Pengertian Siklus Akuntansi (Accounting Cycle) Dan Tahapan Siklus Akuntansi (Accounting Cycle)

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Pengertian Siklus Akuntansi. Istilah siklus akuntansi tersusun dari dua kata yaitu "siklus" dan "akuntansi". Siklus dapat diartikan sebagai putaran waktu yang di dalamnya terdapat rangkaian kejadian yang berulang-ulang secara tetap dan teratur. Sedangkan akuntansi merupakan suatu pencatatan, pelaporan, dan analisa data keuangan dalam sebuah perusahaan. Sehingga secara sederhana, siklus asuransi berarti serangkaian proses dalam menyusun sebuah laporan keuangan perusahaan yang dapat diterima dan dipertanggung-jawabkan dalam suatu periode tertentu.

Pengertian Siklus Akuntansi Menurut Para Ahli. Siklus akuntansi pada prinsipnya merupakan proses penyusunan laporan keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu. Laporan keuangan adalah hasil akhir dari suatu proses pencatatan akuntansi, yaitu aktivitas mengumpulkan dan mengolah suatu data keuangan untuk disajikan dalam format laporan keuangan atau ikhtisar-ikhtisar laporan keuangan lainnya yang dapat digunakan untuk membantu dalam membuat atau mengambil suatu keputusan atau analisa keuangan. Banyak ahli telah mengemukakan pendapatnya tentang apa yang dimaksud dengan siklus akuntansi, beberapa diantaranya adalah :
  • Michell Suharli, berpendapat bahwa siklus akuntansi adalah urutan transaksi, peristiwa, aktivitas, dan proses dari awal sampai akhir dimulai dari awal seperti lingkaran yang tidak akan pernah putusan.
  • Soemarso S.R, berpendapat bahwa siklus akuntansi adalah tahapan-tahapan kegiatan mulai dari terjadinya transaksi sampai dengan penyusunan laporan keuangan sehingga siap untuk pencatatan transaksi periode berikutnya yang terjadi secara berulang-ulang dan terus menerus.
  • Sofyan Syafri Harahap, berpendapat bahwa siklus akuntansi adalah proses pengolahan data sejak terjadinya transaksi, maksudnya semua transaksi yang terjadi yang memiliki bukti yang sah akan diinput ke proses pengolahan data sehingga menghasilkan output berupa informasi laporan keuangan.
  • Winwin Yadiati dan Ilham Wahyudi, berpendapat bahwa siklus akuntansi adalah kumpulan tahapan dalam mencatat seluruh transaksi bisnis hingga menghasilkan output berupa laporan keuangan bagi suatu organisasi dalam periode tertentu.
  • Achmad Tjahyono dan Sulastiningsih, berpendapat bahwa siklus akuntansi adalah langkah-langkah yang digunakan dalam akuntansi formal, mulai dari proses analisis terhadap transaksi bisnis, mencatat dalam buku jurnal, hingga diakhiri dengan proses penyusunan daftar saldo setelah penutupan.
  • C. Rollin Niswonger, Carl S. Warren, James M. Reeve, dan Philip E. Fess, berpendapat bahwa siklus akuntansi adalah prosedur utama prinsip akuntansi yang digunakan untuk memproses transaksi selama suatu periode tertentu. 


Tahapan Siklus Akuntansi. Dalam siklus akuntansi terdapat tahapan proses pengolahan data yang saling berurutan hingga menghasilkan suatu informasi keuangan. Bagaimana tahapan dari siklus akuntansi telah dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah : 

A. Harnanto.
Harnanto menyebutkan bahwa terdapat sebelas tahap siklus akuntansi yang lengkap, tetapi dua diantaranya bersifat opsional. Tahapan siklus akuntansi tersebut adalah :

1. Indentifikasi Transaksi
Akuntan harus mengidentifikasi transaksi sehingga dapat dicatat dengan benar. Transaksi yang dapat dicatat adalah transaksi yang mengakibatkan perubahan posisi keuangan perusahaan dan dapat dinilai ke dalam unit moneter secara obyektif, serta memiliki bukti yang sah dan diverifikasi.

