1. Tikus dan Penyakit Bawaannya.
Tikus sering kita jumpai berkeliaran di dalam rumah. Hewan pengerat ini kadang sangat membuat kita jengkel karena akibat perbuatannya sering merusak pakaian maupun dokumen-dokumen penting kita, belum lagi bau yang ditimbulkan dari kotoran dan air kencing tikus tersebut. Ketika tikus sudah kita anggap hama, maka kita harus segera membasminya. Hanya saja bangkai tikus jangan kita buang sembarangan, akan lebih baik kalau bangkai tikus tersebut kita bakar atau kuburkan, demi kesehatan kita.
Tikus sering kita jumpai berkeliaran di dalam rumah. Hewan pengerat ini kadang sangat membuat kita jengkel karena akibat perbuatannya sering merusak pakaian maupun dokumen-dokumen penting kita, belum lagi bau yang ditimbulkan dari kotoran dan air kencing tikus tersebut. Ketika tikus sudah kita anggap hama, maka kita harus segera membasminya. Hanya saja bangkai tikus jangan kita buang sembarangan, akan lebih baik kalau bangkai tikus tersebut kita bakar atau kuburkan, demi kesehatan kita.
Menurut hasil Kajian Pengendalian Hama Pemukiman, Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, tikus bisa menularkan berbagai macam penyakit, yaitu sebagai berikut :
- Pes, merupakan penyakit epidemik pada manusia dan tikus yang dapat berakibat fatal bila tidak segera mendapatkan pengobatan. Pes ditularkan melalui gigitan pinjal Xenopsylla cheopis yang hidup pada kulit dan rambut tikus. Penyakit ini telah banyak memakan korban manusia di daratan Eropa, Asia dan Afrika. Meskipun saat ini wabah penyakit ini sudah jarang terjadi tetapi tetap saja kita harus selalu waspada.
- Riketsia, adalah kuman tipe khusus yang menjadi parasit pada sel hewan vertebrata dan artropoda dengan vektor pinjal, tungau atau caplak. Penyakit murine typhus disebabkan oleh Ricketsia Typhi (R. mooseri) yang ditularkan oleh tikus ke manusia melalui gigitan pinjal Xenopsylla cheopis. Gigitan pinjal pada kulit menimbulkan rasa gatal, apabila digaruk akan menimbulkan luka pada kulit sehingga patogen masuk ke aliran darah. Gejala penyakit riketsia pada manusia adalah sakit kepala, kedinginan, demam, dan nyeri diseluruh tubuh. Pada hari kelima akan muncul bintil-bintil merah mirip cacar pada permukaan kulit.
- Salmonellosis, secara umum merupakan penyakit pada manusia atau hewan yang disebabkan oleh bakteri dari genus Salmonella yang biasa meracuni makanan. Bakteri Salmonella yang ditularkan oleh tikus bisa menyebabkan kematian. Gejala yang timbul pada manusia akibat infeksi bakteri ini adalah sakit perut, gastroenteritis akut, diare, rasa mual, muntah, dan demam yang diikuti dengan dehidrasi. Penyebaran penyakit ini dari tikus ke manusia terutama akibat kontaminasi dari feses dan urine tikus pada makanan atau minuman yang dikonsumsi manusia.
- Lassa dan Rodent-borne Haemorrhagic Fevers (Deman Lassa), adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dari kelompok Arenavirus. Gejala nampak selama satu sampai empat minggu berupa malaise, demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, batuk, mual, muntah, diare, nyeri otot, nyeri di dada dan perut, pembengkakan pada kelenjar limfa dan pembengkakan pada leher. Penyakit ini terutama disebarkan oleh tikus mastomys natalensis sebagai vektor utama dari virus. Cara penularan melalui sekresi hidung, feses dan urine tikus.
