Seperti diketahui bahwa suatu rangkaian kata sifat akan menentukan persepsi orang. Hal tersebut dibuktikan oleh Solomon E. Asch melalui eksperimen yang dilakukannya. Jika seseorang menceritakan sifat orang lain dengan diawali dengan sifat yang baik, maka pendengar akan mempunyai persepsi yang berkonotasi positif, yang biasa disebut sebagai primacy effect. Demikian juga sebaliknya, apabila seseorang menceritakan sifat orang lain dengan diawali dengan sifat yang buruk, maka pendengan akan mempunyai persepsi yang berkonotasi negatif. Namun demikian, teori yang dinyatakan oleh Solomom E. Asch tersebut, dalam kenyataan sehari-hari orang jarang melakukannya. Jarang seseorang menceritakan orang lain dengan menyebut rangkaian kata sifat. Biasanya seseorang menceritakan orang lain dimulai dengan central trait, yaitu menjelaskan sifat tersebut secara rinci, baru melanjutkan pada sifat-sifat yang lain.
Ada beberapa petunjuk dari faktor situasional berpengaruh pada persepsi interpersonal. Petunjuk-petunjuk tersebut adalah :
1. Petunjuk Proksemik.
Proksemik adalah studi tentang penggunaan jarak dalam menyampaikan pesan. Proksemik ditemukan oleh Edward T. Hall, seorang antropolog. Jarak yang dibuat oleh individu dalam hubungannya dengan orang lain menunjukkan tingkat keakraban di antara mereka. Hall membagi jarak ke dalam empat corak, yaitu jarak publik, jarak sosial, jarak personal, dan jarak akrab. Berdasarkan hal tersebut seseorang dapat menyimpulkan keakraban seseorang dengan orang lain dari jarak mereka. Seseorang juga dapat menanggapi sifat-sifat orang lain dari cara orang tersebut membuat jarak dengan orang lainnya. Sehingga cara seseorang mengatur jarak/ruang mempengaruhi persepsi orang lain tentang seseorang tersebut. Atau dengan kata lain, seseorang menganggap orang lain berdasarkan jarak yang dibuat seseorang tersebut dengan orang lain lagi.
2. Petunjuk Kinesik.
Petunjuk kinesik merupakan persepsi khusus pada seseorang yang didasarkan pada gerakan yang ditunjukkan oleh seseorang tersebut. Sebagai contoh bertopang dagu biasa diartikan sedang sedih, membusungkan dada biasa diartikan sebagai orang yang sombong, dan lain sebagainya. Petunjuk kinesik ini penting, sehingga bila petunjuk-petunjuk lain bertentangan dengan petunjuk kinesik, orang akan lebih mempercayai apa yang diperlihatkan oleh petunjuk kinesik tersebut. Hal ini dikarenakan petunjuk kinesik sangat sukar dikendalikan secara sadar oleh orang yang menjadi stimuli.
3. Petunjuk Wajah.
Petunjuk wajah biasanya dipercaya. Sebagaimana pepatah mengatakan, "Wajah adalah cermin jiwa." Petunjuk wajah merupakan hal yang paling penting dalam mengenali perasaan persona stimuli. Wajah menjadi informasi dalam komunikasi interpersonal, karena wajah menjadi alat yang sangat penting dalam menyampaikan makna.
4. Petunjuk Paralingustik.
Paralingustik adalah cara bagaimana orang mengucapkan lambang-lambang verbal. Jika petunjuk verbal menunjukkan apa yang diucapkan, petunjuk paralinguistik mencerminkan bagaimana mengucapkannya. Hal ini meliputi tinggi rendah suara, tempo bicara, dialek, dan interaksi atau perilaku saat melakukan komunikasi. Jika perilaku komunikasi atau cara berbicara dapat memberi petunjuk tentang kepribadian persona stimuli, maka suara mengungkapkan keadaan emosional.
5, Petunjuk Artifaktual.
Petunjuk artifaktual meliputi segala macam penampilan, mulai dari potongan tubuh, kosmetik yang dipakai, baju, pangkat, atribut-atribut yang dikenakan, dan lain sebagainya. Penampilan dikatakan menarik atau tidak menarik dapat menimbulkan asumsi-asumsi tertentu.
Dengan demikian diskripsi verbal seseorang yang terlihat dalam petunjuk-petunjuk tersebut akan mengarahkan persepsi orang tentang persona stimuli. Diskripsi verbal merupakan isi komunikasi persona stimuli, bukan mengenai cara komunikasi. Sebagai contoh, orang yang menggunakan pilihan kata-kata yang tepat, mengorganisasikan pesan secara sistematis, mengungkapkan pikiran yang dalam dan komprehensif, akan menimbulkan kesan bahwa orang tersebut cerdas dan terpelajar.
Semoga bermanfaat.