2. Analisis Transaksi
Setelah mengidentifikasi transaksi, akuntan harus menentukan pengaruhnya terhadap posisi keuangan. Sistem pencatatan yang digunakan adalah double entry system, yaitu setiap transaksi yang dicatat akan berefek terhadap posisi keuangan, didebit dan dikredit dalam jumlah yang sama. Sehingga setiap transaksi mempengaruhi sekurang-kurangnya dua rekening pembukuan. 

Rumus yang digunakan : Aktiva = Kewajiban + Ekuitas.

3. Pencatatan Transaksi ke Dalam Jurnal
Setelah informasi transaksi dianalisis, kemudian dicatat secara runtut di buku jurnal. Jurnal adalah suatu catatan kronologis tentang transaksi-transaksi yang terjadi dalam suatu periode akuntansi. Proses pencatatan transaksi ke dalam jurnal disebut penjurnalan. Terdapat dua macam jurnal, yaitu jurnal umum dan jurnal khusus. Dalam jurnal umum biasanya pencatatan transaksi dimasukkan ke dalam satu rekening yang didebit dan satu rekening yang dikredit. Sedangkan dalam jurnal khusus, diselenggarakan untuk meningkatkan efisiensi pencatatan terhadap transaksi yang berulang. Yang termasuk jurnal khusus seperti jurnal pembelian, jurnal penjualan, jurnal penerimaan kas, dan lain-lain.

4. Posting Buku Besar.
Setelah melakukan pencatatan transaksi ke dalam jurnal, selanjutnya mem-posting transaksi yang sudah dicatat dalam jurnal ke dalam buku besar. Buku besar adalah kumpulan rekening-rekening pembukuan yang masing-masing digunakan untuk mencatat informasi tentang aktiva tertentu. 

5. Penyusunan Neraca Saldo.
Neraca saldo adalah daftar saldo rekening-rekening buku besar pada periode tertentu. Penyusunan neraca saldo dilakukan dengan cara memindahkan saldo yang ada dalam buku besar ke dalam neraca saldo untuk disatukan. Saldo pada neraca saldo harus sama jumlahnya. Jika jumlah saldo debit tidak sama dengan jumlah yang ada di kredit maka dikatakan bahwa neraca saldo tidak seimbang, atau masih ada kesalahan pencatatan transaksi. 

6. Penyusunan Jurnal Penyesuaian.
Jika pada akhir periode akuntansi, terdapat transaksi yang belum dicatat, atau ada transaksi yang salah, atau perlu disesuaikan maka dicatat dalam jurnal penyesuaian. Penyesuaian dilakukan secara periodik, biasanya dilakukan pada saat laporan akan disusun. Transaksi penyesuaian dicatat dalam jurnal penyesuaian kemudian dibukukan dalam buku besar. Setelah itu, saldo yang ada pada buku besar siap disajikan dalam laporan keuangan. Hasil akhir proses akuntansi adalah laporan keuangan yang disusun secara akrual basis.

7. Penyusunan Neraca Saldo Setelah Penyesuaian.
Pada tahap ini hanya perlu menyusun neraca saldo kedua dengan cara memindahkan saldo yang telah disesuaikan pada buku besar ke dalam neraca saldo yang baru. Saldo dari akun-akun pada buku besar dikelompokkan ke dalam kelompok aktiva atau pasiva, dan saldo tersebut harus seimbang.

8. Penyusunan Laporan Keuangan.
Berdasarkan informasi dari neraca saldo setelah penyesuaian, tahap selanjutnya adalah menyusun laporan keuangan. Laporan keuangan yang disusun diantaranya adalah :
  • laporan laba rugi, untuk menggambarkan kinerja perusahaan.
  • laporan perubahan modal, untuk melihat perubahan modal yang telah terjadi.
  • neraca, dapat digunakan untuk memprediksi likuiditas, solvensi, dan fleksibilitas.
  • laporan arus kas, memberikan informasi yang relevan mengenai kas keluar dan kas masuk pada periode berjalan.