- Leptospirosis (Penyakit Well), Well adalah nama ilmuwan yang pertama kali mengidentifikasi patogen yang berasosiasi dengan tikus. Leptospirosis atau penyakit kuning disebabkan oleh bakteri Leptospira icterohaemorrhagiae yang hidup pada ginjal dan urine tikus. Manusia dapat terinfeksi oleh patogen ini melalui kontak dengan urine tikus, jaringan tikus atau air yang mengandung patogen ini. Patogen ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui membran mukosa atau garukan pada kulit. Gejala penyakit ini mirip dengan gejala influenza yang ditandai dengan demam, sakit kepala, diare, kedinginan, muntah, conjunctivitis, meningitis, sakit kuning dan pendarahan pada kulit dan membran mukosa.
2. Penyakit Pes (Plague).
Pes (Plague) kenapa disebut penyakit bersejarah, karena penyakit ini sudah ada sejak jaman Yunani dan Mesir Kuno 3.000 SM. Dalam perjalanannya penyakit pes telah menyebar ke banyak negara di dunia dan telah merenggut banyak nyawa di setiap daerah yang terjangkit wabah penyakit ini. Penyakit pes disebabkan oleh kuman mikroorganisme entero bakteria yersinia pestis, yang pertama kali diketahui oleh AJE Yersin, seorang ilmuwan dan ahli bakteriolog asal Perancis. Parasitnya disebut flea, xenopsylla cheopis dan xenopylla astia (untuk wilayah Asia), yaitu sejenis kutu yang terdapat pada hewan-hewan pengerat, seperti tikus, kelinci, marmut, hamster, tupai dan sejenisnya.
Flea, xenopsylla cheopis dan xenopylla astia menular lewat gigitan oleh kutu pembawa mikroorganis, kontak dengan bangkai yang terkontaminasi, cakaran binatang atau kontak dengan tubuh binatang yang terinfeksi. Penularan lainnya bisa disebabkan karena karena terkena percikan air liur penderita yang terbawa oleh udara (melalui batuk atau bersin), kontak lendir, atau bekas makanan penderita. Seseorang yag tinggal di daerah endemik wabah pes akan mudah terinfeksi karena sangat sulit menghindari kontak langsung, terutama karena disebabkan oleh udara yang sudah tercemar. Sebenarnya pengobatan penyakit pes sangat mudah, asal dilakukan tindakan sejak dini pada masa inkubasi. Namun apabila sudah sampai taraf akut maka harus dilakukan penanganan khusus, untuk mengetahui tingkat stadium dan penyebaran parasit di dalam tubuh.
Jika suatu daerah positif terkena wabah, maka daerah-daerah sekitarnya sangat rentan tertular, karena pergerakan tikus dan binatang pembawa virus akan berkeliaran tanpa bisa dikendalikan. Cara yang efektif untuk pencegahan penyakit pes yaitu dengan melakukan pembersihan dengan sasaran sanitasi lingkungan, serta pemeriksaan secara intensif atau pemblokiran terhadap semua barang dan orang yang berasal dari daerah endemi.
3. Jenis Penyakit Pes (Plague).
Ada tiga jenis pes (plague) yang dikenal, yaitu :
3. Jenis Penyakit Pes (Plague).
Ada tiga jenis pes (plague) yang dikenal, yaitu :
- Bubonic Plague, dengan masa inkubasi 2 - 7 hari. Penderita akan mudah dideteksi dan dilihat setelah muncul beberapa gejala, diantaranya : a. Muncul kelenjar getah bening di dekat bekas gigitan atau cakaran binatang yang terinfeksi, pembengkakkan kelenjar limfe ini terasa sangat sakit hingga akhirnya pecah dan mengeluarkan nanah. b. Demam, suhu badan tidak menentu, kadang tinggi tapi tiba-tiba turun dengan drastis hingga menggigil. c. Pusing yang sangat akut, mual dan muntah-muntah. d. Lemah dan lemas. e. Tonsil (amandel membengkak), ini sangat mengganggu saat menelan makanan karena terasa sakit setiap tersentuh makanan yang melewati tenggorokan sehingga membuat penderita kehilangan nafsu makan.
- Septicemic Plague, gejala yang dialami penderita tak jauh beda dengan bubonic plague, yaitu pusing, mual hingga muntah. Namun ada yang lebih spesific, yaitu : a. Mengalami penurunan tekanan darah. b. Sering mengalami shock. c. Terjadi pembekuan pada saluran darah. d. Sering terjadi pendarahan di bawah kulit atau organ-organ tubuh lainnya, yang menyebabkan kerja organ tubuh tidak maksimal dan sering mengalami hambatan.
