Arkeologi pada prinsipnya merupakan satu disiplin ilmu yang mempelajari tentang kebudayaan (manusia) masa lalu melalui kajian sistematis atas data bendawi yang ditinggalkan. Kajian sistematis meliputi penemuan, dokumentasi, analisis, dan interpretasi data berupa artefak (budaya bendawi), ekofak (benda lingkungan), maupun fitur (artefaktual yang tidak dapat dilepaskan dari tempatnya/situs arkeologi).
Peralatan Arkeologi. Kegiatan yang paling penting dari arkeologi sebagai ilmu adalah proses ekskavasi, yaitu melakukan kegiatan pengumpulan benda-benda dari dalam tanah melalui penggalian untuk mengungkap kehidupan manusia di masa lalu. Untuk melakukan proses ekskavasi dibutuhkan peralatan-peralatan pendukung sehingga proses ekskavasi tersebut dapat berjalan dengan baik, aman, dan lancar.
Berikut beberapa peralatan yang secara umum dibutuhkan oleh arkeolog :
1. Peralatan Lapangan.
Peralatan lapangan (site tools) yang umum digunakan oleh para arkeolog diantaranya adalah sebagai berikut :
- total station transit, merupakan alat yang memungkinkan arkeolog membuat peta tiga dimensi yang akurat dari sebuah situs arkeologi, termasuk juga topografi permukaan, lokasi relatif artefak dan fitur dalam situs, serta penempatan unit penggalian.
- cangkul, merupakan alat yang digunakan untuk menggali dan memecahkan tanah yang keras, berbentuk mirip beliung persegi (mata pisau yang luas menyerupai pahat) dan memiliki pegangan yang tegak lurus dengan mata pisaunya.
- marshalltown trowels, merupakan alat berbentuk sekop kecil dengan ujung pipih dan lancip.
- plains trowel, merupakan alat berbentuk sekop dengan ujung rata lurus, yang biasanya digunakan untuk bekerja di sudut yang sempit dan menjaga garis tetap lurus.
- bucket auger ember, merupakan alat berbentuk panjang pipa yang di bawahnya ditambahkan ember. Alat ini biasa digunakan untuk mengeksplorasi situs arkeologi yang terkubur beberapa meter di bawah permukaan tanah.
- scoop batubara, merupakan peralatan yang digunakan untuk memindahkan tanah yang digali dan memindahkannya dengan mudah ke penyaring, tanpa mengganggu permukaan unit uji.
- shaker screen, merupakan alat yang digunakan untuk menyaring tanah, sehingga memungkinkan artefak tetap aman dan tidak rusak.
- pan debu, merupakan alat yang digunakan untuk menghilangkan tumpukan tanah galian dengan rapi dan bersih dari unit galian.
2. Peralatan Laboratorium.
Beberapa peralatan laboratorium yang digunakan oleh para arkeolog diantaranya adalah sebagai berikut :
- perangkat flotasi, merupakan alat yang digunakan untuk menyaring/memisahkan tanah yang menempel pada artefak dengan jalan menyiramnya dengan air, sehingga artefak tidak rusak.
- rak pengering, merupakan alat yang digunakan untuk mengeringkan artefak yang ditemukan di lapangan sebelum dilakukan analisis. Rak pengering biasanya berukuran cukup besar, sehingga artefak yang ditemukan dapat diletakkan sesuai dengan urutan diketemukannya.
- alat penimbang dan pengukur, merupakan alat yang digunakan untuk menimbang artefak yang baru ditemukan.
- peralatan analisis, umumnya berupa alat sederhana seperti jangka atau kapiler dan sarung tangan katun. Kapiler digunakan untuk pengukuran dan analisis artefak sebelum disimpan, sedangkan penggunaan sarung tangan ditujukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang.
- artefak katalogisasi, merupakan alat yang digunakan untuk mencatat setiap artefak yang ditemukan dan dikumpulkan dari situs arkeologi. Seluruh artefak yang ditemukan didaftar dan diberi tanda secara terperinci dan disimpan untuk penelitian di masa yang akan datang.
