Tantrum ( Anak Suka Berteriak Atau Menjerit) Dan Cara Mengatasinya

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Tantrum dalam bahasa Indonesia bisa diartikan dengan menjerit, berteriak, menendang-nendang, atau mengamuk. Tantrum pada anak biasa terjadi saat anak berusia 1 - 4 tahun, terutama tahun kedua. Tantrum biasanya terjadi lantaran ekspresi perasaan yang tidak dapat tertuang sepenuhnya atau ada kebutuhan dasar yang belum terpenuhi, seperti lapar atau ingin istirahat. Kemampuan kontrol diri pada anak kecil belum sempurna. Bahkan orang dewasapun kalau lagi jengkel, kadang-kadang bisa menggebrak meja, membanting pintu, atau  mengomel-ngomel seharian. Padahal orang dewasa telah dilengkapi perangkat kontrol yang sudah ssempurna. Ini juga bisa disebut Tantrum.

gambar : f3y.com
Tantrum pada anak kecil  lazimnya terjadi sekali dalam seminggu, dan semakin berkurang seiring dengan pertambahan usia si anak. Banyak kasus saat anak menginjak usia 5 tahun atau lebih masih mengalami tantrum. Tantrum pada usia muda ini sering disebabkan atau dihubungkan dengan ketidakmatangan perkembangan, yang umumnya ditandai dengan gangguan kesulitan bicara atau memiliki kepribadian impulsif. Sering tantrum dihubungan dengan hubungan anak dan orang tua yang kurang harmonis, kurang dapat menguasai sikap yang pantas kepada anaknya. Terlalu banyak kekangan juga dapat membuat anak jadi tantrum.

Saat anak tantrum satu hal yang penting yang harus dikuasai adalah menguasai diri sendiri. Jangan ikut-ikutan tantrum. Tenang saja, kalau ikutan jengkel dan frustasi menghadapi anak tantrum, sang anak akan lebih paham bahwa memang ada yang tidak beres dengan hubungan antara anak dan orang tua. Berusaha mengerti dan memahami kemauan anak umumnya bisa mengurangi keadaan tantrum. Sikap tantrumnya anak bukan karena kurangnya perhatian orang tua kepada anak, tetapi ada sesuatu yang belum dapat dicapainya.

Berikut ini beberapa hal yang dapat mengurangi tantrum, yaitu :
  • Mencoba mengerti perasaan anak dan tetap memberikan perhatian positif tatkala tantrum tersebut belum ada. Ini akan menjadi sedikit sulit kalau kualitas dan kuantitas jam kontak anak dan orang tua minim karena kesibukan sehari-hari.
  • Mengurangi berkata tidak, dengan cara membuat lingkungan sedemikian rupa sehingga tidak perlu ada alasan melarang ini dan itu. 
  • Alihkan perhatian anak pada sesuatu yang membuat dirinya tidak terlalu frustasi, bila terlihat frustasinya mulai memuncak, tawarkan hal-hal kecil yang ia pasti sanggup melakukannya.
  • Anak yang tantrum tetap harus ditemani tetapi tidak perlu dengan ancaman. Sebaiknya anak dibawa ke tempat yang lebih tenang, bila tantrum terjadi di tempat umum.
  • Bila tantrum selesai jangan menggurutu, tetapi juga tidak mengabulkan keinginan yang membuatnya tantrum tersebut, terutama yang berkaitan dengan keselamatan.
  • Cari lingkungan yang dapat mendukung perilaku baiknya.
  • Sadari kapan anak lelah/jenuh.    

Kesabaran yang dibutuhkan oleh orang tua dalam menghadapi anak tantrum, dengan begitu pelan tapi pasti kebiasaan tantrum pada anak bisa dikurangi, bahkan disebuhkan.

Semoga bermanfaat.