Komunikasi politik merupakan bagian obyek dari kajian ilmu politik dan ilmu komunikasi, karena pesan-pesan yang diungkapkan dalam proses komunikasi bercirikan politik yaitu berkaitan dengan kekuasaan politik negara, pemerintah dan juga aktivitas komunikator dalam kedudukan sebagai pelaku kegiatan politik. Komunikasi politik juga menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan peran komunikasi di dalam proses politik. Semua aktivitas komunikasi, verbal dan non verbal, yang berada dalam proses atau kegiatan politik merupakan komunikasi politik.
- ilmuwan politik berpendapat bahwa komunikasi politik sebagai bahasan yang menekankan pada sistem politiknya dengan ditinjau dari proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan otoritatif.
- ilmuwan komunikasi berpendapat bahwa komunikasi politik meliputi unsur-unsur untuk merumuskan suatu komunikasi politik yang efektif.
Pendekatan Teoritik dalam Komunikasi Politik. Terdapat beberapa pendekatan yang berperan penting dalam perkembangan komunikasi politik. Pendekatan-pendekatan dimaksud adalah :
- Pendekatan Fungsional. Pendekatan fungsional merupakan kajian dari komunikasi politik yang lebih mengarah pada peran maupun fungsi komunikasi politik itu sendiri. Pendekatan fungsional berorientasi pada dampak dan pengaruh komunikasi politik terhadap penerima pesan, yang dipengaruhi juga oleh peran media massa sebagai salah satu alat komunikasi yang efektif.
- Pendekatan Postmoderism. Pendekatan postmoderism merupakan pendekatan yang mengarah pada adanya peran budaya dalam komunikasi politik, yang disesuaikan dengan perkembangan jaman yang semakin maju.
- Pendekatan Dramaturgi. Pendekatan dramaturgi merupakan pendekatan yang berkaitan dengan konsep pertunjukan, di mana komunikator akan lebih cenderung menyembunyikan sosok diri yang ideal, dan akan lebih memperkuat sosok yang diidealisasikan sesuai dengan citra dirinya. Pendekatan dramaturgi sering dipahami bahwa komunikasi politik akan menyesuaikan dengan kondisi atau situasi yang berlangsung.
- Pendekatan Konstruktivisme. Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan yang berpandangan bahwa setiap orang dalam menilai dunia sekitar akan didasarkan pada kategori-kategori dan perbedaan-perbedaan yang berbeda-beda. Pendekatan ini tidak jauh dari pengaruh media massa, yang memberikan pengaruh pada proses, dampak, dan juga hasil dari komunikasi politik yang berlangsung.
- Pendekatan Linguistik. Pendekatan linguistik merupakan pendekatan yang berhubungan erat dengan adanya peran bahasa di dalam komunikasi politik. Menurut pendekatan ini, bahasa sangat menentukan cara berfikir, di mana nantinya cara berfikir tersebut yang mengarahkan pada cara bersifat dan bertindak dalam komunikasi politik.
- Pendekatan Organisasional atau Institusional. Pendekatan ini dipahami bahwa setiap cabang-cabang kekuasaan pemerintahan maupun pranata sosial dalam masyarakat dapat dikaji melalui sudut pandang komunikasi politik. Cabang-cabang kekuasaan pemerintah tersebut memiliki posisi di dalam wilayah suprastruktur politik dan juga pranata sosial di dalam wilayah infrastruktur politik.
- Pendekatan Framing. Pendekatan framing merupakan pendekatan yang membantu setiap individu untuk menggambarkan realisasi yang terjadi, termasuk mengenai proses komunikasi politik yang berlangsung di dalamnya. Pendekatan ini digunakan untuk mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan juga wacana di dalam mengapresiasikan realitas yang berlangsung.
- Pendekatan Agenda Setting. Pendekatan agenda setting merupakan pendekatan yang menitik-beratkan pada efek media. Dalam pendekatan ini isu-isu yang dianggap penting oleh media akan cenderung berpengaruh pula terhadap isu-isu yang dianggap penting oleh masyarakat atau khalayak. Dalam pendekatan agenda setting terdapat dua variabel yang digunakan yaitu variabel agenda media dengan metode analisis kuantitatif dan variabel publik dengan metode survei.
