainya.,
  • masalah kesehatan. Masalah kesehatan yang dapat menyebabkan anak lamban belajar diantaranya adalah gangguan dalam penglihatan, kondisi anak yang sering sakit-sakitan, serta gangguan fisik lainnya juga turut menjadi penyebab anak terhambat proses belajarnya disekolah.
  • masalah keluarga. Masalah keluarga yang dapat menyebabkan anak lamban belajar diantaranya adalah orang tua yang tidak terpelajar, orang tua yang sibuk, faktor keturunan, budaya keluarga, kondisi lingkungan keluarga yang kurang mendukung, dan lain sebagainya.


Cara Mengatasi Anak Lamban Belajar. Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa setiap anak berhak mendapatkan layanan pendidikan yang sama tanpa diskriminasi, termasuk juga untuk anak lamban belajar atau slow learner. Berdasarkan hal tersebut, seorang pendidik (guru) harus mampu menjadi fasilitator yang baik dalam memberikan materi pembelajaran, sehingga anak lamban belajar dapat mendapatkan nilai di atas “Kriteria Kentuntasan Minimum”. Untuk mengatasi anak lamban belajar, seorang pendidik dapat melakukan hal sebagai berikut :
  • Menerapkan metode dan media pembelajaran tertentu sehingga dapat mengakomodasi anak lamban belajar menjadi lebih termotivasi. Metode dan media pembelajaran yang dapat dilakukan diantaranya adalah menyampaikan materi pembelajaran yang didasarkan pada pengalaman konkret, mengurangi atau membatasi instruksi yang bersifat verbal, menggunakan media audio visual dalam proses pembelajaran, dan lain sebagainya.

Selain hal tersebut, mengatasi anak lamban belajar juga dapat dilakukan dengan cara memberikan bimbingan tertentu kepada anak lamban belajar. Nani Triani dan Amir, menyebutkan bahwa bimbingan yang biasanya dilakukan pada anak lamban belajar adalah dengan menyentuh unsur-unsur perkembangan anak, yaitu berikut ini :
  • Pengembangan ranah kognitif (intelektual). Seorang pendidik diharapkan menyediakan rentangan pengalaman belajar yang luas serta dapat diamati atau nyata, dengan pengolahan bahan dan tugas ajar secara khusus yang didasarkan pada kurikulum yang ada.
  • Pengembangan ranah afektif. Seorang pendidik diharapkan memahami pikiran dan harapan anak yang ada pada dirinya serta kemungkinan pemenuhannya di dalam sikap kehidupan berkelompok.
  • Pengembangan ranah fisik. Seorang pendidik diharapkan memberikan layanan yang dapat memberikan kemungkinan anak memperoleh pengalaman memadukan pola perkembangan berpikir dengan perkembangannya dan memberikan peran-peran yang sesuai di dalam kelompoknya.
  • Pengembangan ranah intuitif. Fungsi intuitif merupakan fungsi yang terlibat di dalam pemunculan wawasan dan tindakan kreatif. Mengingat fungsinya itu, maka layanan bagi anak lamban belajar perlu memedulikan pengembangan pengalaman yang mendorong dia untuk berimajinasi dan berkreasi (dalam tingkat yang sederhana).
  • Pengembangan ranah masyarakat. Mengembangkan diri menjadi anggota kelompok, serta mampu berpartisipasi dalam proses kelompok memperluas perasaan keanggotaan masyarakat. Pelaksanaannya dapat dilakukan diantaranya dengan merancang kegiatan-kegiatan kelompok khusus.


Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian lamban belajar (slow learner), karakteristik, klasifikasi, dan faktor penyebab lamban belajar, serta cara mengatasi anak lamban belajar (slow learner).

Semoga bermanfaat.