Tahapan Penelitian Arkeologi. Penelitian arkeologi dilakukan dengan melalui beberapa tahapan. Menurut Mundardjito dalam bukunya yang berjudul "Metode Penelitian Arkeologi", menjelaskan bahwa beberapa tahapan yang harus dilalui dalam penelitian arkeologi adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan Data.
Tahap pengumpulan data dalam penelitian arkeologi dilakukan dengan beberapa kegiatan, yaitu sebagai berikut :
a. Penjajagan.
Penjajagan merupakan pengamatan tinggalan arkeologi di lapangan untuk memperoleh gambaran tentang potensi data arkeologi dari suatu situs arkeologi. Dalam kegiatan ini, peneliti melakukan pengamatan terhadap keadaan lingkungan dan pencatatan tentang jenis tinggalan arkeologi (archaeological remains), kemudian menandai ke dalam peta (plotting).
b. Survei.
Survei merupakan pengamatan tinggalan arkeologi yang disertai dengan analisis yang dalam. Survei juga dapat dilakukan dengan cara mencari informasi dari penduduk. Tujuan diadakannya survei adalah :
- untuk memperoleh benda atau situs arkeologi yang belum pernah ditemukan sebelumnya.
- penelitian ulang terhadap benda atau situs arkeologi yang pernah diteliti.
Kegiatan survei yang dilakukan meliputi :
- survei permukaan, yaitu kegiatan untuk mengamati permukaan tanah dari jarak dekat, Pengamatan dilakukan untuk mendapatkan data arkeologi dalam konteksnya dengan lingkungan sekitarnya, antara lain jenis tanah, keadaan permukaan bumi, keadaan flora, dan lain sebagainya.
- survei bawah tanah, yaitu kegiatan untuk mengetahui adanya tinggalan arkeologi yang terdapat di bawah tanah dengan menggunakan alat-alat tertentu. Teknik yang sering digunakan dalam survei ini adalah pemantauan (dowsing), penusukan (probing), penggemaan (sounding), pengeboran (augering), dan geofisika.
- survei bawah air, yaitu kegiatan untuk mengetahui adanya tinggalan arkeologi yang terdapat di bawah air dengan menggunakan alat-alat dan teknik tertentu. Survei bawah air dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : 1. teknik banjar linier, yang dilakukan dengan cara para penyelam menempatkan diri pada jarak tertentu, kemudian bergerak bersama-sama ke arah depan dengan suatu garis lurus. 2. teknik banjar melingkar, yang dilakukan dengan cara para penyelam menempatkan diri pada jarak tertentu, kemudian secaa berbanjar melakukan survei dengan mengelilingi suatu titik yang telah ditentukan dengan membentuk radius yang semakin besar.
- survei udara, yaitu suatu pengamatan yang dilakukan dari udara terhadap gejala permukaan tanah dan mendokumentasikannya dengan alat foto. Penafsiran foto udara ini akan menitik-beratkan pada perbedaan pola dan warna dari suatu foto udara yang akhirnya dapat memberikan berbagai penafsiran keadaan yang sebenarnya di darat.
- wawancara, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan oleh arkeolog dalam pengumpulan data. Dalam arkeologi, wawancara dapat dilakukan dengan wawancara tertutup atau wawancara terbuka, dan biasanya dikhususkan untuk studi etnoarkeologi.
- sampling, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk dapat memberikan gambaran yang representatif mengenai kuantitas dan kualitas data arkeologi dari suatu situs.
c. Ekskavasi.
Ekskavasi merupakan kegiatan pengumpulan benda-benda dari dalam tanah melalui penggalian untuk mengungkap kehidupan manusia di masa lalu. Ekskavasi juga dapat berarti suatu teknik pengumpulan data melalui penggalian tanah yang dilakukan secara sistemik untuk menemukan suatu atau himpunan tinggalan arkeologi dalam situasi in situ. Ekskavasi dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik, yaitu :
- teknik spit (arbitrary level), yaitu teknik yang didasarkan pada kepadatan temuan atau jenis temuan.
- teknik lapisan alamiah (natural layer), yaitu teknik menggali tanah dengan mengikuti lapisan tanah secara alamiah.
