Kecemasan Sosial (Social Anxiety) : Karakteristik Dan Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Sosial

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Kecemasan sosial atau "social anxiety" merupakan perasaan tertekan yang dialami oleh seorang individu dalam situasi sosial. Secara umum, Kecemasan sosial dapat berarti perasaan takut, malu, dan kuatir secara berlebihan yang dirasakan oleh seseorang individu di saat berada di lingkungan sosial tertentu, yang disebabkan karena kehadiran orang-orang lain sehingga memunculkan prasangka bahwa orang-orang tersebut akan menilai negatif terhadap dirinya atas apa yang akan dilakukan atau dikatakan.

American Psychiatric Association
, menjelaskan yang dimaksud dengan :

Kecemasan sosial adalah suatu ketakutan yang menetap terhadap sebuah (atau lebih) situasi sosial yang terkait berhubungan dengan performa sehingga membuat seorang individu harus berhadapan dengan orang-orang yang tidak dikenalnya atau menghadapi kemungkinan diamati oleh orang lain, takut bahwa dirinya akan dipermalukan atau dihina.



Karakteristik Kecemasan Sosial. Menurut Gillian Butler, dalam bukunya yang berjudul "Overcoming Social Anxiety and Shyness : A Self-Help Using Cognitive Behavioral Techniques", menyebutkan bahwa karakteristik seorang individu yang menunjukkan kecemasan sosial adalah sebagai berikut :

1. Menghindari situasi yang menyulitkan atau rumit (subtle kinds of avoidance).
Menghindar (avoidance) adalah tidak melakukan sesuatu karena takut apabila melakukan sesuatu akan membuat diri sendiri cemas. Beberapa situasi sulit atau rumit yang dihadapi antara lain :
  • menunggu orang yang dikenal sampai datang, sebelum masuk ke ruangan yang di dalamnya banyak orang tidak dikenal.
  • melakukan berbagai hal sendirian saat di dalam suatu acara, tujuannya untuk menghindari berbicara atau melakukan pembicaraan dengan orang lain.
  • pergi menjauh saat melihat seseorang yang dapat membuat cemas.
  • menghindari pembicaraan yang berkaitan dengan permasalahan pribadi.
  • tidak makan di tempat umum.

2. Perilaku yang aman (safety behaviors).
Perilaku yang aman (safety behaviors) adalah melakukan segala sesuatu yang dapat membuat aman dan tidak menarik perhatian. Beberapa perilaku aman yang biasa dilakukan adalah :
  • melatih apa yang akan dibicarakan, mengecek kembali setiap perkataan agar menjadi benar.
  • berbicara dengan sangat lambat, menjadi pendiam, atau berbicara secara cepat tanpa mengambil nafas.
  • menyembunyikan tangan atau wajah.
  • membiarkan rambut menutupi wajah, menggunakan pakaian yang dapat menutupi sebagian tubuh, atau menggunakan pakaian yang tidak mencolok.
  • tidak membicarakan tentang diri sendiri atau tentang mengekspresikan opini.
  • tidak mengatakan sesuatu yang akan menjadi kontroversi atau selalu setuju dengan pendapat orang lain.
  • selalu berdekatan dengan orang yang aman atau berada di tempat yang aman.
  • menghindari kontak mata.

3. Menjauhi masalah (dwelling on the problem).
Salah satu hal dapat dilakukan untuk menghindari kecemasan sosial adalah dengan tidak terlibat dalam suatu masalah atau menjauhi masalah. Biasanya ia akan terjebak dalam pikiran apa yang akan dilakukannya apabila terjadi masalah di waktu yang akan datang sebagai akibat dari perbuatan atau perkataannya. Seorang individu dengan kecemasan sosial akan fokus terhadap apa kesalahan yang mungkin akan dilakukannya dan selalu mengasumsikan apa reaksi orang lain terhadap dirinya dan selalu mengingat-ingat setiap kesalahan yang pernah dilakukannya.

4. Harga diri, kepercayaan diri, dan perasaan rendah diri  (Self esteem, self confidence, and feelings of inferiority).
Kecemasan sosial menjadikan seseorang merasa berbeda dengan orang lain, selalu berpikir negatif, merasa lebih buruk daru orang lain, merasa aneh, sehingga hal tersebut akan mempengaruhi self esteem dan kepercayaan diri. Orang dengan kecemasan sosial cenderung akan : 
  • merasa minder dan tidak mau bergaul dengan orang lain. 
  • merasa orang lain tidak menyukainya. 
  • merasa orang lain berpikir negatif tentang dirinya.
  • merasa orang lain mengabaikan atau tidak mempedulikan dirinya.
  • mengartikan setiap pandangan dan perkataan orang lain terhadap dirinya menandakan bahwa dirinya buruk.
  • selalu mengevaluasi diri dengan cara yang negatif, selalu melihat kelemahan diri, dan hidup dalam rasa ketakutan.

