Zaman Megalitikum : Pengertian, Manusia Pendukung, Ciri-Ciri, Dan Pembagian Zaman Megalitikum, Serta Peninggalan Masyarakat Zaman Megalitikum

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Pengertian Zaman Megalitikum. Istilah megalitikum berasal dari bahasa Yunani, yaitu “megas” yang berarti besar dan “lithos” yang berarti batu. Sehingga berdasarkan arti istilah tersebut, zaman megalitikum dapat diartikan sebagai zaman batu besar. Disebut sebagai zaman batu besar karena pada masa tersebut, masyarakatnya menggunakan peralatan dari batu dan berukuran besar. Zaman megalitikum terjadi setelah zaman neolitikum atau zaman batu muda hingga awal zaman perunggu.

Masyarakat zaman megalitikum sudah hidup menetap, tidak berpindah-pindah (nomaden). Masyarakat zaman megalitikum sudah dapat membuat dan menghasilkan bangunan-bangunan dari batu, yang mereka gunakan untuk tempat tinggal dan untuk kepentingan upacara keagamaan dan mengubur jenazah. Artefak-artefak batu yang digunakan oleh masyarakat pada zaman ini tergolong berukuran besar dan ditata atau dibentuk sedemikian rupa.

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, selain berburu, masyarakat zaman megalitikum sudah mengembangkan teknik bercocok tanam atau bertani dan berternak. Revolusi pertanian dan peternakan pada zaman ini disebut dengan "Neolithic Revolution", di mana tanaman-tanaman mulai dibudidayakan dan hewan-hewan mulai didomestifikasi. Selain itu, masyarakat zaman megalitikum juga melakukan perdagangan, yaitu dengan sistem barter atau pertukaran barang. Pertukaran barang ini bukan untuk mencari keuntungan, tetapi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dari masyarakat tersebut.

Masyarakat zaman megalitikum sudah mengenal kepercayaan terhadap roh nenek moyang dan juga benda-benda mati yang dianggap memiliki kekuatan spiritual. Munculnya kepercayaan kepada roh leluhur ini menjadi pertanda bahwa pengetahuan manusia di era tersebut sudah mengalami peningkatan. Selain itu sudah muncul pula struktur sosial dan hierarki tertentu yang mengatur suatu komunitas.


Manusia Pendukung Zaman Megalitikum. Masyarakat zaman megalitikum adalah manusia Homo Sapiens, yang berasal dari jenis :
  • Meganthropus paleojavanicus ( manusia berukuran besar ).
  • Pithecanthropus (manusia kera), yang terdiri, yaitu : 1. Pithecanthropus erectus (manusia kera yang jelannya tegak atau tegap), 2. Pithecanthropus mojokertensis (manusia kera yang berasal dari Mojokerto), dan 3. Pithecanthropus soloensis (manusia kera yang berasal dari Solo).


Ciri-Ciri Zaman Megalitikum. Berdasarkan apa yang tersebut di atas, beberapa hal yang dapat dianggap sebagai ciri-ciri masyarakat pada zaman megalitikum adalah :
  • telah mengetahui sistem pembagian kerja dan struktur sosial.
  • telah ada pemimpin atau kepala suku, yang dianggap sebagai primus inter pares.
  • sudah memanfaatkan logam untuk dijadikan peralatan sehari-hari.
  • sudah menerapkan sistem food producing atau bercocok tanam.
  • sudah ada norma-norma yang berlaku.
  • menggunakan sistem hukum rimba (primus interpercis), yaitu memilih yang terkuat dari yang terkuat.


Pembagian Zaman Megalitikum. Zaman megalitikum di Indonesia dapat dibagi dalam beberapa periode. Robert von Heine Geldern, seorang arkeolog dan etnolog berkebangsaan Austria, dalam karyanya yang berjudul “Prehistoric Research in The Netheriands Indies”, menyebutkan bahwa tradisi megalitik berasal dari daerah Tiongkok Selatan dan disebarkan oleh bangsa Austronesia. Penyebaran budaya pada zaman megalitikum di Indonesia dapat dibagi menjadi dua gelombang, yaitu :

1. Megalitikum tua.
Periode zaman megalitikum tua terjadi pada sekitar tahun 2500 SM - 1500 SM. Penyebaran kebudayaan megalitikum tua di Indonesia sudah berlangsung sejak zaman neolitikum. Kebudayaan tersebut dibawa oleh para manusia purba dari kebudayaan proto melayu yang identik dengan penggunaan kapak persegi.

