Resistensi Antimikroba : Pengertian, Dampak, Dan Penyebab Resistensi Antimikroba, Serta Cara Mencegah Terjadinya Resistensi Antimikroba

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Pengertian Resistensi Antimikroba. Pemberian antimikroba (antibiotik) merupakan suatu pengobatan yang ditentukan oleh pengetahuan dan kepatuhan dalam menjalankan terapi pengobatan. Istilah antibiotik atau antimikroba dipilih untuk merepresentasikan cakupan obat yang lebih luas. Golongan antimikroba mencakup obat-obat antibiotik (untuk membunuh bakteri), antivirus, antiparasit, dan antijamur.

Antimikorba adalah
zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat atau kemampuan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman sedangkan toksisitas terhadap manusia relatif kecil. Lud Waluyo, dalam “Mikrobiologi Umum”, menyebutkan bahwa antimikroba adalah suatu zat-zat kimia yang diperoleh atau dibentuk dan dihasilkan oleh mikroorganisme, zat tersebut mempunyai daya penghambat aktivitas mikororganisme lain meskipun dalam jumlah sedikit.

Lebih lanjut, Lud Waluyo menjelaskan bahwa beberapa sifat yang perlu dimiliki oleh zat antimikroba adalah sebagai berikut :
  • menghambat atau membunuh mikroba patogen tanpa merusak hospes (inang), yaitu antimikroba dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan mikroba bahkan menghentikan pertumbuhan bakteri atau membunuh namun tidak berpengaruh atau merusak pada hospes.
  • bersifat bakterisida dan bukan bakteriostatik, yaitu antimikroba baiknya bersifat bakterisida atau bersifat menghentikan laju pertumbuhan atau membunuh mikroba bukan bakteriostatik yang hanya menghambat laju pertumbuhan mikroba.
  • tidak menyebabkan resistensi pada kuman atau mikorba, yaitu antimikroba tidak akan menimbulkan kekebalan kepada mikroba sehingga antimikorba tidak dapat digunakan untuk menghentikan pertumbuhan mikroba patogen lagi.
  • berspektrum luas, yaitu antimikroba efektif digunakan untuk berbagai spesies bakteri, baik bakteri kokus, basil, dan spiral.
  • tidak menimbulkan alergenik atau menimbulkan efek samping bila digunakan dalam jangka waktu lama, yaitu antimikroba yang digunakan sebagai obat tidak menimbulkan efek samping kepada pemakai jika digunakan dalam jangka waktu lama.
  • zat antimikroba tetap aktif dalam plasma, cairan tubuh atau eskudat, antimikroba yang berada dalam plasma atau cairan tubuh tetap bersifat aktif dan tidak dalam keadaan berhenti tumbuh atau dormansi.
  • zat antimikroba dapat larut dalam air dan stabil, antimikroba dapat larut dan menyatu dalam air.

Sedangkan, “resistensi” secara umum dapat diartikan sebagai tindakan melawan sesuatu yang menyerang atau menolak untuk menerima sesuatu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), resistensi diartikan dengan ketahanan. Dalam dunia medis, resistensi merupakan daya tahan alami tubuh terhadap pengaruh buruk, seperti : racun dan kuman.


Berdasarkan hal tersebut, resistensi antimikroba berarti tidak terhambatnya pertumbuhan bakteri dengan pemberian antibiotik secara sistemik dengan dosis normal yang seharusnya atau kadar hambat minimalnya. Resistensi antimikroba adalah keadaan saat bakteri, virus, jamur, dan parasit mengalami perubahan seiring dengan waktu, sehingga tidak lagi merespons obat-obatan yang dirancang untuk membunuh mikroba-mikroba tersebut.

Baca juga : Karantina Kesehatan

Dampak Resistensi Antimikroba. Resistensi antimikroba meminbulkan beberapa dampak, diantaranya adalah :
  • penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang gagal berespon terhadap pengobatan mengakibatkan perpanjangan penyakit (prolonged illness).
  • meningkatnya resiko kematian (greater risk of death).
  • semakin lamanya masa rawat inap di rumah sakit (length of stay). Ketika respon terhadap pengobatan menjadi lambat bahkan gagal, pasien menjadi infeksius untuk beberapa waktu yang lama (carrier).


