Akulturasi : Pengertian, Jenis, Strategi, Dan Dampak Akulturasi, Faktor Pendukung Dan Penghambat Akulturasi, Serta Perbedaan Antara Akulturasi Dan Asimilasi

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Pengertian Akulturasi. Secara umum, akulturasi dapat diartikan sebagai proses adaptasi dengan tetap mempertahankan kebudayaan lama. Akulturasi juga dapat berarti suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Secara lebih luas, akulturasi merupakan proses adaptasi kebudayaan dengan tetap mempertahankan kebudayaan lama.

Dalam suatu kelompok masyarakat, proses akulturasi tidak berjalan secara tunggal, melainkan terjadi secara dinamis. Dalam kontak kebudayaan yang terjadi, kebudayaan asing yang masuk lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur dari kebudayaan kelompok masyarakat tersebut. Unsur-unsur kebudayaan asing yang digabungkan dengan kebudayaan asli kelompok masyarakat tersebut dapat mudah disesuaikan dengan kondisi setempat, sehingga mudah dipakai dan memberikan manfaat. Penolakan penggabungan kebudayaan biasanya hanya terjadi pada penerapannya dalam sistem kepercayaan, ideologi, dan falsafah hidup.

Kontak kebudayaan yang dapat menimbulkan akulturasi menurut Gunsu Nurmansyah, Nunung Rodliyah, dan Recca Ayu Hapsari, dalam “Pengantar Antropologi : Sebuah Ikhtisar Mengenal Antropologi”, adalah sebagai berikut :
  • antara seluruh masyarakat, atau antar bagian dalam masyarakat atau antar individu dalam kelompok.
  • antara golongan yang bersahabat dan golongan yang bermusuhan.
  • antara masyarakat yang menguasai dan dikuasai.
  • antara masyarakat yang sama besarnya atau antar masyarakat yang berbeda besarnya.
  • antara aspek-aspek material dan non-material dari kebudayaan yang sederhana dengan kebudayaan yang komplek, dan antar kebudayaan komplek dengan yang komplek pula.


Selain itu, pengertian akulturasi juga dapat dijumpai dalam beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya :
  • Rusdiyanta dan Syahrial Syarbaini, dalam “Dasar-Dasar Sosiologi”, menyebutkan bahwa akulturasi adalah proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan dari suatu kebudayaan asing yang sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan sendiri.
  • J.I. Gillin dan J.P. Gillin, dalam “Culture Sosiology”, menyebutkan bahwa akulturasi adalah proses dimana masyarakat-masyarakat yang berbeda-beda kebudayaannya mengalami perubahan oleh kontak yang sama dan langsung, tetapi dengan tidak sampai kepada percampuran yang komplit dan bulat dari kedua kebudayaan itu.
  • John W. Berry, dalam “Acculturation: Living Successfully in Two Cultures”, yang dimuat dalam International Journal of Intercultural Relations, 29,menyebutkan bahwa akulturasi adalah sebuah proses yang merangkap dari perubahan budaya dan psikologis yang berlangsung sebagai hasil kontak antara dua atau lebih kelompok budaya dan anggotanya. Lebih lanjut John W. Berry menjelaskan bahwa pada level kelompok, akulturasi melibatkan perubahan dalam struktur sosial dan institusi. Sedangkan pada level individu, akulturasi melibatkan perubahan perilaku.


Aspek Akulturasi. Terdapat beberapa aspek pembentuk akulturasi. John W. Berry menyebutkan bahwa akulturasi dapat diukur berdasarkan beberapa aspek, yaitu sebagai berikut :

1. Cultural Maintenance.
Cultural maintenance merupakan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam mempertahankan budaya dan identitas dari daerah asalnya. Perilaku tersebut dapat tampak dalam kegiatan yang dilakukan sehari-hari, misalnya saja dalam berkomunikasi (penggunaan bahasa), penggunaan pakaian, penggunaan lambang-lambang budaya, dan lain sebagainya.

2. Contact and Participation.
Contact and participation merupakan tindakan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan kontak dan berpartisipasi dengan kelompok mayoritas bersama dengan kelompok budaya lainnya. Perilaku-perilaku dalam beradaptasi terhadap budaya yang berbeda mencakup peran dari status kelompok, identifikasi, pertemanan (friendships), dan penilaian ideologi.


