Model pembelajaran berbasis proyek atau "project based learning" dikembangkan oleh The George Lucas Education Foundation and Dopplet berdasarkan tingkat perkembangan berfikir peserta didik dengan berpusat pada aktivitas belajar peserta didik sehingga memungkinkan mereka untuk beraktivitas sesuai dengan keterampilan, kenyamanan, dan minat belajarnya.
Model pembelajaran berbasis proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan oleh peserta didik dalam melakukan investigasi dan memahaminya. Peserta didik akan melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Dengan kata lain, model pembelajaran berbasis proyek memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menentukan sendiri proyek yang akan dikerjakannya baik dalam hal merumuskan pertanyaan yang akan dijawab, memilih topik yang akan diteliti, maupun menentukan kegiatan penelitian yang akan dilakukan. Peran pendidik dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator, menyediakan bahan dan pengalaman bekerja, mendorong peserta didik berdiskusi dan memecahkan masalah, dan memastikan peserta didik tetap bersemangat selama mereka melaksanakan proyek.
Di Indonesia, model pembelajaran berbasis proyek merupakan operasionalisasi dari "Konsep Pendidikan Berbasis Produksi", yang banyak dikembangkan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sebagaimana diketahui bahwa salah satu tujuan utama dari diadakannya Sekolah Menengah Kejuruan adalah untuk menyiapkan lulusan yang siap bekerja di dunia usaha dan industri, oleh karenanya Sekolah Menengah Kejuruan harus dapat membekali peserta didiknya dengan "kompetensi terstandar" yang dibutuhkan untuk bekerja di bidang masing-masing. Dengan pembelajaran "berbasis produksi" tersebut peserta didik di Sekolah Menengah Kejuruan diperkenalkan dengan suasana dan makna kerja yang sesungguhnya di dunia kerja. Berdasarkan hal tersebut model pembelajaran berbasis proyek sangat cocok untuk diterapkan pada proses pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan.
Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Proyek. Secara sederhana, model pembelajaran berbasis proyek dapat diartikan sebagai suatu metode pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media pembelajarannya. Model pembelajaran berbasis proyek merupakan suatu metode belajar dengan menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Sedangkan NYC Departement of Education, mengartikan model pembelajaran berbasis proyek dengan suatu strategi pembelajaran dimana peserta didik harus membangun pengetahuan konten mereka sendiri dan mendemonstrasikan pemahaman baru melalui berbagai bentuk representasi.
Selain itu, pengertian model pembelajaran berbasis proyek juga dapat dijumpai di dalam beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
- Daryanto, dalam "Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif", menyebutkan bahwa model pembelajaran berbasis proyek adalah cara belajar yang memberikan kebebasan berpikir pada peserta didik yang berkaitan dengan isi atau bahan pengajaran dan tujuan yang direncanakan.
- Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, dalam "Konsep Strategi Pembelajaran", menyebutkan bahwa model pembelajaran berbasis proyek adalah suatu model pembelajaran inovatif yang melibatkan kerja proyek dimana peserta didik bekerja secara mandiri dalam mengkonstruksi pembelajarannya dan mengkulminasikannya dalam produk nyata.
- Suzie Boss dan Jane Kraus, dalam "Reinventing Project Based Learning : Your Field Guide Real World Project in the Digital Age", menyebutkan bahwa model pembelajaran berbasis proyek adalah suatu model pembelajaran yang menekankan aktivitas siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan yang bersifat open-ended dan mengaplikasi pengetahuan mereka dalam mengerjakan sebuah proyek untuk menghasilkan sebuah produk otentik tertentu
Baca juga : Hubungan Antara Model Pembelajaran Learning Cycle Dengan Teori Konstruktivisme Dalam Pembelajaran
Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Proyek. Terdapat beberapa karakteristik model pembelajaran berbasis proyek, yaitu sebagai berikut :
- peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja.
- adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik.
- peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan.
- peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan.
- proses evaluasi dijalankan secara kontinyu.
- peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan.
- produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif.
- situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.
- peran instruktur atau pendidik adalah sebagai fasilitator, pelatih, penasehat dan perantara untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan daya imajinasi, kreasi dan inovasi dari peserta didik.
Menurut Gora Winastwan dan Sunarto, dalam "Pakematik Strategi Pembelajaran Inovatif Berbasis TIK", disebutkan bahwa model pembelajaran berbasis proyek memiliki karakteristik sebagai berikut :
- mengembangkan pertanyaan atau masalah, yang berarti dalam proses pembelajaran harus mengembangkan pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik.
- memiliki hubungan dengan dunia nyata, yang berarti bahwa pembelajaran yang outentik dan peserta didik dihadapkan dengan masalah yang ada pada dunia nyata.
- menekankan pada tanggung jawab peserta didik, merupakan proses peserta didik untuk mengakses informasi untuk menemukan solusi yang sedang dihadapi.
- penilaian, di mana penilaian dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan hasil proyek yang dikerjakan peserta didik.
Sedangkan menurut Barbara Stripling, Norah Lovett, dan Fran Corvasce Macko dalam "Project Based
Learning : Inspiring Middle School Students to Engage in Deep and Active
Learning", karakteristik model pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai berikut :
- mengarahkan peserta didik untuk menginvestifigasi ide dan pertanyaan penting.
- merupakan proses inkuiri.
- terkait dengan kebutuhan dan minat peserta didik.
- berpusat pada peserta didik dengan membuat produk dan melakukan presentasi secara mandiri.
- menggunakan ketrampilan berpikir kreatif, kritis, dan mencari informasi untuk melakukan investigasi, menarik kesimpulan, dan menghasilkan produk.
- terkait dengan permasalahan dan isu dunia nyata yang autentik.
