Sarafino mengartikan stres sebagai suatu kondisi yang muncul ketika individu berhubungan dengan lingkungannya, individu merasakan ketidak-sesuaian antara tuntutan-tuntutan situasional dengan sumber daya biologis, dan sosial yang dimilikinya. Menurut Sarafino, stres dapat dilihat dalam tiga sudut yang berbeda, yaitu :
- stres sebagai stimulus.
- stres sebagai respon.
- stres sebagai interaksi antara individu dengan lingkungan.
Hans Selye menyebutkan bahwa stres dapat terjadi melalui tiga tahapan yang disebutnya dengan "The General Adaptation Syndrome (GAS)", yaitu :
- Reaksi terkejut (alarm reaction), ketika tubuh mulai mendeteksi stimulus dari luar.
- Adaptasi (adaptation), ketika mengeluarkan perangkat pertahanan melawan sumber stres atau penyebab stres (stresor).
- Kelelahan (exhaustion), ketika tubuh mulai kehabisan daya pertahanannya.
Penyebab Stres (Stresor). Menurut Rasmun, penyebab stres (stresor) berasal dari dua sumber, yaitu dari dalam tubuh dan dari luar tubuh manusia. Stres terjadi apabila stresor tersebut dirasakan dan dipersepsikan sebagai ancaman, sehingga menimbulkan kecemasan yang merupakan awal dari gangguan kesehatan fisik dan psikologis.
Beberapa jenis penyebab stres (stresor) adalah sebagai berikut :
- Stresor biologik, dapat berupa bakteri, virus, hewan, tumbuhan, dan berbagai mahkluk hidup yang dapat mempengaruhi kesehatan.
- Stresor fisik, dapat berupa perubahan iklim, suhu, cuaca, kepadatan penduduk, kebisingan, dan lain sebagainya.
- Stresor sosial dan psikologik, misalnya seperti rasa tidak puas pada diri sendiri, rasa amarah, dan lain sebagainya.
- Stresor spiritual, seperti adanya persepsi negatif terhadap nilai-nilai ketuhanan.
- Stresor kimia, bisa berasal dari dalam tubuh manusia seperti darah dan tingkat glukosa, bisa juga dari luar tubuh manusia seperti obat-obatan, polusi udara, dan lain sebagainya.
Sedangkan menurut Brannon, Feist, dan Myers, penyebab stres berasal dari tiga sumber, yaitu :
- Katastrofi, yaitu kejadian besar yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak dapat diprediksi. Misalnya : bencana alam.
- Perubahan kehidupan. Perubahan kehidupan seseorang dapat menjadi pemicu timbulnya stres. Misalnya : putus hubungan kerja.
- Kejadian sehari-hari. Tanpa disadari banyak rutinitas keseharian yang dapat memicu munculnya stres. Misalnya : jam kerja yang padat.
Tanda dan Gejala Seseorang Mengalami Stres. Stres memang tidak dapat dilihat, karena stres memang tidak berwujud. Akan tetapi seseorang yang mengalami stres akan memperlihatkan respon-respon tertentu yang merupakan tanda-tanda apabila ia mengalami stres. Tanda dan gejala stres bisa dirasakan melalui :
- gejala fisik, seperti sakit kepala, diare, gangguan tidur, dan lain sebagainya.
- gejala non fisik, seperti perubahan aura, tingkah laku, depresi, cemas, gelisah, dan lain sebagainya.
Sedangkan tanda-tanda stres menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :
1. L. Levy.
L. Levy berpendapat bahwa beberapa hal yang dapat menjadi penyebab stres adalah :
- tuntutan menekan yang tercipta karena konflik tentang peran dalam berbagai situasi hidup, seperti masalah pekerjaan, hubungan dengan orang tua, dan lain sebagainya.
- tuntutan menekan yang tercipta karena perubahan keadaan yang tidak diantisipasi dan secara tiba-tiba dalam kehidupan seseorang, seperti perubahan pekerjaan, ketidak-pastian kerja, dan lain sebagainya.
- ketidak-mampuan untuk menyesuaikan dengan situasi dan kondisi hidup yang baru karena perbedaan antara harapan dan realitas dalam kehidupan bisnis dan pribadi.
2. Atkinson.
Atkinson berpendapat bahwa tanda-tanda psikologis yang muncul akibat stres adalah sebagai berikut :
- Cemas, merupakan bentuk emosi yang muncul, bisa berupa rasa kuatir, ketakutan, dan lain sebagainya yang antara seseorang yang satu dengan yang lain akan berbeda tingkatannya.
- Marah, merupakan luapan emosi yang agresif, baik dalam bentuk verbal maupun non verbal.
- Depresi, merupakan reaksi psikologis dalam menghadapi kejadian-kejadian yang tidak sesuai dengan yang diharapkan, bisa berwujud menarik diri dari pergaulan, malas, dan lain sebaginya.
- Penurunan fungsi kognis, bisa berupa sulit konsentrasi, sulit berpikir logis, dan lain-lain.
3. Taylor.
Taylor berpendapat bahwa gejala stres dapat berupa :
- gejala emosional, seperti cemas, murung, marah, ketakutan, dan lain sebagainya.
- gejala kognisi, seperti tidak dapat berkonsentrasi, takut gagal, rasa kuatir, dan lain sebagainya.
- gejala sosial, seperti tidak bisa bekerja sama, gugup ketika berbicara dengan orang lain, dan lain sebagainya.
- gejala fisik, seperti berkeringat, detak jantung menjadi lebih cepat, dan lain sebagainya.
4. Kahn dan Byosiere.
Kahn dan Byosiere berpendapat bahwa respon seseorang terhadap stres yang ia alami dapat berupa :
- respon fisiologis berupa sakit, seperti tekanan darah tinggi, gangguan pencernaan, dan lain sebagainya.
- respon psikologikal, merupakan respon yang berkaitan dengan pemikiran atau perasaan, baik yang berhubungan deng,n sumber stres atau tidak.
- respon perilaku, merupakan respon yang berkaitan dengan perubahan perilaku seperti menurunnya performance, perilaku agresif verbal atau non verbal, perilaku merusak diri, dan lain sebagainya.
Dampak Stres. Stres yang berkepanjangan dan tidak terkendali dapat menyebabkan kelemahan fisik dan kerusakan organ tubuh. Stres juga dapat berakibat pada gangguan kesehatan jiwa yang menyebabkan seseorang menjadi lebih agresif, menjadi depresi, menderita gangguan psikosomatik, menderita penyakit fisik, dan lain sebagainya. Sedangkan menurut Hans Selye, stres dapat menyebabkan perasaan negatif atau yang berlawanan dengan apa yang diinginkan atau mengancam kesejahteraan emosional.
Semoga bermanfaat.