Kepemimpinan merupakan sikap yang ada di dalam seorang pemimpin. Sedangkan yang dimaksud dengan pemimpin adalah seseorang yang diberi kepercayaan untuk menjadi seorang kepala atau ketua di dalam suatu organisasi.
Secara umum, istilah “kepemimpinan” dapat diartikan sebagai suatu proses di mana seorang pelaksana organisasi dapat mengarahkan, membimbing, dan mempengaruhi perilaku dan pekerjaan orang lain dalam rangka menuju pencapaian tujuan tertentu dalam situasi tertentu. Kepemimpinan juga berarti kemampuan seorang manajer untuk mendorong bawahan dalam bekerja dengan percaya diri dan semangat. Kepemimpinan adalah bagian penting dari manajemen yang membantu memaksimalkan efisiensi dan untuk mencapai tujuan.
Sondang P. Siagian, dalam "Teori dan Praktik Kepemimpinan", menyebutkan bahwa kepemimpinan adalah sebuah kemampuan yang dimiliki seseorang. Kemampuan tersebut ada ketika menjabat sebagai seorang pemimpin di dalam organisasi tertentu. Kemampuan yang dimaksud adalah untuk mempengaruhi orang lain, khususnya bawahannya atau anggotanya, sehingga sebuah tujuan dapat dicapai dengan mudah. Kepemimpinan juga dapat diartikan sebagai sebuah rangkaian kegiatan atau activity. Seorang pemimpin tidak akan dapat dipisahkan dengan kedudukan atau posisi, serta gaya atau perilaku dari pemimpin itu sendiri. Kepemimpinan adalah sebuah proses antara hubungan atau interaksi di antara pemimpin, anggota atau pengikutnya serta situasi.
Beberapa hal yang menunjukkan pentingnya kepemimpinan dalam suatu organisasi (dikutip dari managementstudyguide.com), adalah :
- memulai inisiasi. Pemimpin adalah orang yang memulai pekerjaan dengan mengkomunikasikan kebijakan dan rencana kepada bawahan dari mana pekerjaan sebenarnya dimulai.
- memberikan bimbingan. Seorang pemimpin tidak hanya mengawasi tetapi juga memainkan peran untuk membimbing bawahannya. Bimbingan di sini berarti menginstruksikan pada bawahan bagaimana cara mereka harus melakukan pekerjaan mereka secara efektif dan efisien.
- menciptakan kepercayaan. Percaya diri merupakan faktor penting yang dapat dicapai melalui apresiasi upaya kerja bawahan, menjelaskan peran mereka dengan jelas dan memberi mereka pedoman untuk mencapai tujuan secara efektif.
- membangun moral. Moral menunjukkan kesediaan karyawan terhadap pekerjaan mereka dan membuat mereka percaya diri sekaligus untuk memenangkan kepercayaan mereka. Seorang pemimpin dapat menjadi pendorong moral dengan mencapai kerjasama penuh sehingga mereka tampil dengan kemampuan terbaik saat bekerja.
- membangun lingkungan kerja. Lingkungan kerja yang efisien membantu pertumbuhan yang sehat dan stabil. Oleh karena itu, hubungan antar manusia harus diperhatikan oleh seorang pemimpin. Dia harus memiliki kontak pribadi dengan karyawan dan harus mendengarkan masalah mereka dan membantu menyelesaikannya. Dia harus memperlakukan karyawan dengan istilah kemanusiaan.
- koordinasi. Koordinasi dapat dicapai melalui rekonsiliasi kepentingan pribadi dengan tujuan organisasi. Sinkronisasi ini dapat dicapai melalui koordinasi yang tepat dan efektif yang seharusnya menjadi motif utama seorang pemimpin.
Gaya Kepemimpinan. Beberapa gaya kepemimpinan yang banyak dikenal, diantaranya adalah :
1. Kepemimpinan Otokratis.
Kepemimpinan otokratis merupakan gaya pemimpin yang dominan dalam berbagai tindakan dan juga keputusan yang diambil. Kekuasaan pemimpin sangat mutlak dan hampir tidak ada celah untuk para bawahan memberikan masukan. Gaya kepemimpinan ini biasa hadir dalam organisasi militer di mana kekuasaan pemimpin amat mutlak serta adanya pemisahan tegas antara atasan dan juga bawahan.
Mifta Thoha, dalam "Kepemimpinan Dalam Manajemen", mengartikan kepemimpinan otokratis sebagai gaya kepemimpinan yang didasarkan atas kekuatan posisi dan penggunaan otoritas. Kepemimpinan otokratis merupakan gaya kepemimpinan seorang yang didasarkan pada sikap menang sendiri, tertutup terhadap saran dari orang lain, dan memiliki idealisme yang tinggi.
Sedangkan Sudarwan Danim, dalam bukunya yang berjudul "Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok", mengartikan kepemimpinan otokratis sebagai gaya kepemimpinan yang semaunya sendiri, semua produk pemikiran dianggap benar, serta keras kepala. Kepemimpinan otokratis disebut juga sebagai kepemimpinan otoriter, yang memiliki ciri-ciri :
- beban kerja organisasi pada umumnya ditanggung oleh pemimpin.