Teori Komunikasi Politik. Komunikasi politik merupakan bagian dari kajian ilmu politik, yang menimbulkan beberapa teori komunikasi politik. Beberapa teori komunikasi politik tersebut adalah sebagai berikut :
1. Teori Jarum Suntik (Hypodermic Needle Theory).
Teori jarum suntik dikenal juga dengan nama teori sabuk transmisi (transmission helft theory) atau teori peluru (the bullet theory of communication). Teori ini mengasumsikan bahwa khalayak tidak berdaya, dan media massa perkasa. Menurut teori ini komunikasi politik selalu memandang bahwa pesan politik apapun yang disampaikan kepada khalayak, pasti akan menimbulkan efek positif berupa citra yang baik, penerimaan atau dukungan. Peran media massa dalam teori ini sangat dipentingkan. Tokoh yang dikenal sebagai penganut teori jarum suntik adalah Wilbur Schramm, Everett M. Rogers, dan F. Shoemaker.
2. Teori Khalayak Kepala Batu (Obstinate Audience Theory).
Teori khalayak kepada batu muncul sebagai kritik terhadap teori jarum suntik. Teori ini mengasumsikan bahwa khalayak sangat berdaya dan tidak pasif dalam komunikasi politik. Khalayak mempunyai daya tangkal dan daya serap terhadap semua terpaan pesan yang sampai kepada mereka. Menurut teori ini komunikasi merupakan transaksi, pesan yang masuk akan disaring, diseleksi, kemudian diterima atau ditolak melalui filter konseptual. Fokus pengalamannya terutama kepada khalayak (komunikan). Teori khalayak kepala batu didukung oleh model uses and gratification (guna dan kepuasaan) yang dipelopori oleh Elihu Katz, Jay G. Blumler, dan Michael Gurevitch. Model uses and gratification beranggapan bahwa manusia merupakan makhluk yang easional, aktif, dinamis, dan selektif terhadap semua pengaruh dari luar dirinya. Tokoh yang dikenal sebagai penganut teori khalayak kepala batu adalah L.A. Richard dan Raymond Bauer.
3. Teori Empati dan Teori Homofili.
Teori ini berpandangan bahwa komunikasi politik akan sukses bila berhasil memproyeksi diri ke dalam susut pandang orang lain (empati) dan didasarkan oleh kesamaan atau homofili. Oleh karena didasarkan oleh kesamaan maka menurut teori ini, komunikasi yang terjadi akan lebih efektif dan lancar dari pada yang berdasarkan ketidaksamaan baik derajat, usia, agama, ras, ideologi, visi dan misi, doktrin politik, dan lain sebagainya. Tokoh yang dikenal sebagai penganut teori empati dan teori homofili adalah Berlo, Daniel Lorner, dan Evert M. Rogers.
4. Teori Media Kritis.
Teori ini berasumsi bahwa media massa merupakan produk yang dipengaruhi oleh politik, ekonomi, kebudayaan, dan sejarah. Fokus kajian dari teori ini adalah fungsi-fungsi apa yang harus dilakukan oleh media massa di dalam masyarakat. Teori media kritis beranggapan bahwa tekanan bukan pada efek komunikasi kepada khalayak, tetapi lebih memusatkan perhatian kepada siapa yang mengontrol atau mengendalikan komunikasi massa atau media massa. Teori ini berpendapat bahwa siapa yang menguasai dan mengendalikan informasi dan komunikasi akan dapat mengendalikan dan menguasai dunia. Tokoh yang dikenal sebagai penganut teori media kritis adalah Adorno, Horkheimer, dan Alvin Toffler.
5. Teori Kebutuhan.
Menurut teori ini manusia memiliki tingkatan kebutuhan psikologis, kasih sayang, rasa aman, penghargaan, dan aktualisasi diri yang harus dipenuhi. Kebutuhan tersebut bergantung pada kepribadian yang diperoleh orang tersebut sedari usia dini. Manusia cenderung mendahulukan terpenuhinya kebutuhan pokok baik secara fisik maupun sosial. Setelah semua kebutuhan pokok terpenuhi, manusia akan berbalik pada politik.
6. Teori Kegunaan dan Kepuasaan (Uses and Gratification Theory).
Teori ini menitik-beratkan pada perilaku individu dalam menggunakan media untuk mendapatkan kepuasan atas kebutuhan. Penentu pemilihan pesan dan media didasarkan pada sikap dan perilaku masyarakat, seperti : apa yang dilakukan orang terhadap media, bagaimana cara mereka menggunakan media untuk mencari informasi, bagaimana selera masyarakat, dan lain sebagainya.
