Six Sigma : Pengertian Dan Tahapan Six Sigma, Serta Perbedaan Antara Six Sigma Dan Total Quality Management (TQM)

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Pengertian Six Sigma. Istilah "six sigma" tersusun dari penggabungan dua kata, yaitu "six" yang berarti enam dan "sigma" yang merupakan satuan standar dari standard deviasi yang dilambangkan dengan simbol "σ". Sehingga six sigma sering juga disimbolkan dengan "". Makin tinggi sigma-nya, semakin baik kualitasnya, atau dengan kata lain semakin tinggi sigma-nya semakin rendah pula tingkat kecacatan atau kegagalannya.

Secara umum, six sigma merupakan suatu strategi bisnis dengan konsep analisis statistik dengan cara meningkatkan kualitas menuju target 3,4 kegagalan dalam persejuta kesempatan untuk setiap transaksi produk barang atau jasa. Six sigma juga merupakan suatu metode pengendalian dan peningkatan kualitas, yang dibuat untuk menghilangkan pemborosan, mengurangi biaya karena kualitas yang buruk dan memperbaiki efektivitas semua kegiatan operasi dengan target kesempurnaan.

Baca juga : 

Selain itu, pengertian six sigma juga dapat dijumpai dalam beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, beberapa diantaranya adalah :
  • M.N. Nasution, dalam bukunya yang berjudul "Manajemen Mutu Terpadu", menyebutkan bahwa six sigma adalah strategi bisnis untuk menghilangkan pemborosan, mengurangi biaya karena kualitas yang buruk, dan memperbaiki efektivitas semua kegiatan operasi, sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan.
  • M.J. Harry dan Richard Scroeder, dalam bukunya yang berjudul "Six Sigma : The Breakthrough Management Strategy Revolutionizing The World's Top Corporation", menyebutkan bahwa six sigma adalah strategi yang menggunakan metode sistematis dalam pengumpulan data dan analisis statistik untuk menentukan sumber-sumber variasi dan cara-cara untuk menghilangkannya. 
  • Peter S. Pande, Robert P. Neuman, dan Ronald R. Cavanagh, dalam bukunya yang berjudul "The Sigma Way Team Fieldbook : An Implementation Guide for Project Improvement Teams", menyebutkan bahwa six sigma adalah sebuah visi peningkatan mutu menuju sasaran 3,4 kegagalan persejuta peluang (Defects per Million Opportunities/DPMO) untuk tiap transaksi produk (barang dan jasa) yang dilakukan atau memotivasi upaya untuk mencapai keunggulan.

Baca juga : 

Aspek Dasar Six Sigma. Menurut Peter S. PandeRobert P. Neuman, dan Ronald R. Cavanagh, terdapat enam aspek utama yang harus diperhatikan oleh manajemen suatu perusahaan yang ingin menerapkan konsep six sigma, yaitu :
  • benar-benar mengutamakan pelanggan. 
  • manajemen yang berdasarkan data dan fakta, bukan berdasarkan opini atau pendapat tanpa dasar. 
  • fokus pada proses, manajemen, dan perbaikan.
  • manajemen yang proaktif, dalam hal ini peran pimpinan dan manajer sangat penting dalam mengarahkan keberhasilan dalam melakukan perubahan.
  • kolaborasi tanpa batas serta kerja sama antar tim yang harus mulus.
  • selalu mengejar kesempurnaan.