9. Penyusunan Jurnal Penutup.
Setelah membuat laporan keuangan, akuntan harus membuat jurnal penutup. Jurnal penutup  hanya dibuat pada akhir periode akuntansi saja. Rekening yang ditutup hanya hanya rekening nominal atau rekening laba rugi. Jurnal penutup dibuat dengan me-nol-kan atau membuat nihil rekening terkait. Rekening nominal harus ditutup karena rekening tersebut digunakan untuk mengukur aktivitas atau aliran sumber-sumber yang terjadi pada periode berjalan.

10. Penyusunan Neraca Saldo Setelah Penutupan (Opsional).
Akuntan menyusun neraca saldo setelah penutupan. Neraca saldo adalah daftar saldo rekening-rekening buku besar setelah dibuatnya urnal penutup. Neraca saldo hanya memuat saldo rekening-rekening permanen saja. Tujuan dari penyusunan neraca saldo setelah penutupan adalah untuk memperoleh keyakinan bahwa saldo yang seimbang sudah benar, oleh karena itu penyusunan neraca saldo hanyalah bersifat opsional atau tidak wajib dilakukan.

11. Penyusunan Jurnal Pembalik (Opsional).
Jurnal pembalik biasanya disusun pada awal periode berikutnya. Jurnal pembalik disusun dari jurnal penyesuaian yang telah dibuat. Tujuan penyusunan jurnal pembalik adalah untuk menyederhanakan prosedur pencatatan transaksi-transaksi tertentu yang terjad secara efetif pada periode berikutnya. Karena tujuan tersebut, maka penyusunan jurnal pembalik bersifat opsional atau tidak wajib dilakukan. 


B. Ely Suhayati dan Sri Dewi Anggadini.
Ely Suhayati dan Sri Dewi Anggadini menyebutkan bahwa siklus akuntansi disusun berdasarkan dua tahapan utama, yaitu :

1. Tahap Pencatatan.
Tahap pencatatan meliputi kegiatan :
  • pembuatan atau penerimaan bukti transaksi.
  • pencatatan dalam jurnal (buku harian).
  • pemindah-bukuan ke buku besar.

2. Tahap Pengikhtisaran.
Tahap pengikhtisaran meliputi kegiatan :
  • pembuatan neraca saldo (trial balance).
  • jurnal penyesuaian.
  • neraca saldo disesuaikan.
  • perhitungan laba rugi dan neraca.
  • penyusunan laporan keuangan.
  • jurnal penutup.
  • pembuatan neraca saldo penutup.
  • jurnal pembalik.


C. Michell Suharli.
Michell Suharli menyebutkan bahwa siklus akuntansi disusun berdasarkan tiga tahapan umum, yaitu :

1. Tahap Pencatatan.
Tahap pencatatan meliputi :
  • pencatatan jurnal.
  • pencatatan buku besar.
  • pencatatan neraca salso.

2. Tahap Pengikhtisaran.
Tahap pengikhtisaran meliputi :
  • jurnal penyesuaian.
  • jurnal pembalik.
  • neraca lajur.

3. Tahap Pelaporan.
Tahap pelaporan meliputi :
  • laporan penutup.
  • jurnal penutup.
  • neraca saldo setelah penutupan.


Siklus akuntansi di mulai dan selesai dalam periode akuntansi, waktu di mana laporan keuangan disusun. Dalam konsep akuntansi, periode akuntansi bervariasi dan bergantung pada berbagai faktor. Hanya saja, jenis periode akuntansi yang paling umum digunakan adalah periode tahunan.

Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian siklus akuntansi (accounting cycle) dan tahapan siklus akuntansi (accountingcycle).

Semoga bermanfaat.