- bawahan hanya dianggap sebagai pelaksana dan tidak boleh memberikan ide-ide baru.
- bekerja dengan disiplin tinggi, belajar keras, dan tidak mengenal lelah.
- menentukan kebijakan sendiri, musyawarah sifatnya hanya sebagai penawar saja.
- memiliki kepercayaan yang rendah pada bawahan.
- komunikasi dilakukan secara tertutup dan satu arah.
- tugas yang diberikan kepada bawahan harus diselesaikan saat itu juga.
2. Kepemimpinan Birokrasi.
Kepemimpinan birokrasi biasa diterapkan dalam kantor pemerintahan atau perusahaan besar yang sudah memiliki budaya kuat mengakar sejak lama. Gaya kepemimpinan birokrasi mengatur berbagai macam hal secara sistematis. Ada aturan-aturan yang sudah ditetapkan untuk urusan-urusan tertentu, sehingga dalam konteks ini, bawahan tidak punya ruang untuk mendobraknya dan harus mengikuti regulasi yang ada.
3. Kepemimpinan Partisipatif.
Kepemimpinan partisipatif merupakan gaya pemimpin yang banyak memberikan ruang bagi bawahan untuk berpartisipasi lebih dalam pembuatan sebuah keputusan. Pendapat bawahan didengarkan tentu bila memberikan pandangan baru dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Hubungan yang terjalin antara atasan dan juga bawahan sangat bersahabat serta hangat dan tidak ada suasana otoriter. Gaya kepemimpinan yang satu ini sangat cocok diterapkan di perusahaan-perusahaan rintisan atau organisasi nirlaba.
4. Kepemimpinan Delegatif.
Kepemimpinan delegatif merupakan gaya pemimpin yang memberikan kebebasan pada para bawahan untuk melakukan hal-hal sesuai dengan keyakinan mereka dan mampu mengambil keputusan sendiri. Kepemimpinan delegatif hanya dapat diterapkan apabila para bawahan sudah cukup matang dalam mengambil keputusan, karena jika tidak, para bawahan akan mengambil keputusan yang salah.
5. Kepemimpinan Demokratis.
Mifta Thoha menyebutkan bahwa gaya kepemimpinan demokratis adalah berkaitan dengan kekuatan personal dan keikut-sertaan para pengikut dalam proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Sedangkan Sudarwan Danim menyebutkan bahwa kepemimpinan demokratis bertolak dari asumsi bahwa hanya dengan kekuatan kelompok, tujuan organisasi dapat dicapai. Kepemimpinan demokratis, menurut Sudarwan Danim, mempunyai ciri-ciri :
- beban kerja organisasi menjadi tanggung jawab bersama seluruh anggota organisasi.
- bawahan dianggap sebagai komponen pelaksana secara integral harus diberi tugas dan tanggung jawab.
- disiplin, tetapi tidak kaku dan memecahkan masalah secara bersama.
- kepercayaan terhadap bawahan tinggi, dengan tidak melepaskan tanggung jawab pengawasan.
- komunikasi dengan bawahan bersifat terbuka dan dua arah.
6. Kepemimpinan Permisif.
Sudarwan Danim menyebutkan bahwa kepemimpinan permisif adalah gaya kepemimpinan yang tidak mempunyai pendirian yang kuat dan cenderung tidak konsisten dengan apa yang dilakukan. Pemimpin memberikan kebebasan kepada bawahannya, sehingga bawahan tidak mempunyai pegangan yang kuat terhadap suatu hal. Kepemimpinan permisif, menurut Sudarwan Danim, mempunyai ciri-ciri :
- tidak ada pegangan yang kuat dan memiliki kepercayaan yang rendah pada diri sendiri.
- mengiyakan semua saran.
- lambat dalam mengambil dan membuat keputusan.
- banyak "mengambil muka" kepada bawahan.
- ramah dan tidak menyakiti bawahan.
Teori Kepemimpinan. Terdapat banyak teori yang berkaitan dengan kepemimpinan. Beberapa teori kepemimpinan yang dikenal, diantaranya adalah :
1. Teori Perilaku.
Teori perilaku atau dikenal juga sebagai "behavioral theory" menjelaskan beberapa hal berkaitan dengan perilaku yang mencerminkan karakter pemimpin, yang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
- job centered, adalah sifat kepemimpinan yang berfokus pada pekerjaan.
- employee centered, adalah perilaku yang berfokus pada kondisi para karyawan atau bawahan di sebuah proyek.
Teori ini beranggapan bahwa :
- keberhasilan seorang pemimpin akan ditentukan dari perilakunya. Seperti, perilaku dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan.
- kepemimpinan yang terbilang sukses adalah yang didasarkan pada perilaku yang bisa dipelajari.
