Reliabilitas Penelitian : Pengertian, Karakteristik, Metode Pengujian, Serta Faktor Yang Mempengaruhi Reliabilitas Penelitian

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Pengertian Reliabilitas. Istilah reliabilitas atau keandalan berasal dari kata "reliability", yang merupakan penggabungan dari kata "rely" dan "ability", yang berarti sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Secara umum, reliabilitas dapat diartikan sebagai konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur. Reliabilitas juga dapat berarti keakuratan dan ketepatan dari suatu alat ukur dalam suatu prosedur pengukuran.

Menurut Sumadi Suryabrata, dalam "Metodologi Penelitian", dijelaskan bahwa reliabilitas alat ukur menunjuk kepada sejauh mana perbedaan-perbedaan skor perolehan mencerminkan perbedaan atribut yang sebenarnya. Suatu hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama, diperoleh hasil pengukuran yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum berubah. Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan dari uji reliabilitas adalah untuk menunjukkan konsistensi skor-skor yang diberikan, skorer satu dengan skorer yang lainnya.


Pengertian reliabilitas juga dapat dijumpai dalam beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah :
  • Sudjana, dalam "Metode Statistika", menyebutkan bahwa reliabilitas alat ukur adalah ketepatan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya, kapanpun alat penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama. 
  • Sugiono, dalam "Memahami Penelitian Kualitatif", menyebutkan bahwa reliabilitas pengukuran adalah serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang. Selanjutnya, Sugiono juga menjelaskan bahwa reliabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsitensi) suatu tes, yaitu  sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg, relatif tidak berubah walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda.
  • S. Sukadji, dalam "Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah", menyebutkan bahwa reliabilitas suatu tes adalah seberapa besar derajat tes mengukur secara konsisten sasaran yang diukur. Reliabilitas dinyatakan dalam bentuk angka, biasanya sebagai koefisien. Koefisien tinggi berarti reliabilitas tinggi. 
  • Nursalam, dalam "Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan", menyebutkan bahwa reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan. Alat dan cara mengukur atau mengamati sama-sama memegang peranan penting dalam waktu yang bersamaan.


Karakteristik Reliabilitas. Sebuah tes dianggap memiliki reliabilitas yang baik apabila memiliki karakteristik sebagai berikut :
  • dapat menghasilkan skor yang cukup akurat, apabila tes tersebut diberikan pada kelas tertentu, maka bisa juga menghasilkan skor yang cukup konsisten bila diberikan pada kelas yang berbeda atau ketika diberikan pada kelas yang sama pada waktu yang berbeda. (Reliabilitas merupakan milik dari satu set nilai tes bukan milik tes itu sendiri). 
  • menunjukkan skor yang tidak jauh berbeda, apabila dua buah tes dilakukan pada jarak waktu yang berbeda. 
  • dapat dinyatakan untuk dua atau lebih pengukuran independen, yang diperoleh dari tes yang sama untuk setiap anggota kelompok.


Metode Pengujian Reliabilitas Instrumen. Terdapat tiga metode yang biasa digunakan untuk mengestimasi reliabilitas suatu alat penilaian (tes dan non tes), yaitu :

1. Tes Tunggal (Single Test).
Tes tunggal merupakan suatu metode tes yang terdiri dari satu perangkat (satu set) yang diberikan terhadap sekelompok subyek dalam satu kali pelaksanaan. Dengan demikian hasil tes ini hanya terdapat satu kelompok data berupa skor hasil tes. Ada bermacam-macam teknik yang bisa digunakan untuk menentukan reliabilitas jenis tes tunggal ini.

2. Tes Ulang (Test Re-test Estimate Reliabelity).
Tes ulang merupakan suatu metode tes yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana suatu pengukuran dapat diandalkan. Metode tes ulang merupakan pemberian perangkat tes yang sama terhadap sekelompok subyek sebanyak dua kali dengan selang waktu yang berbeda. Asumsinya adalah bahwa skor yang dihasilkan oleh tes yang sama akan menghasilkan skor tampak yang relatif sama.

Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengukuran reliabilitas tes ulang adalah : 
  • jangka waktu antara kedua pengambilan penilaian.
  • stabilitas yang diharapkan dari kinerja yang diukur. 