Penyebab Terjadinya Resistensi Antimikroba. Resistensi antimikroba terjadi ketika mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit mengalami perubahan sehingga obat-obatan yang digunakan untuk menyembuhkan infeksi yang ditimbulkan mikroorganisme tersebut menjadi tidak efektif karena mikroorganisme semakin sukar untuk disembuhkan. Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya resistensi antimikroba, diantaranya adalah :
  • penggunaan antimikroba (termasuk antibiotik) yang kurang tepat (irrasional), seperti : terlau singkat, dosis yang terlalu rendah, diagnose awal yang salah, dan lain sebagainya.
  • hal yang berhubungan dengan pasien, misalnya : pasien dengan pengetahuan yang salah akan cenderung menganggap wajib diberikan antibiotik dalam penanganan penyakit meskipun disebabkan oleh virus.
  • pe-resep-an dalam jumlah besar meningkatkan pengeluaran perawatan kesehatan yang tidak perlu dan seleksi resistensi terhadap obat-obatan baru.
  • penggunaan monoterapi, dibandingkan dengan penggunaan terapi kombinasi, penggunaan monoterapi lebih mudah menimbulkan resistensi.
  • penggunaan di rumah sakit, adanya infeksi endemik atau epidemik memicu penggunaan antibiotika yang lebih massif pada bangsal- bangsal rawat inap terutama diruang ICU (intensive care unit).
  • penelitian, kurangnya penelitian yang dilakukan para ahli untuk menemukan antibiotika baru.
  • pengawasan, lemahnya pengawasan yang dilakukan pemerintah dalam distribusi dan pemakaian antibiotika.

E. Jawetz, J.L. Melnick, dan E.A. Adelberg, dalam “Medical Microbiology”, menjelaskan bahwa timbulnya resistensi antimikroba terjadi berdasarkan salah satu atau lebih dari mekanisme berikut :
  • bakteri mensintesis suatu enzim inaktivator atau penghancur antibiotika.
  • bakteri mengubah permeabilitasnya terhadap obat.
  • bakteri mengembangkan suatu perubahan struktur sasaran bagi obat.
  • bakteri mengembangkan perubahan jalur metabolik yang langsung dihambat oleh obat.
  • bakteri mengembangkan perubahan enzim yang tetap dapat melakukan fungsi metabolismenya tetapi lebih sedikit dipengaruhi oleh obat dari pada enzim pada kuman yang rentan.

Sedangkan G.F. Brooks, J.S. Butel, dan S.A. Morse, dalam “Medical Microbiology”, menjelaskan bahwa terdapat beberapa penyebab terjadinya resistensi antimikroba, yaitu :

1. Sebab Non Genetik.
Penggunaan antimikroba yang tidak sesuai aturan menyebabkan tidak seluruh mikroba dapat terbunuh. Beberapa mikroba yang masih bertahan hidup kemungkinan akan mengalami resistensi saat digunakan antimikroba yang sama.

2. Sebab Genetik.
Pada umumnya, resistensi antimikroba terjadi karena perubahan genetik. Perubahan genetik tersebut dapat dipindahkan dari satu spesies bakteri atau kuman kepada spesies bakteri atau kuman yang lain melalui berbagai mekanisme, yang dapat dibagi dalam 3 kelompok yaitu :

2.1. Resistensi kromosom.
Resistensi kromoson terjadi sebagai akibat mutasi spontan pada suatu lokus DNA yang mengendalikan kepekaan terhadap suatu obat antimikroba. Adanya antimikrobia bertindak sebagai mekanisme selektif yakni membunuh bakteri yang peka dan membiarkan tumbuh bakteri yang resisten.

2.2. Resistensi ekstra kromosom.
Bakteri mengandung unsur-unsur genetik ekstra kromosomal yang dinamakan plasmid. Gen plasmid untuk resistensi antimikroba mengontrol pembentukan enzim yang mampu merusak obat antimikroba.

2.3. Resistensi silang.
Mikro organisme resisten terhadap obat tertentu dan mungkin juga resisten terhadap obat lain yang mekanismenya sama. Kemiripan antar antimikroba seperti kedekatan struktur kimia (misalnya berbagai macam aminoglikosida) atau yang mempunyai kesamaan ikatan atau mekanisme kerja (misalnya makrolidalinkomisin).


Cara Mencegah Terjadinya Resistensi Antimikroba. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah tejadinya resistensi antimikroba, diantaranya adalah sebagai berikut :
  • hanya menggunakan obat antimikroba (termasuk antibiotik), apabila diresepkan oleh dokter.
  • mengkonsumsi obat antimikroba yang diberikan dengan resep dokter sesuai dengan petunjuk yang diberikan sampai habis.
  • tidak mengulang konsumsi atau membeli obat antimikroba tanpa anjuran atau rujukan dari dokter.
  • tidak menghentikan sendiri pengobatan antimikroba yang diresepkan oleh dokter.
  • menjaga kebersihan dan sering mencuci tangan, yang dilakukan untuk mencegah infeksi, menghindari sakit, dan mencegah penyebaran kuman.
  • vaksinasi untuk pencegahan infeksi.
  • jika memiliki hewan peliharaan, perhatikan kebersihan dan kesehatannya. Selalu bersihkan tangan setelah menyentuh, memberi makan, atau merawat hewan.
  • jaga kebersihan makanan.
  • ambil langkah pencegahan sebelum ke luar negeri, terutama negara-negara yang memiliki penyakit endemik.


Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian resistensi antimikroba, dampak dan penyebab resistensi mikroba, serta cara mencegah terjadinya resistensi antimikroba.

Semoga bermanfaat.