7. Teori Psikoanalitik.
Teori ini berpendapat bahwa kepribadian seseorang sangat berpengaruh terhadap perilaku dan pembelajaran politik seseorang tersebut. Ada dua varian dalam teori psikoanalitik yaitu personal dan intrapersonal.
- Personal menekankan pada kepribadian dalam diri, bahwa manusia bertindak berdasarkan motif dalam pikiran sadar dan bawah sadarnya.
- Intrapersonal menekankan pada pandangan bahwa manusia memerlukan pemenuhan kebutuhan dalam berhubungan dengan orang lain.
8. Teori Sifat.
Teori ini berpendapat bahwa setiap manusia memiliki sifat yang unik dan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, dan politik merupakan refleksi dari sifat individu tersebut. Menurut teori ini setiap orang dapat dibedakan dan dibandingkan berdasarkan skala sifat mereka. Fokus dari teori ini adalah pada kecenderungan berdasarkan sifat yang menentukan perilaku seseorang.
9. Teori Informasi dan Non Verbal.
Teori ini berpandangan bahwa komunikasi politik merupakan semua hal yang harus dianalisis sebagai tindakan politik (bukan pesan) yang mengandung alternatif. Tindakan politik adalah komunikasi politik non verbal tanpa menggunakan kata dan bicara, tetapi berwujud tindakan dan peristiwa. Sesuai dengan paradigma bahwa bertindak sama dengan berkomunikasi, maka informasi diartikan sebagai pengelompokan peristiwa-peristiwa dengan fungsi untuk menghilangkan ketidak-pastian, bertindak juga merupakan sebuah informasi yang mudah diprediksi berdasarkan pola peristiwa dari waktu ke waktu.
10. Teori Tipe.
Teori ini berpendapat bahwa manusia diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori berdasarkan karakteristik dominan yang ada pada dirinya. Terdapat lima tipe golongan yang diklasifikasikan berdasarkan pengaruh orang tua, yaitu :
- inaktif.
- konvensionalis.
- konstruktivis.
- aktivis.
- didorong atau tidak digunakan.
Seperti halnya teori sifat, teori tipe juga membahas mengenai perilaku individu, namun fokus pada teori tipe adalah konfigurasi perilaku individu, yang membedakannya dengan individu lainnya.
11. Teori Fenomelogis.
Teori ini berpendapat bahwa peran kepribadian politik seseorang akan lebih dapat dipahami dengan melukiskan peranan langsung orang tersebut. Fokus penelitian pada teori ini adalah mengenai bagaimana seseorang menanggapi suatu obyek berdasarkan cara seseorang mengalami dunia secara subyektif (perasaan, sensasi, dan fantasi).
12. Teori Lingkar Kesunyian (Spiral of Silence Theory).
Teori ini berpendapat bahwa dibalik kekuatan media yang dapat menciptakan opini publik, akan memunculkan opini yang tidak sejalan dengan opini publik tersebut, yaitu opini yang berkembang secara tersembunyi dan bersifat laten. Opini tersebut berkembang dalam lingkar keheningan, di tingkat bawah yang tidak terlihat dari permukaan.
13. Teori Penanaman (Cultivation Theory).
Teori ini berpendapat bahwa media, terutama televisi sangat hebat dalam menanamkan sesuatu dalam jiwa penonton, yang akan berimbas pada sikap dan perilaku orang tersebut. Implementasi teori ini banyak dilakukan dalam politik.
14. Teori Perubahan.
Teori ini menekankan pada proses mental yang terlibat pada diri individu yang menerangkan perubahan yang terjadi pada pemikiran awal seseorang. Perubahan tersebut terjadi ketika seseorang belajar sosial. Teori belajar sosial merupakan teori mengenai bagaimana cara seseorang memperoleh kepercayaan, nilai, dan lain-lain dari pengalamannya dengan orang, obyek, atau peristiwa tertentu.
15 Teori Adopsi.
Teori ini berfokus pada perhatian manusia terhadap bagaimana pikiran, perasaan, gagasan, dan kecenderungan seseorang diperoleh. Perhatian tersebut diadopsi dengan cara belajar sosial.
Pendekatan-pendekatan teoritik dan teori komunikasi politik tersebut berperan penting dalam perkembangan komunikasi politik itu sendiri.
Demikian penjelasan berkaitan dengan pendekatan teoritik dan teori komunikasi politik.
Semoga bermanfaat.