- Pneumonic Plague, untuk jenis yang satu ini tergolong yang paling membahayakan, karena menyerang paru-paru hingga terjadinya peradangan. Hanya dalam masa inkubasi 1 - 3 hari penderita akan mengalami gangguan-gangguan, diantaranya : a. Sakit dada, penderita akan merasakan nyeri yang luar biasa di dada. Pada fase tertentu ia akan mengeluarkan keringat yang berlebihan karena efek dari sakit yang dirasakan. b. Batuk-batuk dengan sputum (dahak) yang berdarah. c. Nafas pendek atau sesak nafas. d. Nyeri di daerah inguinal. e. Demam dan diare. f. Pembengkakan pada lidah dan luka pada mulut (sariawan). g. Terdapat kotoran pada mata. h. Pucat dan lemah yang berlanjut kejang-kejang hingga koma (pada tingkat gejala akut).
4. Leptospirosis, Gejala dan Pengobatannya.
Leptospirosis adalah bakteri dari tikus yang paling berbahaya bagi manusia, penyakit ini disebabkan oleh bakteri yang disebut leptospira icterohaemorrhagiae. Penyakit ini termasuk salah satu penyakit zoonosis yaitu penyakit yang ditularkan melalui hewan. Di Indonesia, penular utama penyakit leptospirosis adalah tikus, melalui kotoran dan air kencingnya. Pada musim hujan, terutama saat banjir, tikus-tikus yang tinggal di liang-liang tanah akan ikut keluar menyelamatkan diri. Tikus-tikus tersebut akan berkeliaran di sekitar manusia sehingga kotoran dan air kencingnya akan bercampur dengan air banjir tersebut. Seseorang yang memiliki luka, kemudian bermain atau terendam air banjir yang sudah bercampur dengan kotoran atau kencing tikus yang mengandung bakteri lepstopira, berpotensi terinfeksi dan jatuh sakit. Bakteri leptospira lebih banyak berkembang di daerah rawan banjir atau daerah yang rawan air pasang (rob), namun begitu tidak menutup kemungkinan bakteri leptospira ini juga berkembang di dataran tinggi mengingat habitat tikus/hewan pengerat lainnya juga banyak ditemui di daerah dataran tinggi. Dan fakta di lapangan juga menunjukkan bahwa penderita leptospirosis juga banyak diderita oleh orang yang tinggal di dataran tinggi.
Leptospirosis adalah bakteri dari tikus yang paling berbahaya bagi manusia, penyakit ini disebabkan oleh bakteri yang disebut leptospira icterohaemorrhagiae. Penyakit ini termasuk salah satu penyakit zoonosis yaitu penyakit yang ditularkan melalui hewan. Di Indonesia, penular utama penyakit leptospirosis adalah tikus, melalui kotoran dan air kencingnya. Pada musim hujan, terutama saat banjir, tikus-tikus yang tinggal di liang-liang tanah akan ikut keluar menyelamatkan diri. Tikus-tikus tersebut akan berkeliaran di sekitar manusia sehingga kotoran dan air kencingnya akan bercampur dengan air banjir tersebut. Seseorang yang memiliki luka, kemudian bermain atau terendam air banjir yang sudah bercampur dengan kotoran atau kencing tikus yang mengandung bakteri lepstopira, berpotensi terinfeksi dan jatuh sakit. Bakteri leptospira lebih banyak berkembang di daerah rawan banjir atau daerah yang rawan air pasang (rob), namun begitu tidak menutup kemungkinan bakteri leptospira ini juga berkembang di dataran tinggi mengingat habitat tikus/hewan pengerat lainnya juga banyak ditemui di daerah dataran tinggi. Dan fakta di lapangan juga menunjukkan bahwa penderita leptospirosis juga banyak diderita oleh orang yang tinggal di dataran tinggi.