Uji ini dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pengukuran pertama dan pengukuran ulangnya. Kedua pengukuran dapat dilakukan oleh orang yang sama atau berbeda, hanya saja dalam pengukuran yang kedua, perlu diatur sehingga keadaan yang diukur harus benar-benar sama. Selanjutnya hasil pengukuran yang pertama dan yang kedua dikorelasikan, dan hasilnya menunjukkan reliabilitas dari tes yang dilakukan.

Estimasi reliabilitas dengan pendekatan tes ulang akan menghasilkan koefisien reliabilitas, yang mengindikasikan adanya stabilitas skor yang didapatkan oleh subyek, yang merefleksikan adanya proses reproduksi skor. Skor disebut stabil bila skor yang didapat pada suatu waktu dan pada waktu yang lain hasilnya relatif sama. Makna lain reliabilitas dalam terminologi stabilitas adalah subyek yang dikenai pengukuran akan menempati ranking yang relatif sama pada testing yang terpisah dengan alat tes yang ekuivalen.

Untuk memperoleh koefisien reliabilitas melalui pendekatan tes ulang dapat dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi linier antara distribusi skor subyek pada pemberian tes pertama dengan skor subjek pada pemberian tes kedua.

Kelemahan dari metode tes ulang adalah :
  • hanya dapat diterapkan pada tes yang mengukur konstruk yang bersifat cenderung ajeg, misalnya kepribadian. 
  • estimasi reliabilitas akan dipengaruhi oleh adanya carry over effect. Maksudnya, jika jarak pengetesan pertama dan kedua sangat dekat, maka subyek akan cenderung mengingat jawaban yang diberikan pada pengetesan pertama. Ini membuat makin besarnya kemungkinan subyek akan memberikan jawaban pada pengetesan kedua yang cenderung sama dengan jawaban yang diberikan pada pengetesan pertama.Hal ini akan menyebabkan overestimasi reliabilitas, tes terkesan/terlihat lebih reliabel daripada yang sebenarnya. 
  • estimasi reliabilitas juga dipengaruhi adanya practice effect. Ini terjadi ketika subyek, dalam rentang waktu antara tes pertama dan kedua, belajar atau berlatih untuk meningkatkan kapasitasnya, ini terjadi khususnya dalam estimasi reliabilitas tes performansi maksimal seperti tes prestasi. Practice effect akan menyebabkan underestimasi reliabilitas, tes terkesan tidak ajeg karena adanya pembelajaran, sehingga hasil tes kedua akan cenderung lebih baik dari hasil tes pertama.

3. Tes Ekuivalen (Paralel Form and Alternative Form Reliability Estimate).
Pengujian reliabilitas  dengan metode ekuivalen dilakukan dengan cara mencobakan dua instrument yang ekuivalen kepada responden yang sama dan waktu yang sama. Pengujian reliabilitas instrument dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrument. Setelah itu dikorelasikan pada pengujian kedua dan selanjutnya dikorelasikan silang. Jika dengan dua kali pengujian dalam waktu yang berbeda maka akan dapat dianalisis keenam koefesien reliabilitas. Bila keenam koefesien korelasi itu semuanya positif dan signifikan maka dapat dinyatakan bahwa instrument tersebut reliable.

Reliabilitas instrument dihitung dengan cara mengkorelasikan antara data instrument yang satu dengan data instrument yang dijadikan ekuivalen. Bila korelasi positif dan signifikan, maka instrument dapat dinyatakan reliable. Kelemahan dari metode tes ekuivalen adalah :
  • pengetes pekerjaannya berat karena harus menyusun dua seri tes. 
  • membutuhkan waktu yang lama untuk mencobakan dua kali tes.

L.S. Feldt dan R.L. Brennan, dalam "Reliability Educational Measurement", menyebutkan bahwa pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai alat statistik. Berdasarkan sejarah, reliabilitas sebuah instrumen dapat dihitung melalui dua cara yaitu :
  • kesalahan baku pengukuran, merupakan rangkuman inkonsistensi peserta tes dalam unit-unit skala skor. 
  • koefisien reliabilitas, merupakan kuantifikasi reliabilitas dengan merangkum konsistensi (atau inkonsistensi) diantara beberapa kesalahan pengukuran.