Baca juga : 

Manfaat Six Sigma. Penerapan six sigma mempunyai banyak manfaat bagi perusahaan, diantaranya adalah :
  • mempercepat perbaikan. Perbaikan proses produksi akan lebih cepat dan terjaga melalui metode six sigma, sehingga kebutuhan pelanggan dapat segera dipenuhi.
  • menjadi standar baru. Dengan persentase keberhasilan yang tinggi yaitu mencapai 99.9966 %, six sigma dapat menjadi standar baru bagi siapapun yang terlibat agar memperbaiki kemampuannya.
  • menunjang kesuksesan berkesinambungan. Six sigma menjadi metode kunci bagi perusahaan untuk terus melakukan terobosan dalam menciptakan strategi produksi terbaik. Manfaatnya tidak hanya untuk menunjang kesuksesan perusahaan, tetapi juga agar kesuksesan itu bersifat kontinyu dan berkesinambungan.
  • melakukan perubahan strategis. Penerapan six sigma dalam perusahaan dapat melakukan perubahan strategis dari mulai memperkenalkan produk baru, menjalin kerja sama baru, memasuki pasar baru, dan lain sebagainya. Manfaat ini dapat dirasakan maksimal apabila dalam implementasinya didukung baik oleh top level, kerja tim yang solid, program training yang tepat, alat ukur terbaru, serta etos kerja yang lebih baik.
  • memperkuat nilai di mata pelanggan. Six sigma diterapkan untuk menciptakan kualitas yang lebih baik sehingga bernilai tinggi bagi pelanggan, bahkan menjadi satu-satunya pilihan pelanggan. Hal tersebut dapat dicapai dengan mempelajari perspektif pelanggan.

Baca juga : 

Tujuan Six Sigma. Terdapat beberapa tujuan dari six sigma, yaitu :
  • meningkatkan proses produksi atau untuk mencapai efisiensi dan optimalisasi proses produk, atau menurunkan variasi pada  pengeluaran sehingga tidak akan melewati enam standard deviasi (sigma) antara rata-rata dengan batas perincian terdekat tidak melebihi batas yang ditentukan.
  • mencegah dan meminimalisir cacat produk, yang dilakukan dengan cara mengurangi variasi yang ada dalam proses dengan menggunakan teknik-teknik statistik yang sudah dikenal umum dan proses yang dilakukan harus memiliki kesalahan paling sedikit dari 3,4 per satu juta peluang atau persentase keberhasilannya mencapai 99,9966 %. Makin tinggi nilai sigma, maka artinya variasi makin sedikit sehingga kesalahan dapat ditekan.


Strategi Six Sigma. Strategi yang digunakan dalam six sigma adalah :
  • fokus pada kepuasan dan kebutuhan pelanggan (customer focused).
  • menurunkan tingkat kecacatan (reduce defect).
  • berkisar di sekitar pusat target (center around target).
  • menurunkan variasi (reduce variation).


