Mediasi Semiotik

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Teori strukturalisme genetik menyebutkan bahwa karya sastra adalah sebuah struktur yang merupakan produk dari proses sejarah yang terus berlangsung, proses strukturasi dan destrukturasi yang hidup dan dihayati oleh masyarakat asal karya sastra yang bersangkutan. Teori tersebut mengukuhkan adanya hubungan antara sastra dengan masyarakat melalui pandangan dunia atau ideologi yang diekspresikannya.

Menurut beberapa ahli, teori strukturalisme genetik terlalu sederhana untuk memahami dan menjelaskan fenomena sosial sastra, misalnya :
  • Swingewood, mengisyaratkan perlunya pemahaman mengenai tradisi sastra sebagai salah satu mediasi yang menjembatani hubungan antara sastra dengan masyarakat tersebut.
  • Wolff, mengisyaratkan perlunya mempertimbangkan formasi sosial yang diluar batas kelas sebagai mediasi dari hubungan antara sastra dengan masyarakat tersebut. Wolff juga mengemukakan adanya kemungkinan mediasi kondisi-kondisi produk estetik, yaitu kondisi yang mengelilingi produksi kultural yang di dalamnya antara lain termasuk kondisi teknologis dan institusional serta kondisi sosial dalam produksi seni.

Mediasi semiotik, secara general semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan obyek-obyek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda, yaitu sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Sedangkan konvensi yang memungkinkan suatu obyek, peristiwa, atau suatu gejala kebudayaan menjadi tanda disebut juga sebagai kode sosial. 

Ada banyak pendapat mengenai kesusasteraan sebagai gejala semiotik. Beberapa pendapat mengenai kesusasteraan tersebut misalnya dari :
  • Propp, menentukan unit-unit karya sastra dari segi struktural semiotik atas dasar kapasitas dari onyek-obyek atau peristiwa-peristiwa yang ada di dalam karya sastra untuk menentukan secara kausal kemunculan obyek-obyek atau peristiwa-peristiwa yang lain.
  • Greimas, membagi kesusasteraan menjadi tiga level atas dasar model linguistik, yaitu level fonemik, sintaktik, dan semantik. Di dalam setiap level terdapat unit-unit yang ditentukan atas dasar hubungan pasangan oposisional yang bersifat formal bukan substansional.
  • Todorov, membagi karya sastra menjadi tiga level atas dasar model linguistik, bedanya dengan Greima adalah bahwa menurut Todorov  unit-unit dalam setiap level ditentukan atas dasar urutan logis dan kronologisnya.
Dari pendapat beberapa ahli tersebut, tampaklah bahwa perbedaan dari pendapat mereka terletak pada segmentasi unit-unitnya dan gagasan mengenai hubungan antar unit-unit tersebut.

Satu hal yang perlu menjadi pegangan untuk menentukan teori semiotik kesusasteraan yang mana yang dapat terintegrasi secara koheren ke dalam sosiologi sastra adalah bahwa di dalam aktivitas kesusasteraan selalu terdapat seperangkat aturan, konvensi-konvensi, atau kode-kode, yang menentukan sejauh mana suatu obyek, ekspresi verbal tertentu, dapat dianggap sebagai karya kesusasteraan pada umumnya, atau sebagai karya yang baik atau yang buruk pada khususnya.

Aturan-aturan, konvensi-konvensi, atau kode-kode tersebut di atas, setidaknya mempunyai empat kemungkinan hubungan dengan struktural sosial  yang di dalamnya karya sastra yang bersangkutan muncul. Keempat kemungkinan hubungan itu adalah hubungan kelembagaan, hubungan pemodelan, reduksionis, dan hubungan interpretatif.

Semoga bermanfaat.