Sedangkan H. Michael Walizer dan Paul L. Wiener, dalam "Metode dan Analisis Penelitian : Mencari Hubungan", menyebutkan bahwa terdapat dua cara yang umum digunakan untuk mengukur reliabilitas, yaitu :

1. Reliabilitas Stabilitas
Reliabilitas stabilitas berkaitan dengan usaha untuk memperoleh nilai yang sama atau serupa untuk setiap orang atau setiap unit, dengan waktu pengukuran dilakukan setiap saat yang diinginkan. Reliabilitas ini menyangkut penggunaan indikator yang sama, definisi operasional, prosedur pengumpulan data setiap saat, dan mengukurnya pada waktu yang berbeda. Untuk dapat memperoleh reliabilitas stabilitas, setiap kali unit diukur skornya haruslah sama atau hampir sama.

2. Reliabilitas Ekivalen
Reliabilitas ekivalen berkaitan dengan usaha untuk memperoleh nilai relatif yang sama dengan jenis ukuran yang berbeda pada waktu yang sama. Definisi konseptual yang dipakai sama tetapi dengan satu atau lebih indikator yang berbeda. 

Menguji reliabilitas dengan menggunakan ukuran ekivalen pada waktu yang sama bisa menggunakan beberapa bentuk. Bentuk yang paling umum digunakan adalah teknik belah-tengah. Cara ini seringkali dipakai dalam survai. Apabila satu rangkaian pertanyaan yang mengukur satu variabel dimasukkan dalam kuesioner, maka pertanyaan-pertanyaan tersebut dibagi dua bagian persis lewat cara tertentu. Pengacakan atau pengubahan sering digunakan untuk teknik belah tengah ini. Hasil masing-masing bagian pertanyaan diringkas ke dalam skor, lalu skor masing-masing bagian tersebut dibandingkan. Apabila kedua skor itu relatif sama, dicapailah reliabilitas belah tengah.


Faktor yang Mempengaruhi Reliabilitas. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi reliabilitas, diantaranya adalah :
  • jumlah butir soal. Banyaknya soal pada suatu instrumen ikut mempengaruhi derajat reliabilitasnya. Semakin banyaknya soal-soal maka tes yang bersangkutan cenderung semakin menjadi reliabel. 
  • homogenitas soal tes. Soal yang memiliki homogenitas tinggi cenderung mengarah pada tingginya tingkat realibilitas. Dua buah tes yang sama jumlah butir-butirnya akan tetapi berbeda isinya, misalnya yang satu mengukur tentang pengetahuan kebahasaan dan yang satunya tentang kemampuan fisika, akan menghasilkan tingkat reliabilitas yang berbeda. Tes fisika cenderung menghasilkan tingkat reliabilitas yang lebih tinggi daripada tes kebahasaan karena dari segi isi kemampuan menyelesaikan soal fisika lebih homogen daripada pengetahuan kebahasaan. 
  • waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tes. Semakin terbatasnya waktu dalam pengerjaan tes maka akan mendorong tes untuk memiliki reliabilitas yang tinggi.
  • keseragaman kondisi pada saat tes diberikan. Kondisi pelaksanaan tes yang semakin seraga akan memunculkan reliabilitas yang makin tinggi. 
  • kecocokan tingkat kesukaran terhadap peserta tes. Bahwa soal-soal dengan tingkat kesukaran sedang cenderung lebih reliabel dibandingkan dengan soal-soal yang sangat sukar atau sangat mudah. 
  • heterogenitas kelompok. Semakin heterogen suatu kelompok dalam pengerjaan suatu tes maka tes tersebut cenderung untuk menunjukkan tingkat reliabilitas yang tinggi. 
  • motivasi individu. Motivasi masing-masing individu dalam mengerjakan suatu instrumen akan mampu mempengaruhi reliabilitas. Perbedaan motiviasi antar individu dalam kelompok akan menimbulkan kesalahan acak pada pengukurannya karena individu yang tidak memiliki motivasi tidak akan mengerjakan instrumen tersebut dengan sungguh-sungguh sehingga jawaban yang diberikan tidak akan mencerminkan kenyataan yang sebenarnya. 
  • variabilitas skor. Instrumen yang menghasilkan rentangan skor yang lebih luas atau lebih tinggi variabilitasnya, akan memiliki tingkat reliabilitas yang lebih tinggi daripada menghasilkan rentangan skor yang lebih sempit , seperti bentuk pilihan ganda cenderung menghasilkan tingkat reliabilitas yang lebih tinggi daripada bentuk benar-salah.


Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian reliabilitas, karakteristik dan metode pengujian reliabilitas, serta faktor yang dapat mempengaruhi reliabilitas dalam penelitian .

Semoga bermanfaat.