Jenis Akulturasi. Akulturasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu :
  • blind acculturation. Akulturasi jenis ini terjadi ketika orang-orang dengan budaya yang berbeda tinggal secara berdekatan satu sama lain dan pola-pola budaya dipelajari secara tidak sengaja.
  • imposed acculturation. Akulturasi jenis ini terjadi ketika terdapat unsur pemaksaan pada posisi suatu budaya oleh budaya lain.
  • democratic acculturation. Akulturasi jenis ini terjadi ketika representasi tiap budaya menghormati budaya lainnya.


Strategi Akulturasi. Akulturasi dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa strategi. S.G. Rahmita dan Subandi, dalam “Akulturasi Para Self-Initiated Expariated”, menyebutkan bahwa terdapat empat strategi yang pada umumnya dilakukan dalam akulturasi, yaitu :

1. Integrasi.
Integrasi merupakan bentuk strategi yang dilakukan dengan tetap mempertahankan budaya asli mereka tetapi seseorang atau kelompok orang juga ingin berpartisipasi terhadap budaya luar yang masuk ke dalam budaya mereka. Baik budaya asli dan budaya luar diterima oleh individu. Nilai-nilai budaya asli tetap dipertahankan dan nilai-nilai budaya luar juga ikut diadopsi yang pada akhirnya akan mempengaruhi perilaku individu tersebut.

2. Asimilasi.
Asimilasi merupakan bentuk strategi yang dilakukan untuk seseorang atau kelompok orang yang hilang kontak dengan budaya asli mereka, dan mereka lebih memilih mengadakan kontak dengan budaya luar. Dengan kata lain, mereka menolak budaya asli mereka dan secara menyeluruh mengasimilasi budaya luar. Terjadi perubahan dalam perilaku mereka, yaitu mengikuti nila-nilai budaya luar.

3. Separasi.
Separasi merupakan bentuk strategi yang dilakukan dengan mempertahankan nilai-nilai budaya asli seseorang atau kelompok orang dan menolak nilai-nilai budaya luar yang masuk. Mereka hanya mengadakan interaksi dengan budaya asli mereka tetapi tidak mengadakan interaksi dengan budaya luar. Strategi bentuk ini merupakan kebalikan dari asimilasi.

4. Marginalisasi.
Marginalisasi merupakan bentuk strategi yang dilakukan dengan memutuskan untuk menolak budaya asli dan budaya luar. Seseorang atau kelompok orang tidak mempertahankan budaya asli mereka tetapi juga tidak menerima budaya luar. Maka dari itu, tidak terjadi perubahan dalam diri mereka yang disebabkan oleh budaya luar, tetapi mereka juga tidak berusaha mempertahankan budaya asli mereka.


Dampak Akulturasi. Terjadinya akulturasi akan menimbulkan banyak dampak. Kodiran, dalam ”Akulturasi Sebagai Mekanisme Perubahan Kebudayaan”, menyebutkan terdapat beberapa dampak dari akulturasi, yaitu :
  • adisi, merupakan penambahan unsur-unsur kebudayaan lama dengan unsur-unsur kebudayaan baru sehingga timbul perubahan struktural atau tidak sama sekali.
  • sinkretisme, merupakan perpaduan unsur-unsur kebudayaan lama dengan unsur-unsur kebudayaan baru dengan tidak meninggalkan jati diri masing-masing dan membentuk sistem kebudayaan baru.
  • substitusi, merupakan unsur-unsur kebudayaan yang telah ada atau terdahulu diganti oleh unsur-unsur kebudayaan yang baru, terutama yang dapat memenuhi fungsinya. Dalam hal ini, kemungkinan terjadi perubahan struktural sangat kecil.
  • dekulturisasi, merupakan tumbuhnya unsur-unsur kebudayaan yang baru untuk memenuhi berbagai kebutuhan baru karena perubahan situasi.
  • rejeksi, merupakan penolakan unsur-unsur perubahan yang terjadi amat cepat sehingga sebagian besar orang tidak dapat menerimanya. Hal ini dapat menimbulkan penolakan, bahkan pemberontakan atau gerakan kebangkitan.


