Perkembangan manusia tersusun dari tingkat primitif sampai moderen. Dengan adanya ilmu
paleontologi yang merupakan pengetahuan tentang manusia purba, maka pemikiran tentang sejarah perkembangan manusia semakin berkembang dengan pesat untuk mencoba memberikan jawaban atas pemikiran Charles Darwin tentang adanya the missing link.
gambar : artikelbagus.com |
- Protoantropik sebagai awal manusia.
- Paleontropik sebagai manusia purba.
- Neontropik sebagai manusia baru.
Salah satu pendapat yang berkembang menyebutkan bahwa benua Afrika merupakan tempat asal manusia. Temuan fosil manusia purba pada tingkatan Protoantropik di Afrika yang terkenal adalah :
- Australopithecus Africanus, yang artinya kera selatan dari Afrika.
- Pleisiadapis, yang merupakan fosil prosimian yang sangat primitif dan masih bercakar.
- Paranthropus, yang disinonomkan dengan Australopithecus robustus yaitu kera selatan yang besar.
Temuan fosil manusia purba pada tingkatan Protoantropik di Jawa yang terkenal adalah :
- Pithecanthropus Erectus, yang artinya manusia kera berjalan tegak yang ditemukan oleh Dr. Eugene Dubois pada tahun 1891, di desa Trinil Jawa Tengah. Nama Pithecanthropus Erectus diberikan atas dasar perbedaan rongga tengkorak antara manusia sekarang dengan kera, sekitar 930 cc, dan paha kiri yang sudah agak besar yang memberikan petunjuk bahwa ia sudah berjalan dengan tegak.
Temuan fosil manusia purba pada tingkatan Protoantropik di China yang terkenal adalah :
- Fosil manusia purba di goa Chou Kou Tien yang terletak di sebelah barat daya Beijing, yang ditemukan Devidson Black, pada tahun 1927, Karena banyaknya jumlah fosil tulang yang ditemukan, sehingga goa tersebut dikenal sebagai Dragon Bone Hill. Selain dari fosil tulang belulang manusia purba, ditemukan juga peralatan berburu dan memasak. Diperkirakan mereka berasal dari Jaman Pleistocenum tengah.
2. Palaeontropik.
Temuan fosil manusia purba pada tingkatan Palaeontropik di Afrika yang terkenal adalah :
- Homo Rhodisiensis, yaitu manusia dari Rhodesia, pada tahun 1921. Volume tengkoraknya sekitar 1.300 cc, muka dan lehernya panjang, lobang mata tinggi dan sempit, giginya mempunyai tipe seperti manusia modern, dari tulang kaki diperkirakan mereka sudah dapat berjalan dengan tegak.
- Africanus Nyarasiensis, yaitu manusia Afrika dari Nyarasa. Diperkirakan manusia ini hidup pada jaman Pleistocen tengah.
Temuan fosil manusia purba pada tingkatan Palaeontropik di Jawa yang terkenal adalah :
- Homo Soloensis, yaitu manusia dari Solo, yang ditemukan oleh Oppenoorth, pada tahun 1931, di desa Ngandong tepi sungai Bengawan Solo. Dari fosil tulang tengkorak tersebut terlihat mempunyai dahi hampir rata dengan kepala bagian depan, tulang rahang bawah yang besar, dan tidak mempunyai dagu. Diperkirakan Homo Soloensis ini hidup dari jaman Pleistocen atas.
- Homo Wajakensis, yaitu manusia dari Wajak, yang ditemukan oleh Dr. E. Dubois, pada tahun 1890, di desa Wajak di tepi sungai Berantas Tulungagung. Kapasitas tengkorak (carnial) antara 1.550 - 1650 cc. Dari tulang-tulang yang ditemukan, muncul teori bahwa Homo Wajakensis merupakan emigran dari daratan Asia, yaitu bangsa Wedoid, yang kemudian terus beremigrasi ke Australia dan merupakan penduduk asli Australia (Aborigin), yaitu manusia Talgai dan manusia Keilor. Teori lain menyebutkan, bahwa ada garis hubungan langsung dari Pithecanthropus Erectus menuju Homo Soloensi, Homo Wajakensis, ke manusia Talgai dan Keilor menjadi manusia Australia (Aborigin) yang sekarang. Sedangkan teori lain yang berkembang adalah Australoid yang sekarang adalah keturunan langsung dari Pithecanthropus Erectus.
Temuan fosil manusia purba pada tingkat Palaeontropik di Eropa yang terkenal adalah :
- Homo Heidelbergensis, yaitu manusia dari Heidelberg, yang ditemukan oleh Dr. Otto Schoetensach pada tahun 1907. Tulang rahangnya jauh lebih besar daripada yang dimiliki manusia modern, dagunya lebih menyerupai milik manusia daripada kera, dan giginya sudah seperti gigi manusia sekarang. Banyak teori yang menyebutkan bahwa Homo Heidelbergensis lebih dekat pada manusia moderen daripada Pithecanthropus Erectus atau Sinantropus Pekinesis. Juga dikatakan ada kemungkinan Heidelbergensis adalah nenek moyang Homo Neanderthalensis.
- Homo Neanderthalensis, yaitu manusia dari Neanderthal, yang fosil tulang belulangnya banyak di temukan di Gibraltar dan Dusseldorf. Pada tahun 1906, Prof. Sollas menamai fosil-fosil tersebut dengan Homo Neanderthalensis. Ciri-ciri Homo Neanderthalensis adalah bentuk badannya pendek, tulang pahanya melengkung ke muka seperti pada kera, tengkorak kepalanya besar dan berat, raut muka panjang dengan hidung pesek dan lehernya pendek. Tulang-tulang rahang atas menyolok dan tulang rahang bawah berat dan tampak kuat. Tulang dagunya tidak berkembang penuh, tangannya relatif pendek dan sangat kuat. Ukurannya sudah menyerupai manusia. Menurut Prof. Weidenreich, Homo Neanderthalensis merupakan nenek moyang langsung Homo Sapiens.
3. Neontropik.
Neontropik yang berarti manusia baru. Berasal dari jaman Pleistocenum atas, belum termasuk sebagai Homo Sapiens yang berasal dari jaman Homolenum awal. Temuan fosil manusia purba pada tingkatan Neontropik yang terkenal adalah :
- Homo Cromagnonsis, yaitu manusia dari Cromagnon, yang ditemukan di daerah Perancis Selatan pada tahun 1868. Ciri-ciri Homo Cromagnonsis adalah volume tengkoraknya 1.600 cc, bentuk tengkoraknya panjang, tulang dahinya sama tingginya dengan dahi manusia modern. Lututnya masih bengkok ke depan bila berjalan. Lengan bawah jauh lebih panjang dibandingkan dengan lengan atas. Banyak anggapan bahwa Homo Cromagnonsis adalah nenek moyang dari ras Caucasoid.
- Homo Grimaldinensis, yaitu manusia dari Grimaldi (pantai Riviera). Ciri-ciri fisik hampir sama dengan Homo Cromagnonsis. Volume tengkorak untu yang pria adalah 1.265 cc dan yang perenpuan 1.454 cc. Pada grimaldi lebih banyak sifat-sifat Negro daripada Cromagnon.
Demikian penjelasan berkaitan dengan sejarah perkembangan manusia. Tulisan tersebut bersumber dari buku Ilmu Alamiah Dasar, karangan Dr. H. Nizamuddin dan Drs. Supartono Widyosiswoyo.
Semoga bermanfaat.