Buta Warna : Pengertian, Tes Atau Uji, Klasifikasi, Dan Faktor Penyebab Buta Warna, Serta Cara Mengatasi Buta Warna

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Pengertian Buta Warna. Secara umum, buta warna dapat diartikan sebagai kondisi di mana kualitas penglihatan seseorang terhadap warna berkurang. Buta warna juga dapat berarti suatu kelainan atau gangguan pada mata yang memiliki kelemahan penglihatan warna disebabkan ketidak-mampuan sel-sel kerucut mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu sehingga warna yang dilihat tidak terlihat sesuai dengan warna yang dilihat mata normal.

Seseorang yang menderita buta warna, tidak saja akan kesulitan dalam membedakan warna tertentu (buta warna sebagian) atau bahkan seluruh warna (buta warna total), tetapi juga akan mengalami pelemahan atau penurunan pada penglihatan warna-warna tertentu.

Selain itu, pengertian buta warna juga dapat dijumpai dalam beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah :
  • S. Ilyas, dalam "Penuntun Ilmu Penyakit Mata", berpendapat bahwa buta warna adalah suatu gangguan penglihatan warna yang disebabkan oleh ketidak-mampuan sel-sel kerucut mata untuk menangkap suatu spektrum warna. Penderita tidak dapat atau kurang mampu membedakan warna yang terjadi secara kongenital ataupun didapat akibat penyakit tertentu.
  • Zenny, dalam "Tes Buta Warna", berpendapat bahwa buta warna adalah suatu kelainan yang disebabkan ketidak-mampuan sel-sel kerucut mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu sehingga warna yang kita lihat tidak terlihat sesuai dengan warna yang dilihat mata normal.

Baca juga : Pengertian Terapi

Tes atau Uji Buta Warna. Terdapat beberapa tes yang dapat digunakan untuk mengetahui seseorang menderita buta warna atau tidak. Salah satu tes yang sering digunakan adalah "Tes atau Uji Ishihara". Tes Ishihara dikembangkan oleh Dr. Shinobu Ishihara, yang dipublikasi pada tahun 1917 di Jepang. Tujuan dari tes Ishihara adalah :
  • untuk memeriksa ketidak-mampuan seseorang untuk membedakan warna dasar seperti merah, hijau dan biru. Tes ini terutama dipakai untuk mengenal adanya cacat merah dan hijau, dan tidak dipakai untuk gangguan biru dan kuning.

Berikut metode tes buta warna Ishihara :
  • terdiri dari lembaran yang di dalamnya terdapat titik-titik dengan berbagai warna dan ukuran.
  • titik berwarna tersebut disusun sehingga membentuk lingkaran.
  • gambar titik terdiri atas warna primer yaitu merah, hijau dan biru, dengan dasar warna yang hampir sama atau abu-abu.
  • titik disusun akan menghasilkan pola dan bentuk tertentu (huruf atau angka) oleh orang tanpa kelainan persepsi warna.
  • warna titik itu dibuat sedemikian rupa sehingga orang buta warna tidak akan melihat perbedaan warna seperti yang dilihat orang normal.

Gambar-gambar pseudokromatik dalam tes Ishihara dirancang sedemikian rupa dalam empat cara, yaitu :
  • transformation plates. Orang normal dapat melihat sebuah angka, tetapi orang yang memiliki gangguan penglihatan warna akan melihat angka yang berbeda.
  • vanishing plates. Orang normal dapat melihat angka, tetapi orang yang memiliki gangguan penglihatan warna tidak dapat melihatnya.
  • hidden digit plates. Orang normal tidak dapat melihat angka, sedangkan orang yang memiliki gangguan penglihatan warna dapat melihatnya.
  • diagnostic plates. Dirancang agar dapat dilihat oleh subjek yang normal, dimana pada penderita kelainan warna melihat satu angka lebih mudah dari angka lainnya.

Kelemahan dari penerapan metode tes Ishihara adalah :
  • sifatnya yang statis, sehingga adanya kemungkinan bahwa objek pada plate Ishihara dapat dihafal oleh pasien.