2. Megalitikum muda.
Periode zaman megalitikum muda terjadi pada sekitar tahun 1000 SM - 100 SM. Penyebaran kebudayaan megalitikum muda di Indonesia terjadi pada zaman perunggu, yang dibawa langsung oleh manusia purba deutro melayu yang merupakan bagian dari Kebudayaan Dongson yang sudah menguasai pengolahan logam.

Sedangkan Haris Sukendar, dalam karyanya yang berjudul "Album Tradisi Megalitik di Indonesia", menjelaskan bahwa zaman megalitikum dapat dibagi berdasarkan :

1. Bentuk peninggalan.
Berdasarkan bentuk peninggalannya, zaman megalitikum terdiri dari :
  • Megalith tua, yang menyebar ke Indonesia pada zaman neolithikum atau sekitar tahun 2500 SM - 1500 SM, yang dibawa oleh pendukung Kebudayaan Kapak Persegi (Proto Melayu).
  • Megalith muda, yang menyebar ke Indonesia pada zaman perunggu atau sekitar tahun 1000 SM - 100 SM, yang dibawa oleh pendukung Kebudayaan Dongson (Deutro Melayu).

2. Masa.
Berdasarkan masanya, zaman megalitikum terdiri dari :
  • Tradisi megalitikum yang berasal dari masa prasejarah dan umumnya berupa monumen yang tidak dipakai lagi.
  • Tradisi megalitikum yang masih berlanjut, dan umumnya ditemukan di daerah Nias, Toraja, Sumba, Sabu, Flores, dan Timor.


Peninggalan Zaman Megalitikum. Beberapa artefak peninggalan masyarakat zaman megalitikum, diantaranya adalah :
  • arca. Arca atau patung peninggalan zaman neolitikum umumnya berbentuk binatang atau manusia dan melambangkan ruh-ruh nenek moyang yang menjaga suatu komunitas.
  • menhir. Menhir adalah batu besar tunggal yang tinggi dan berbentuk seperti sebuah tiang ataupun tugu, yang berfungsi sebagai tanda dan juga objek dalam pemujaan terhadap roh-roh nenek moyang dalam konsep animisme dan dinamisme pada masa tersebut.
  • punden berundak. Punden berundak adalah sebuah bangunan berteras yang digunakan sebagai tempat pemujaan ruh-ruh nenek moyang, yang memiliki bentuk yang mirip dengan candi, sehingga kerap dianggap sebagai awal mulai dari budaya pembangunan candi di Indonesia.
  • waruga. Waruga adalah sejenis kubur batu yang berbentuk kubus atau bulat dan terbuat dari batu utuh yang berukuran besar, yang digunakan sebagai tempat untuk memakamkan manusia pada zaman neolitikum dan megalitikum, sehingga harus mampu menampung manusia dewasa didalamnya.
  • sarkofagus. Sarkofagus adalah peti mati yang digunakan untuk menimpan jenazah seperti sebuah Waruga. Namun, bentuk dari sarkofagus adalah seperti palung atau lesung yang memanjang. Artefak ini terbuat dari sepasang batuan utuh yang sudah dibentuk, satu sebagai dasarnya dan satunya sebagai penutup dari sarkofagus tersebut.
  • kubur batu. Kubur batu adalah sejenis peti mati yang digunakan sebagai tempat penyimpanan jenazah yang terbuat dari bahan dasar batu. Mirip dengan sarkofagus, kubur batu ini kerap ditemukan berbentuk lonjong sehingga mayat yang dibaringkan didalamnya memiliki posisi horizontal.
  • dolmen. Dolmen adalah sejenis meja batu yang digunakan sebagai tempat penempatan sesajen serta lokasi pemujaan kepada ruh-ruh nenek moyang dalam konsep animisme dan dinamisme. Terkadang, dolmen juga digunakan untuk menutup bagian atas dari sarkofagus.


Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian zaman megalitikum, manusia pendukung, ciri-ciri, dan pembagian zaman megalitikum, serta peninggalan masyarakat zaman megalitikum.

Semoga bermanfaat.