Tahapan Six Sigma. Six sigma merupakan pendekatan menyeluruh untuk menyelesaikan masalah dan peningkatan proses melalui tahapan DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control)DMAIC merupakan jantung analisis six sigma yang menjamin voice of costumer berjalan dalam keseluruhan proses sehingga produk yang dihasilkan memuaskan pelanggan. Tahapan DMIC juga sering disebut dengan "Metode DMAIC", di mana  Metode DMAIC terdiri dari lima tahapan, yaitu :
  • Define, merupakan tahap pertama dalam six sigma yang merupakan tahapan untuk menentukan dan menyeleksi masalah-masalah yang akan diselesaikan beserta biaya, menetapkan persyaratan-persyaratan, manfaat, dan dampak terhadap pelanggan, serta mengetahui CTQ (Critical to Quality). Alat-alat yang digunakan dalam tahapan Define adalah function deployment process map, pareto chart, affinity diagram, relation diagram, failure mode effect analysis, SIPOC Map (diagram supplier, input, proses, output, dan customer), serta cause and effect analysis.
  • Measure, merupakan tahap pengukuran terhadap  tingkat permasalahan yang telah didefinisikan untuk diselesaikan. Dalam tahap Measure ini, data dikumpulkan kemudian diukur karakteristik dan kapabilitas dari proses saat ini untuk menentukan langkah apa yang harus diambil untuk melakukan perbaikan dan peningkatan selanjutnya. Alat-alat yang digunakan dalam tahapan Measure adalah cause and effect analysis, probability distributions, basic statistic (mean, median, dan modus), gage reproducibility and repeatability, serta process capability.
  • Analysis, merupakan tahap untuk menemukan solusi guna memecahkan masalah berdasarkan root cause (akar penyebab) yang telah diidentifikasikan. Dalam tahapan analysisi, diharapkan dapat menganalisis dan melakukan validasi terhadap akar permasalahan atau solusi melalui pernyataan-pernpyataan hypothesis. Alat-alat yang digunakan dalam tahapan analysis adalah hypothesis testing, regression, correlation analysis, analysis of variance, multi vari analysis, dan contingency table.
  • Improve, merupakan tahap untuk meningkatkan proses dan menghilangkan faktor-faktor penyebab cacat. Dalam tahap ini juga dilakukan tindakan perbaikan terhadap permasalahan yang muncul tersebut dengan melakukan pengujian dan percobaan untuk dapat mengoptimasikan solusi sehingga benar-benar bermanfaat untuk menyelesaikan permasalahan yang dialami. Alat-alat yang digunakan dalam tahapan improve adalah factorial design, general full factorial design, dan fractional factorial design.
  • Control, merupakan tahap mengontol kinerja proses dan menjamin cacat tidak muncul. Tujuan dari tahapan ini adalah untuk menetapkan standarisasi serta mengontrol dan mempertahankan proses yang telah diperbaiki dan ditingkatkan dalam jangka panjang dan mencegah potensi permasalahan yang akan terjadi di kemudian hari atau ketika ada pergantian proses, pergantian tenaga kerja, maupun pergantian manajemen. Alat-alat yang digunakan dalam tahapan control adalah mistake proofing, process control plan, dan process control chart.


Vincent Gaspersz, dalam bukunya yang berjudul "Lean Six Sigma for Manufacturing and Service Industries", menyebutkan bahwa terdapat dua metode six sigma yang dapat digunakan yaitu :

1. DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control).
DMAIC digunakan pada saat sebuah perusahaan sudah memiliki sebuah produk jadi atau produk yang masih dalam tahap proses, namun belum mencapai spesifikasi yang dibutuhkan oleh pelanggan. DMAIC digunakan untuk meningkatkan proses bisnis yang terdisi dari lima tahap, yaitu Define, Measure, Analyze, Improve, dan Control.

2. DMADV (Define, Measure, Analyze. Design, Verify)
DMADV merupakan strategi perancangan proses baru dengan memanfaatkan perangkat-perangkat kerja dan metode-metode terbaik di dalam perencanaan produk maupun proses, baik itu proses pengembangan produk, desain produk atau redesain proses pelayanan, atau proses bisnis internal. Dengan kata lain DMADV digunakan untuk menciptakan desain baru dan/atau desain produk baru dalam cara sedemikian rupa agar menghasilkan kinerja bebas kesalahan  (zero defects/errors). Tahapan dalam proses DMADV adalah sebagai berikut :
  • Define. Dalam tahap ini, didefinisikan secara formal sasaran dari aktivitas desain proses baru dan/atau desain produk bar secara konsisten berkaitan langsung dengan permintaan atau kebutuhan pelanggan dan strategi perusahaan.
  • Measure. Dalam tahap ini, dilakukan identifikasi critical to Qualities (CTQs), kapabilitas produk, kapabilitas proses, evaluasi risiko, dan lain sebagainya.
  • Analyze. Dalam tahap ini, dilakukan pengembangan dan mendesain alternatif-alternatif, menciptakan high level design dan mengevaluasi kapabilitas desain agar mampu memilih desain terbaik.
  • Design. Dalam tahap ini, dilakukan pengembangan desain secara terperinci (develop detail design), optimasi desain (optimize design), dan rencana untuk verifikasi desain. Dalam tahap ini mungkin saja dibutuhkan suatu simulasi.
  • Verify. Dalam tahap ini, dilakukan verifikasi terhadap desain, set up pilot runs, implementasi proses baru (untuk desain baru) atau produk baru (untuk desain produk baru), kemudian menyerahkan kepada pemilik proses.