- teknik lot, yaitu teknik menggali yang menggabungkan antara teknik spit dan teknik lapisan alamiah.
2. Pengolahan Data.
Tahap pengolahan data dalam penelitian arkeologi merupakan kegiatan mengolah data-data yang berhasil dikumpulkan, yaitu diantaranya :
- artefak, merupakan benda alam yang diubah oleh tangan manusia, baik sebagian (seperti misalnya kapak perimbas, serpih bilah, alat tulang, dan lain sebagainya) ataupun seluruhnya (seperti misalnya keramik).
- serbuk sari, tanah.
- fitur, merupakan artefak yang tidak dapat diangkat dari tempat kedudukannya (matrix), misalnya bekas lantai, bekas dinding, makam, lubang (posthole), dan lain sebagainya.
Pengolahan data tersebut dilakukan dengan melalui tahapan sebagai berikut :
- klasifikasi awal. Pada tahapan ini, artefak dan ekofak yang terkumpul harus segera dibersihkan dan dikonservasikan, selanjutnya dilakukan pencatatan penemuan, foto, dan gambar. Artefak dan ekofak yang terkumpul tersebut kemudian diberikan penomoran dan penginventarisasikan berdasarkan kategori, pengkatalogisasian dan pemilahan berdasarkan kategori, serta penyimpanan berdasarkan kategori.
- klasifikasi lanjutan. Klasifikasi lanjutan dilakukan untuk menentukan dan kemudian menyajikan data dalam kelompok yang sama dan yang berbeda, yang akan memunculkan pola dan konteksnya. Dasar pengelompokkan dalam klasifikasi adalah atribut yang terdapat pada suatu artefak yaitu : atribut bentuk (maksudnya adalah berkaitan dengan bentuk tiga dimensi serta ukuran metriks artefak), atribut gaya (maksudnya adalah berkaitan dengan ragam hias, motif hias, dan pola hiasan artefak), serta atribut teknologi (maksudnya adalah berkaitan dengan bahan, teknik pembuatan, teknik penyelesaian serta teknik hias artefak).
3. Analisis.
Tahap analisis dalam penelitian arkeologi dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu :
- tahap identifikasi, merupakan tahap penemuan atribut-atribut yang dimiliki.
- tahap perekaman, merupakan tahap memasukkan data dalam formulir atau struktur database.
- tahap pengolahan, merupakan tahap mencari korelasi data antar artefak atau konteks lain.
Analisis artefak dapat dibedakan dalam empat bagian, yaitu :
- analisis morfologi, berupa kegiatan mengidentifikasi bentuk dan ukuran artefak.
- analisis teknologi, berupa kegiatan mengidentifikasi teknik pembuatan artefak berdasarkan bahan baku, pengolahan bahan, teknik pengerjaan sampai dihasilkannya artefak, termasuk juga teknik menghias.
- analisis stalistik, berupa kegiatan mengidentifikasi aspek dekoratif, seperti warna, hiasan, ragam hias, dan lain sebagainya.
- analisis jejak pakai, berupa kegiatan khusus pada pengamatan terhadap hal-hal yang menunjukkan sisa penggunaan atau bekas pemakaian.
4. Pelaporan dan Publikasi.
Tahap pelaporan dan publikasi dalam penelitian arkeologi merupakan bentuk pertanggung-jawaban morak dan akademis terhadap penelitian yang dilakukan. Selain itu, publikasi hasil penelitian juga bertujuan untuk mensosialisasikan hasil-hasil penelitian dengan sasaran masyarakat ilmiah dan masyarakat umum.
Publikasi dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, diantaranya adalah :
- buku.
- pameran, yaitu usaha untuk memasyarakatkan arkeologi dikalangan masyarakat umum.
- visual, yaitu publikasi yang dilakukan dalam bentuk visualisasi berupa foto-foto arkeologi serta bentuk audiovisual dalam bentuk film.
Baca juga : Sejarah Perkembangan Manusia
Demikian penjelasan berkaitan dengan peralatan yang digunakan oleh para arkeolog dalam arkeologi serta tahapan penelitian dalam arkeologi.
Semoga bermanfaat.