2. Teori Orang Hebat.
Teori orang hebat atau dikenal juga sebagai "great man theory" diperkenalkan oleh Thomas Carlyle dalam bukunya yang berjudul "On Heroes, Hero-Worship, and The Heroic in History", dan berkembang pada abad ke-19. Teori orang hebat menyebutkan bahwa sifat kepemimpinan dan bakat-bakat kepemimpinan dibawa sejak orang tersebut dilahirkan. Dengan kata lain, pemimpin yang hebat ditakdirkan lahir untuk menjadi seorang pemimpin. Teori orang hebat juga beranggapan bahwa seorang pemimpin hebat akan muncul saat dalam situasi tertentu. Meskipun tidak dapat diidentifikasikan dengan kepastian ilmiah tentang karakteristik dan kombinasi manusia seperti apa yang dapat dikatakan sebagai pemimpin hebat, namun semua orang mengakui bahwa hanya satu orang di antara mereka yang memiliki ciri-ciri khas sebagai pemimpin hebat.
3. Teori Sifat Kepribadian.
Teori sifat kepribadian atau dikenal juga sebagai "trait theory" berfokus pada analisis karakteristk mental, fisik, dan sosial untuk mendapatkan lebih banyak pemahaman tentang karakteristik dan kombinasi karakteristik yang umum ada di antara para pemimpin. Teori sifat kepribadian menyebutkan bahwa orang yang dilahirkan atau dilatih dengan kepribadian tertentu akan dapat menjadikan mereka unggul dalam peran kepemimpinan. Maksudnya, kualitas kepriabdian tertentu seperti kecakapan, kecerdasan, daya tanggap, kreativitas, keberanian, disiplin, rasa tanggung jawab, dan nilai-nilai lain dapat membuat seseorang menjadi pemimpin yang baik. Keberhasilan seseorang dalam kepemimpinan sangat bergantung pada sifat kepribadiannya, yang bukan saja bersumber dari bakat tetapi juga berasal dari pengalaman dan hasil belajarnya.
Morgan McCall dan M. Lombardo, dalam "Off The Track : Why And How Successful Executive Get Derailed", menjelaskan bahwa terdapat empat sifat kepribadian utama yang menjadi penentu keberhasilan atau kegagalan seorang pemimpin, yaitu :
- stabilitas dan ketenangan emosional. Mempunyai rasa percaya diri dan ketenangan dalam menghadapi masalah dan tekanan.
- mengakui kesalahan. Tidak menutupi kesalahan yang telah dibuat tetapi mengakui kesalahan tersebut.
- keterampilan interpersonal yang baik. Mampu berkomunikasi dan meyakinkan orang lain tanpa menggunakan taktik yang negatif dan paksaan.
- pengetahuan yang luas. Mampu memahami berbagai bidang, tidak hanya berfokus pada satu bidang atau bidang-bidang tertentu saja.
4. Teori Transaksional.
Teori transaksional menggambarkan sebuah gaya kepemimpinan yang berdasar pada perjanjian atau kesepakatan yang dibuat seseorang dengan orang yang lain. Perjanjian atau kesepakatan tersebut dilaksanakan oleh pemimpin organisasi dan anggotanya, dengan tujuan untuk mendapat pertukaran atau transaksi yang sepadan atau saling mengntungkan.
5. Teori Transformasional.
Teori transformasional mengarahkan pada istilah "memanusiakan manusia". Teori ini mengedepankan pendekatan personal pemimpin dengan bawahannya dalam suatu organisasi, dalam dalam rangka mengubah kesadaran, membangun semangat, serta memberi inspirasi.
6. Teori Servant.
Teori servant meyakini bahwa seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dapat bertugas melayani, menjaga, serta memelihara kesejahteraan fisik dan mental para anggotanya. Teori ini menunjukkan bahwa tugas seorang pemimpin adalah untuk berkontribusi dalam kesejahteraan orang lain, sebagai bentuk dari pertanggung-jawaban sosial.
7. Teori Kontingensi.
Teori kontingansi atau "contingency theory" yang disebut juga dengan "teori kepemimpinan situasional" menganggap bahwa tidak ada cara yang paling baik untuk menyatakan dan memimpin. Teori ini menganggap bahwa setiap gaya kepemimpinan harus didasarkan pada kondisi dan situasi tertentu. Atas dasar teori kontingensi ini, seseorang akan mungkin dapat berhasil tampil dan memimpin dengan sangat efektif pada situasi, kondisi, dan tempat tertentu. Demikian juga dengan kinerja kepemimpinan, akan berubah sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang terjadi. Beberapa model teori kontingensi diantaranya adalah teori kontingensi fiedler, teori kontingensi vroom-yetten, teori kontingensi path-goal robert house, teori kontingensi strategis, dan teori kepemimpinan situasional hersey-balnchard.
Baca juga : Teori Hegemoni
Demikian penjelasan berkaitan dengan gaya dan teori kepemimpinan.
Semoga bermanfaat.