Penularan leptospirosis pada tubuh manusia terhitung sangat mudah dan cepat. Bakteri yang berukuran sangat kecil ini banyak tersebar di seluruh dunia, baik di pedesaan maupun di perkotaan, di daerah tropis maupun daerah subtropis. Hanya saja bakteri leptospira akan lebih mudah berkembang biak dan tahan lama pada daerah yang bersuhu tropis, seperti Indonesia. Mereka yang sangat beresiko terkena penyakit ini biasanya para pekerja lapangan yang sering berhubungan dengan genangan air atau rob. Di sisi lain, bakteri ini juga beresiko terhadap individu yang terpapar air yang sudah terkontaminasi bakteri leptospira, terutama di daerah endemis yang biasanya mengalami puncak perkembangbiakan pada saat musim hujan dan banjir.
Faktor utama dan yang paling banyak cara penularan berasal dari urin tikus melalui air (water borne disease), baik pada manusia maupun hewan. Di dalam air, terutama saat hujan dan banjir bakteri leptospira ini mampu bergerak dengan cepat kemudian menginfeksi penderita melalui selaput lendir mata, hidung, kulit yang terluka, atau lewat makanan melalui mulut dan tenggorokan kemudian masuk ke dalam tubuh dan menyebar keseluruh aliran darah. Penularan leptospirosis juga bisa terjadi secara tidak langsung melalui benda-benda yang sudah tercemar urin tikus. Misalnya peralatan dapur (tikus biasanya berkeliaran di dapur).
Bagi orang yang sudah terjangkit bakteri leptospira akan mengalami rasa sakit dalam tubuhnya, hal ini mesti diwaspadai sejak awal sebelum menjadi lebih parah. Biasanya orang yang terjangkit bakteri leptospira akan mengalami gejala :
- Stadium Pertama : demam menggigil, sakit kepala, malaise, muntah, konjungtivis, rasa nyeri otot betis dan punggung. Gejala tersebut akan tampak antara 4 - 9 hari, sedang gejala yang kharakteristik, konjungtivis tanpa disertai kemerahan pada mata, dan rasa nyeri pada otot-otot.
- Stadium Kedua : biasanya terjadi antara minggu kedua dan keempat, terbentuk antibodi pada tubuh penderita, gejala yang timbul lebih bervariasi dibandingkan dengan stadium pertama, apabila demam dengan gejala-gejala lain timbul kemungkinan akan terjadi meningitis.
Masa inkubasi bakteri leptospira adalah 2 hingga 26 hari. Sekali berada di aliran darah, bakteri ini bisa menyebar ke seluruh tubuh dan mengakibatkan gangguan khususnya pada hati dan ginjal, baru kemudian ke bagian tubuh yang lainnya, termasuk paru-paru dan otak.
Bakteri leptospira sebenarnya mudah mati dengan antibiotik yang banyak dijumpai di pasar seperti penicillin dan turunannya (amoxylline), streptomycine, tetracycline, atau erithtromycine. Namun begitu kita tetap perlu melakukan langkah pencegahan supaya bakteri leptospira (dan penyakit leptospirosis) tidak tumbuh berkembang di lingkungan sekitar kita. Langkah pencegahan yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut :
- Milikilah pola hidup sehat dan selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
- Menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar terhindar dari tikus.
- Selalu mencuci tangan dengan sabun desinfektan sebelum makan.
- Mencuci tangan dan kaki serta bagian tubuh lainnya dengan sabun setelah melakukan aktivitas di lapangan atau tempat-tempat yang ditenggarai sebagai sarang tikus.
- Memakai sepatu boot dari karet dan memakai sarung tangan karet bagi kelompok pekerja yang beresiko tinggi leptospirosis. Misalnya petugas kebersihan, pemotong daging, dan lain-lain.
- Menjaga kebersihan lingkungan.
- Membersihkan tempat-tempat air dan kolam renang.
- Membasmi tikus di rumah dan tempat lain.
- Membersihkan dengan desinfektan bagian-bagian dari rumah dan tempat lain yang diindikasi bekas kencing tikus.
Demikian penjelasan berkaitan dengan pes (plague) dan leptospirosis, penyakit yang dibawa oleh tikus.
Semoga bermanfaat.