Klasifikasi Buta Warna. Buta warna dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis. Secara umum, gangguan buta warna dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :

1. Buta warna merah-hijau.
Beberapa karakter yang dapat dialami oleh penderita buta warna merah-hijau adalah :
  • warna kuning dan hijau terlihat memerah.
  • oranye, merah, dan kuning terlihat seperti hijau.
  • merah terlihat seperti hitam.
  • merah terlihat kuning kecokelatan, dan hijau terlihat seperti warna krem.

2. Buta warna biru-kuning.
Beberapa karakter yang dapat dialami oleh penderita buta warna biru-kuning adalah :
  • biru terlihat kehijauan, serta sulit membedakan merah muda dengan kuning dan merah.
  • biru terlihat seperti hijau, dan kuning terlihat seperti abu-abu atau ungu terang.

3. Buta warna total.
Seseorang yang menderita tipe buta warna total akan mengalami kesulitan alam membedakan semua warna. Bahkan beberapa penderitanya hanya dapat melihat warna putih, abu-abu, dan hitam.

Sedangkan Mardiansyah Kusuma, dalam "Uji Kesesuaian antara Vision Tester dan Tes Ishihara pada Skrining Gangguan Penglihatan Warna", menyebutkan bahwa berdasarkan tingkatannya buta warna dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu :

1. Anomali Trikomat (Anomalous trichromacy).
Anomali trikomat adalah suatu keadaan dimana tiga jenis sel kerucut tetap ada, tetapi satu di antaranya tidak normal atau tidak berfungsi dengan baik, sehingga penderita akan mengalami kesulitan membedakan nuansa warna tertentu. Anomali trikomat dapat dibedakan menjadi tiga jenis yang didasarkan pada kelemahan warna yang diderita, yaitu :
  • protanomali (lemah merah). Terjadi karena sel kerucut warna merah tidak berfungsi dengan baik, sehingga penderita kurang sensitif atau kesulitan mengenali warna merah dan perpaduannya.
  • deuteranomali (lemah hijau). Terjadi karena sel kerucut warna hijau tidak berfungsi dengan baik, sehingga penderita kurang sensitif atau kesulitan mengenali warna merah dan perpaduannya.
  • tritanomali (lemah biru). Terjadi karena sel kerucut warna biru tidak berfungsi dengan baik, sehingga penderita kurang sensitif atau kesulitan mengenali warna merah dan perpaduannya.

2. Dikhromat (Dichromacy).
Dikhromat adalah jenis gangguan buta warna yang disebabkan karena salah satu dari tiga sel cone tidak ada atau tidak berfungsi. Adanya gangguan pada salah satu sel pigmen cone, akan menyebabkan terjadinya gangguan penglihatan terhadap warna-warna tertentu. Dikhromat dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :

2.1. Protanopia (buta warna merah).
Protanopia terjadi karena sel kerucut warna merah tidak ada sehingga tingkat kecerahan warna merah atau perpaduannya menjadi berkurang. Protanopia disebabkan karena tidak adanya photoreseptor retina merah pada mata. Penderita protanopia tidak mampu mengenali warna merah dan mata penderita hanya mampu melihat panjang gelombang cahaya rendah dari 400 sampai 650 nm. Penderita buta warna protanopia akan sulit ditemukan, karena penderita buta warna protanopia hanya ada 1 % dari seluruh penduduk dunia.

2.2. Deuteranopia (buta warna hijau).
Deuteranopia terjadi karena sel kerucut warna hijau tidak ada sehingga tingkat kecerahan warna hijau atau perpaduannya menjadi berkurang. Deuteranopia disebabkan karena tidak adanya photoreseptor retina hijau pada mata. Penderita buta wara deuteranopia akan kesulitan dalam membedakan warna merah dan hijau (red-green hue discrimination).

2.3. Tritanopia (buta warna biru).
Tritanopia terjadi karena sel kerucut warna biru tidak ada sehingga tingkat kecerahan warna biru atau perpaduannya menjadi berkurang. Tritanopia adalah gangguan penglihatan warna yang disebabkan karena tidak adanya short-wave length cone. Penderita buta warna tritanopia akan kesulitan dalam membedakan warna biru dan kuning.