5. Hilang semangat dan depresi, frustasi dan kebencian (demoralization and depression, frustasion and resentment).
Merasa frustasi terhadap kepribadian diri sendiri, sehingga kecemasan sosial membuat putus asa. Orang yang memiliki kecemasan sosial juga dapat merasa demoralisasi atau depresi seperti orang yang marah dan benci saat menemukan orang lain sangat mudah melakukan sesuatu yang menurut dirinya sangat sulit dilakukan.

6. Performa efek (effect performance).
Kesulitan terbesar orang yang mengalami kecemasan sosial adalah saat kecemasan sosial mengganggu kehidupan sehari-hari dan kemampuan untuk merencanakan kegiatan. Kecemasan sosial dapat menghentikan seorang individu untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya dapat dilakukan dan menghilangkan kemampuan yang dimiliki dan selanjutnya dapat mempengaruhi karier, hubungan pribadi, pertemanan, kerja, dan kehidupan sehari-harinya.


Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Sosial. Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi (menyebabkan) kecemasan sosial, seperti cara berpikir, fokus perhatian, penghindaran, dan lain sebagainya. Secara umum, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi (menyebabkan) kecemasan sosial adalah :
  • faktor genetik (genes). Biasanya, keluarga dengan orang tua yang memiliki kecemasan sosial akan menurunkan hal tersebut kepada anaknya.
  • pengalaman sosial (social experience). Pengalaman sosial yang sangat kuat mempengaruhi timbulnya kecemasan sosial. Seperti pengalaman yang traumatik di depan umum. Hal tersebut akan berkembang menjadi faktor penyebab kecemasan sosial.
  • pengaruh budaya. Pola asuh dalam keluarga yang menjadi budaya dapat menjadi faktor penyebab kecemasan sosial. 
  • pengaruhneurochemicals. Berdasarkan penelitian, ketidak-seimbangan cairan kimia serotonin di otak dapat menjadi faktor kecemasan sosial. Seronin, neurotransmitter membantu untuk memberikan rasa nyaman dan emosi. Seorang individu yang mengalami kecemasan sosial memiliki perasaan sangat sensitif yang diakibatkan karena kelebihan cairan serotonin.
  • faktor psikologis. Faktor psikologis memiliki peranan yang sangat penting sebagai hal yang dapat mempengaruhi atau penyebab timbulnya kecemasan sosial. Misalnya respon ketakutan terhadap situasi yang tidak mengenakkan, keyakinan yang sifatnya negatif, dan lain sebagainya.  

Menurut B.R. Schlenker dan M.R. Leary, dalam tulisannya yang berjudul "Social Anxiety and Communication About the Self", yang dibuat dalam Journal of Language and Social Psychology 4 : 171 - 192, menyebutkan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan sosial adalah sebagai berikut :
  • berhububungan dengan kekuasaan dan status sosial yang tinggi. Maksudnya adalah seorang individu yang memiliki status sosial atau dari keluarga yang memiliki status sosial yang tinggi akan lebih cenderung untuk tidak mengalami kecemasan sosial karena memiliki kekuasaan atau power.
  • konteks evaluasi. Maksudnya adalah seorang individu akan berada pada situasi kecemasan sosial atau situasi sosial tidak nyaman, apabila beranggapan bahwa orang lain akan mengevaluasinya atau menilainya secara berlebih.
  • fokus interaksi pada kesan individu. Maksudnya adalah seorang individu akan memandang bahwa kesan pertama merupakan acuan atau tolak ukur sebagai interaksi selanjutnya.
  • situasi sosial yang tidak terstruktur. Maksudnya adalah seorang individu akan berada pada situasi kecemasan sosial saat ia menghadapi situasi dan kondisi yang baru pertama kali. Hal tersebut terjadi karena diantaranya ia belum mengetahui aturan secara pasti.
  • kesadaran diri dalam. Maksudnya adalah seorang individu akan fokus dan perhatian pada diri sendiri dan sikap dalam menghadapi lingkungan sosialnya.


Demikian penjelasan berkaitan dengan karakteristik dan faktor yang mempengaruhi (penyebab) timbulnya kecemasan sosial (social anxiety).

Semoga bermanfaat.