Antara Obat Herbal (Jamu) Dan Obat Kimia Sintetis, Mana Yang Akan Dikonsumsi

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Kesadaran orang akan arti penting dari kesehatan semakin meningkat. Kesadaran akan kesehatan tersebut dibarengi juga dengan keinginan sebagian orang untuk mencari pengobatan alternatif dengan mengonsumsi obat-obatan yang berbahan dasar herbal atau sering juga disebut jamu.

Peralihan pengobatan dari obat kimia sistetis ke herbal (jamu) sebaiknya juga diikuti dengan pemahaman yang luas tentang keberadaan kedua jenis pengobatan tersebut. Dengan mengetahui sisi-sisi yang yang ada pada kedua jenis pengobatan tersebut, paling tidak semakin memahami apa yang seharusnya kita konsumsi. 

Untuk mengetahui perbandingan dari obat kimia sintetis dan obat herbal (jamu), berikut adalah beberapa kelebihan dan kekurangan yang ada pada dua jenis pengobatan tersebut.

  • Obat Kimia. Bersifat sympthomatis yaitu hanya untuk mengurangi rasa sakit, lebih diarahkan untuk menghilangkan gejala-gejala penyakitnya saja.  Obat kimia juga bersifat paliatif artinya penyembuhan yang bersifat spekulatif. Bila tepat, penyakit akan sembuh. Bila tidak, endapan obat akan menjadi racun yang berbahaya. Pemakaian obat kimia lebih diutamakan untuk penyakit-penyakit yang sifatnya akut (butuh pertolongan segera). Obat kimia reaksinya cepat, namun mempunyai efek samping yang bersifat destruktif yaitu melemahkan organ tubuh lain, terutama jika dipakai terus menerus dalam jangka waktu yang lama.
  • Obat Herbal (Jamu). Bersifat rekonstruktif yaitu sifatnya memperbaiki organ dan membangun kembali organ-organ, jaringan atau sel-sel yang rusak, lebih diarahkan pada sumber penyebab penyakit dan perbaikan fungsi orga yang rusak. Obat herbal (jamu) juga bersifat kuratif artinya benar-benar menyembuhkan karena pengobatannya pada sumber penyebab penyakit. Pemakaian obat herbal (jamu) lebih diutamakan untuk mencegah penyakit, pemulihan penyakit-penyakit komplikasi menahun, serta pengobatan untuk jenis penyakit yang memerlukan pengobatan lama. Karena biasanya obat herbal (jamu) mempunyai reaksi yang lambat tetapi bersifat konstruktif atau memperbaiki dan membangun kembali organ-organ yang rusak.

Sedangkan untuk efektivitas dalam mengobati penyakit, dua jenis pengobatan ini mepunyai perbedaan, yaitu :
  • Obat Kimia. Sering kurang efektif untuk penyakit tertentu. Beberapa penyakit memang belum ada obatnya, obat yang ada hanya bersifat simptomatik dan harus diminum seumur hidup. Banyak pasien secara rutin pergi ke dokter tanpa perbaikan yang signifikan bahkan ada yang semakin memburuk keadaannya.
  • Obat Herbal (Jamu). Efektif, bahkan untuk penyakit yang sulit diobati secara medis. Berdasarkan penelitian dan tinjauan dari aspek farmakologi telah terbukti bahwa bahan-bahan herbal tertentu mengandung zat-zat/unsur-unsur penyembuh untuk beberapa penyakit yang sulit diobati secara medis, seperti kanker.

Salah satu alasan dari kecenderungan perpindahan pengobatan dari obat kimia sintetis ke obat herbal adalah masalah harga. Obat kimia sistetis cenderung lebih mahal. Hampir semua obat kimia sistetis yang kita gunakan bahan bakunya bahkan obat bentuk jadi diimpor dari luar. Hal ini terjadi karena untuk menghasilkan obat, dibutuhkan teknologi, investasi yang besar, serta penelitian yang waktunya tidak sebentar. Tingginya harga obat kimia sistetis juga dikarenakan impor bahan-bahan obat menggunakan mata uang asing yang berfluktuasi sesuai kurs dan juga membuat ketersediaan bahan tidak menentu. Sedangkan obat herbal (jamu), selain bahan yang tersedia di dalam negeri melimpah ruah, bahkan bisa ditanam sendiri di rumah, juga karena media pengobatan ini sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia.

Efek samping dari penggunaan dua jenis pengobatan tersebut, dapat diperbandingkan sebagai berikut :
  • Obat Kimia. Efek samping secara langsung atau terakumulasi, ini karena obat kimia sendiri terdiri dari bahan kimia yang murni, baik tunggal atau campuran. Bahan kimia tidak bersifat organis (alami) dan bersifat reaktif (mudah bereaksi), sedang tubuh manusia bersifat organis dan komplek.  Dengan demikian bahan kimia bukan bahan yang benar-benar cocok untuk tubuh manusia. Konsumsi bahan kimia untuk tubuh terpaksa dilakukan dengan berbagai batasan artinya selama dapat diterima dan ditoleransi oleh tubuh. Pemakaian obat kimia dalam jangka panjang dan dalam dosis tinggi yang terutama untuk penderita penyakit permanen (penyakit yang dinyatakan tidak bisa disembuhkan) atau untuk penyakit yang masa penyembuhannya lama haruslah hati-hati. Ginjal, hati, dan organ tubuh penting lainnya sangat rawan terhadap pemakaian obat kimia.
  • Obat Herbal (Jamu). Tidak ada efek sampingnya jika digunakan pada dosis normal. Hal ini terjadi karena obat herbal (jamu) tersusun oleh bahan-bahan organik yang komplek. Kelebihan obat herbal (jamu) yang digunakan tentulah ada efek sampingnya hanya saja tidak membahayakan bagi kesehatan tubuh. Seperti halnya saat kita makan berlebih, seperti itu jugalah efek samping dari obat herbal (jamu).

Kelemahan dari obat herbal (jamu) adalah proses pengobatan yang lama daripada obat kimia, obat herbal (jamu) dirasakan kurang praktis dalam sisi cara konsumsinya, dan masih banyaknya produk-produk obat hermal (jamu) yang belum terstandarkan sehingga dunia medis bahkan sebagian masyarakat belum sepenuhnya percaya untuk menggunakannya.

Semoga bermanfaat.