3. Monochromat (Monochromacy).
Monochromat adalah kondisi retina mata yang mengalami kerusakan total dalam merespon warna. Monochromat merupakan keadaan di mana mata manusia hanya memiliki satu sel pigmen cones atau bisa juga diakibatkan tidak berfungsinya semua sel cones. Monokromasi ditandai dengan hilangnya atau berkurangnya semua penglihatan warna, sehingga yang terlihat hanya putih dan hitam. Jenis buta warna ini prevalensinya sangat jarang. Monochromat dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
  • Rod monochromacy (typical). Rod monochromacy (typical) merupakan jenis buta warna yang sangat jarang terjadi. Nama lainnya adalah akromatopsia. Jenis buta warna ini disebabkan karena ketidakmampuan mata dalam membedakan warna sebagai akibat dari tidak berfungsinya semua cones retina. Penderita rod monochromacy tidak mampu dalam membedakan warna sehingga penderita hanya mampu melihat hitam, putih dan abu-abu.
  • Cone monochromacy (atypical). Cone monochromacy (atypical) adalah tipe monochromacy yang disebabkan karena tidak berfungsinya dua sel cones pada mata. Penderita cone monochromacy masih bisa untuk melihat warna tertentu, karena terdapat satu sel cones yang masih berfungsi.


Faktor Penyebab Buta Warna. Terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan gangguan buta warna. Faktor genetik atau keturunan merupakan penyebab utama dari buta warna, khususnya buta warna total atau permanen. Selain faktor genetik, Mardiansyah Kusuma menyebutkan adanya beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan buta warna, yaitu :
  • Penyakit kronis, seperti diabetes melitus, retinitis pigmentosa, leukemia, penyakit hati, alkoholisme kronis, anemia sel sabit, degenerasi makula, penyakit parkinson, glaukoma, multiple sclerosis, dan alzheimer.
  • Kecelakaan, yang mengakibatkan kerusakan area tertentu pada otak atau mata dapat menyebabkan gangguan penglihatan warna.
  • Obat-obatan, seperti obat tuberkulosis, barbiturat, obat tekanan darah tinggi, antibiotik, dan beberapa obat untuk mengobati gangguan saraf dapat menyebabkan gangguan pada saraf mata.
  • Bahan kimia industri, seperti karbon disulfida, karbon monoksida, dan beberapa bahan yang mengandung timbal juga dapat menyebabkan gangguan penglihatan warna.
  • Usia lanjut (usia di atas 60 tahun), terjadi perubahan fisik yang mungkin mempengaruhi kemampuan mata dalam melihat warna.


Cara Mengatasi Buta Warna. Kebanyakan jenis gangguan buta warna tidak dapat disembuhkan. Jika buta warna terjadi karena masalah kesehatan, pengobatan dapat dilakukan dengan berfokus pada mengatasi penyakit yang dialami tersebut. Selain itu, terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengatasi buta warna, yaitu :

1. Kacamata buta warna.
Orang yang kesulitan membedakan warna merah-hijau atau buta warna parsial lain mungkin bisa mengenakan kacamata buta warna agar bisa melihat dengan jelas. Penggunaan kacamata ini hanya akan membantu untuk mengidentifikasi warna serta membedakannya, tapi tidak dapat memulihkan.

2. Eyeborg.
Orang dengan buta warna parah (achromatopsia) tidak bisa melihat warna apa pun. Lensa berwarna merah bisa meningkatkan kepekaan terhadap cahaya pada orang pengidap kondisi ini. Selain itu, perangkat eyeborg juga bisa membantu mata penderita achromatopsia untuk menangkap cahaya melalui gelombang suara.

3. Terapi.
Terapi penglihatan tertentu juga dapat meningkatkan kemampuan mata menangkap warna. Berdasarkan penelitian, salah satu terapi yang dapat dilakukan adalah terapi gen, yang diketahui memiliki potensi untuk mengembalikan kemampuan penglihatan warna. Hanya saja, hingga saat ini terapi tersebut belum dapat dipastikan aman dan efektif untuk manusia.


Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian buta warna, tes atau uji, klasifikasi, dan faktor penyebab buta warna, serta cara mengatasi buta warna.

Semoga bemanfaat.