Faktor Pendukung dan Penghambat Akulturasi. Terdapat beberapa faktor yang dapat mendukung dan menghambat terjadinya akulturasi. Menurut John W. Berry, beberapa faktor yang dapat menjadi pendukung dan penghambat terjadinya akulturasi, diantaranya adalah :
  • kapan kontak mulai terjadi. Kontak yang terjadi di awal kehidupan memungkinkan seseorang atau kelompok orang menerima kebudayaan baru semakin besar, dibandingkan ketika seseorang sudah dewasa atau tua.
  • gender. Dalam banyak kasus, wanita memiliki resiko lebih besar menerima masalah daripada pria. Faktor yang berpengaruh adalah status dan keadaan yang berbeda antara daerah asli dan daerah rantauan yang akhirnya menuntut wanita untuk menggunakan satu peran yang berlaku di masyarakat tersebut.
  • pendidikan. Pendidikan merupakan faktor yang selalu berhubungan dengan penyesuaian diri yang positif. Semakin tinggi pendidikan yang ditempuh maka semakin rendah tingkat stress yang dialami, demikian sebaliknya.
  • status. Pengalaman yang dialami para pendatang adalah kombinasi antara kehilangan status dan keterbatasan gerak. Selain kualifikasi personal yang membawa pada proses akulturasi, juga dipegaruhi oleh interaksi yang terjalin antara pendapatang dan masyarakat asli. Masalah kehilangan status dan keterbatasan gerak biasanya terjadi pada saat berjalannya akulturasi.
  • faktor personal, seperti self efficacy, locus of control, dan introvert/ekstrovert.

Sedangkan menurut Marhaeni Fajar, dalam “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek”, menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor yang menjadi penghambat terjadinya akulturasi, diantaranya adalah :
  • mengabaikan perbedaan antara individu dan kelompok yang secara kultural berbeda. Ini terjadi dalam hal nilai, sikap dan kepercayaan. Individu dengan mudah mengakui dan menerima perbedaan gaya rambut, cara berpakaian, dan makanan, tetapi dalam hal nilai-nilai dan kepercayaan dasar, menganggap bahwa pada dasarnya manusia itu sama itu tidak benar.
  • mengabaikan perbedaan antara kelompok kultural yang berbeda.
  • melanggar adat kebiasaan kultural. Setiap kultur itu mempunyai aturan komunikasi sendiri-sendiri, yang menetapkan mana yang patut dan mana yang tidak patut.
  • menilai perbedaan secara negatif. Adanya perbedaan di antara kultur-kultur yang ada tidak boleh dinilai secara negatif.
  • kejutan budaya. Kejutan budaya mengacu pada reaksi psikologis yang dialami seseorang karena di tengah suatu kultur yang sangat berbeda dengan kulturnya sendiri.


Perbedaan Antara Akulturasi dan Asimilasi. Terdapat beberapa hal prinsip yang membedakan antara akulturasi dan asimilasi. Perbedaan dimaksud adalah :

1. Akulturasi :
  • merupakan proses sosial yang muncul apabila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang budaya tertentu dihadapkan pada unsur kebudayaan asing.
  • merupakan percampuran kebudayaan tanpa menghilangkan kebudayaan aslinya atau dengan kata lain, akulturasi mencampurkan kebudayaan tanpa menghilangkan ciri khas budaya aslinya.
  • proses akulturasi di tiap lingkungan masyarakat berbeda, hal tersebut sangat bergantung pada karakteristik masyarakatnya serta bagaimana mereka menyikapi kebudayaan asing tersebut.

2. Asimilasi :
  • merupakan proses sosial yang muncul dari masyarakat dengan latar belakang kebudayaan berbeda.
  • merupakan peleburan dua kebudayaan atau lebih sehingga menghasilkan kebudayaan baru atau dengan kata lain, asimilasi membentuk budaya yang sifatnya baru atau budaya aslinya perlahan mulai luntur, dengan adanya budaya baru.
  • proses terjadinya asimilasi ditandai dengan upaya mengurangi perbedaan yang ada di masyarakat maupun individunya.


Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian akulturasi, aspek, jenis, strategi, dampak, serta faktor pendukung dan penghambat akulturasi, berikut perbedaan antara akulturasi dan asimilasi.

Semoga bermanfaat.