Faktor yang Mempengaruhi Pengimplementasian Six Sigma. Beberapa faktor penting yang mempengaruhi pengimplementasian six sigma adalah :
  • adanya dukungan yang diberikan secara keseluruhan atau pada tingkat tertinggi (top level).
  • harus memiliki tim yang solid, seperti Executive Champion, Deployment Champion, dan Project Champion yang mempunyai kemampuan untuk bekerja dengan baik pada proyek six sigma.
  • memiliki program pelatihan yang selalu ter-update serta menerima pelatihan khusus yang bertujuan demi meraih keberhasilan implementasi dari strategi six sigma di suatu perusahaan.
  • adanya penggunaan basis cacat per juta peluang (DPMO) terhadap alat yang masih baru karena DPMO berhubungan erat dengan Critical to Quality (CTQ), di mana pengukuran disesuaikan dengan persepsi pelanggan serta dibandingkan dengan seluruh unit bisnis dalam suatu perusahaan.


Perbedaan Antara Six Sigma dan Total Quality Management (TQM). Terdapat perbedaan mendasar antara six sigma dan Total Quality Management (TQM). Menurut Thomas Pyzdek penyusun buku "The six sigma Handbook", menjelaskan bahwa adanya perbedaan antara six sigma dan Total Quality Management (TQM). Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Six Sigma.
Dalam pelaksanaannya six sigma menunjukkan hal-hal yang menjadi solusi dari permasalahan produksi yang dialami oleh suatu perusahaan. Six sigma :
  • menggunakan isu biaya, cycle time, dan isu bisnis lainnya sebagai bagian yang harus diperbaiki.
  • tidak menggunakan ISO 9000 dan Malcolm Baldrige Criteria tetapi fokus pada penggunaan alat untuk mencapai hasil yang terukur.
  • memadukan semua tujuan organisasi dalam satu kesatuan. Kualitas hanyalah salah satu tujuan, dan tidak berdiri sendiri atau lepas dari tujuan bisnis lainnya.
  • menciptakan agen perubahan (change agent) yang bukan bekerja di Quality Department. Ban hijau (Green Belt) adalah para operator yang bekerja pada proyek six sigma sambil mengerjakan tugasnya.

2. Total Quality Management (TQM).
Total Quality Management (TQM) hanya memberikan petunjuk secara umum sesuai dengan istilah manajemen yang digunakan dalam TQM. Atau dapat juga dikatakan bahwa TQM hnaya memmberikan petunjuk filosofis tentang menjaga dan meningkatkan kualitas tetapi sulit untuk membuktikan keberhasilan pencapaian peningkatan kualitas. Konsep tentang Total Quality Management (Total Quality Control) pada tahun 1959 menunjukkan bahwa kualitas suatu produk dapat ditingkatkan dengan cara memperpanjang jangkauan standar kualitas ke arah hulu, yaitu di area engineering dan purchasing. Akan tetapi terdapat beberapa kelemahan yang muncul pada pelaksanaan konsep tersebut, yaitu :
  • terlalu fokus pada kualitas dan tidak memperhatikan isu bisnis kritis lainnya.
  • implementasi konsep tersebut menciptakan pemahaman bahwa masalah kualitas adalah masalahnya departemen Quality Control, padahal masalah kualitas biasanya berasal dari ketidak-mampuan departemen lain dalam perusahaan yang sama.
  • penekanan umumnya pada standar minimum kualitas produk, bukan pada bagaimana meningkatkan kinerja produk.


Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian six sigma, manfaat, tujuan, strategi, dan tahapan six sigma, serta beberapa faktor yang mempengaruhi pengimplementasian six sigma, berikut perbedaan antara six sigma dan Total Quality Management (TQM).

Semoga bermanfaat.