Manusia Berperasaan Dan Rasional

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Manusia adalah makhluk yang berakal budi. Akal menjadi sumber sifat rasional, sedangkan budi bersumber pada perasaan. Yang dimaksud dengan perasaan adalah fungsi jiwa untuk mempertimbangkan dan mengukur sesuatu menurut rasa senang dan tidak senang. Dalam praktek, perasaan seseorang dapat
diketahui dari pernyataan atau mimik wajahnya, sehingga orang lain tahu apakah seseorang senang hati atau tidak. 

Yang dimaksud dengan rasional adalah menerima sesuatu atas dasar kebenaran pikiran atau rasio. Paham tersebut bersumber pada akal manusia yang diolah dalam otak. Dengan berpikir secara rasional, manusia dapat meletakkan hubungan-hubungan dari apa yang telah diketahui dan yang sedang dihadapi. 

Kemampuan manusia untuk mempergunakan daya akalnya disebut inteligensi. Dalam perjalanan sejarah manusia terdapat kesan, bahwa pada awalnya perasaan manusialah yang lebih berperan dalam kehidupannya, sehingga dalam memperoleh pengetahuan manusia masih mengandalkan perasaan daripada kebenaran berpikir, yaitu dengan cara :
  • Prasangka. Dengan belum terjadinya sesuatu secara pasti, segala sesuatu dapat dimungkinkan benar atau salah. Sangkaan masih lebih banyak mempergunakan perasaan daripada pikiran, dan belum ada bukti-bukti yang membenarkannya.
  • Intuisi. Adalah pandangan batiniah yag serta merta tembus mengenai suatu peristiwa atau kebenaran, tanpa menuruti pikiran atau ilham. Intuisi merupakan bentuk perkiraan yang samar-samar, tanpa diiringi proses berpikir yang cermat namun kemudian bisa menuntun pada suatu keyakinan, yaitu secara tiba-tiba dan pasti dapat memunculkan satu keyakinan yang tepat.
  • Coba ralat (Trial and Error). Dengan mencoba-coba orang sudah melakukan semacam eksperimen dalam metode ilmiah moderen. 

Dalam perkembangan selanjutnya, sifat rasional yang didukung oleh adanya pengalaman (empirical), manusia makin memperoleh kebenaran dalam pengetahuan. Sehingga dalam memperoleh pengetahuan, manusia melakukannya berdasarkan sumber pengetahuan manusia sebagai :
  • Manusia sebagai homo sapiens dapat berpikir dengan rasional untuk menerima suatu kebenaran. Selain juga diperlukan adanya pengalaman yang empirik untuk memperkuat kebenaran tersebut.
  • Manusia sebagai homo longuens dapat berbicara. Dengan cara lisan akan disampaikan pengertian dan pengalaman seseorang kepada orang lain tentang suatu berita atau kebenaran, sehingga orang lain tersebut tanpa harus mengalaminya sendiri sudah memperolehnya dari orang lain.
  • Manusia sebagai homo religeus dapat menerima wahyu sebagai sumber kebenaran. Walaupun terkadang secara rasional kurang masuk akal, tetapi secara perasaan dan intuisi kebenaran wahyu dari Tuhan dapat diterima oleh manusia.

Dalam menerima suatu kebenaran manusia mempergunakan logika, yaitu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir lurus, tepat dan sehat. Logika yang dipergunakan manusia bersifat :
  • Kodrati, merupakan cara berpikir yang spontan dalam memecahkan sesuatu persoalan yang dihadapi.
  • Alamiah, logika alamiah dapat memperhalus dan mempertajam pikiran dan akal budi, sehingga pemikirannya benar-benar lurus, tepat, dan sehat.

Semoga bermanfaat.