Prinsip Model Pembelajaran Berbasis Proyek. Menurut J.W. Thomas, dalam "Project-Based Learning : A Handbook for Middle and High Teachers", prinsip-prinsip dalam model pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai berikut :
1. Sentralistis.
Model pembelajaran berbasis proyek merupakan pusat dari strategi pembelajaran, karena peserta didik mempelajari konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja proyek. Pekerjaan proyek merupakan pusat dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik di kelas.
2. Pertanyaan Penuntun.
Pekerjaan proyek yang dilakukan oleh peserta didik bersumber pada pertanyaan atau persoalan yang menuntun peserta didik untuk menemukan konsep mengenai bidang tertentu. Dalam hal ini aktivitas bekerja menjadi motivasi eksternal yang dapat membangkitkan motivasi internal pada diri peserta didik untuk membangun kemandirian dalam menyelesaikan tugas.
3. Investigasi Konstruktif.
Pembelajaran berbasis proyek terjadi proses investigasi yang dilakukan oleh peserta didik untuk merumuskan pengetahuan yang dibutuhkan untuk mengerjakan proyek. Oleh karena itu pendidik harus dapat merancang strategi pembelajaran yang mendorong peserta untuk melakukan proses pencarian dan atau pendalaman konsep pengetahuan dalam rangka menyelesaikan masalah atau proyek yang dihadapi.
4. Otonomi.
Dalam model pembelajaran berbasis proyek, peserta didik diberi kebebasan atau otonomi untuk menentukan target sendiri dan bertanggung jawab terhadap apa yang dikerjakan. Pendidik berperan sebagai motivator dan fasilitator untuk mendukung keberhasilan peserta didik dalam belajar.
5. Realistis.
Proyek yang dikerjakan oleh peserta didik merupakan pekerjaan nyata yang sesuai dengan kenyataan di lapangan kerja atau di masyarakat. Proyek yang dikerjakan bukan dalam bentuk simulasi atau imitasi, melainkan pekerjaan atau permasalahan yang benar-benar nyata.
Tahapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek. Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui dalam penerapan (implementasi) model pembelajaran berbasis proyek. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start with Essential Question).
Dalam tahap ini, pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Pertanyaan disusun dengan mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Pertanyaan yang disusun hendaknya tidak mudah untuk dijawab dan dapat mengarahkan peserta didik untuk membuat proyek. Pertanyaan seperti itu pada umumnya bersifat terbuka (divergen), provokatif, menantang, membutuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi (high order thinking), dan terkait dengan kehidupan peserta didik. Pendidik berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk para peserta didik.
2. Menyusun Perencanaan Proyek (Design Project).
Dalam tahap ini, perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pendidik dan peserta dlidik. Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa memiliki atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan kegiatan yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan penting, dengan cara mengintegrasikan berbagai materi yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.
3. Menyusun Jadwal (Create Schedule).
Dalam tahap ini, pendidik dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal kegiatan dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini diantaranya adalah :
- membuat jadwal untuk menyelesaikan proyek.
- menentukan waktu akhir penyelesaian proyek.
- membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru.
- membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek.
- meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang cara pemilihan waktu.
Jadwal yang telah disepakati harus disetujui bersama agar pendidik dapat melakukan monitoring kemajuan belajar dan pengerjaan proyek di luar kelas.
4. Memantau Siswa dan Kemajuan Proyek (Monitoring the Students and Progress of Project).
Dalam tahap ini, pendidik bertanggung jawab untuk memantau kegiatan peserta didik selama menyelesaikan proyek. Pemantauan dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain pendidik berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses pemantauan, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan kegiatan yang penting.
5. Penilaian Hasil (Assessment the Outcome).
Dalam tahap ini, dilakukan penilaian untuk membantu pendidik dalam :
- mengukur ketercapaian standar kompetensi.
- berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing peserta didik.
- memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik.
- membantu pendidik dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
6. Evaluasi Pengalaman (Evaluation the Experience).
Tahap ini merupakan tahap akhir dari proses pembelajaran, pendidik dan peserta didik melakukan refleksi terhadap kegiatan dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek. Pendidik dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.
Baca juga : Makna Semboyan Tut Wuri Handayani
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Proyek. Sebagaimana model pembelajaran yang lain, model pembelajaran berbasis proyek juga memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Menurut Suzie Boss dan Jane Kraus, kelebihan dan kekurangan model pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai berikut :
1. Kelebihan model pembelajaran berbasis proyek :
- bersifat terpadu dengan kurikulum sehingga tidak memerlukan tambahan apapun dalam pelaksanaannya.
- peserta didik terlibat dalam kegiatan dunia nyata dan mempraktikan strategi otentik secara disiplin.
- peserta didik bekerja secara kolaboratif untuk memecahkan masalah yang penting baginya.
- teknologi terintegrasi sebagai alat untuk penemuan, kolaborasi, dan komunikasi dalam mencapai tujuan pembelajaran penting dalam cara-cara baru.
- meningkatkan kerja sama pendidik dalam merancang dan mengimplementasikan proyek-proyek yang melintasi batas-batas geografis atau bahkan melompat zona waktu.
2. Kekurangan model pembelajaran berbasis proyek :
- memerlukan banyak waktu dan biaya selama proses pembelajaran.
- memerlukan banyak media dan sumber belajar.
- pendidik dan peserta didik harus sama-sama siap belajar dan berkembang.
- ada kekhawatiran peserta didik hanya akan menguasai satu topik tertentu yang dikerjakannya.
Baca juga : Pendidik Dan Tenaga Pendidikan
Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian model pembelajaran berbasis proyek (project based learning), karakteristi, prinsip, dan tahapan model pembelajaran berbasis proyek, serta kelebihan dan kekurangan model pembelajaran berbasis proyek (project based learning).
Semoga bermanfaat.