Majas atau lebih dikenal dengan gaya bahasa yang digunakan oleh penulis untuk menyampaikan pesan secara imajinatif dan kias yang bermakna konotasi. Majas merupakan salah satu unsur penting yang biasa digunakan dalam penulisan suatu karya sastra, seperti puisi atau prosa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, majas diartikan sebagai cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakannya dengan sesuatu yang lain atau dalam bentuk kiasan.
Dalam Wikipedia disebutkan bahwa majas adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek yang membuat karya sastra semakin hidup. Sehingga dengan penggunaan majas diharapkan pembaca dapat merasakan efek emosional dari gaya bahasa dimaksud.
Pengertian Majas Menurut Para Ahli. Banyak ahli telah mengemukakan pendapatnya tentang apa yang dimaksud dengan majas, beberapa diantaranya adalah :
- Slamet Muljana, menjelaskan bahwa majas adalah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul atau hidup dalam hati penulis, yang menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca.
- Aminuddin, menjelaskan bahwa majas adalah sebuah gaya bahasa dan cara yang digunakan oleh pengarang dalam memaparkan gagasannya sesuai dengan tujuan dan efek yang ingin dicapai.
- H.G. Tarigan, menjelaskan bahwa majas adalah cara mengungkapkan pikiran melalui gaya bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian seorang penulis.
- Luxemburg, menjelaskan bahwa majas adalah suatu gaya bahasa yang memberikan ciri khas pada sebuah teks. Maksudnya pada saat tertentu suatu teks dapat diibaratkan seperti individu yang berbeda dengan individu yang lain.
- Goris Keraf, menjelasakan bahwa majas adalah suatu gaya bahasa dalam karya sastra yang disampaikan secara jujur, sopan santun, dan menarik.
Macam-Macam Majas. Terdapat banyak jenis majas yang sering digunakan dalam suatu karya sastra, yaitu :
1. Majas Perbandingan.
Majas perbandingan adalah gaya bahasa yang digunakan untuk membandingkan (menyandingkan) suatu obyek dengan obyek la in melalui proses penyamaan, pelebihan, ataupun penggantian. Majas perbandingan terdiri dari :
- Personifikasi, yaitu gaya bahasa yang digunakan seolah-olah menggantikan fungsi benda mati yang bisa bersikap layaknya seperti manusia. Contoh : nyiur melambai.
- Metafora, yaitu gaya bahasa yang digunakan dengan meletakkan sebuah obyek yang bersifat sama dengan pesan yang ingin disampaikan dalam bentuk ungkapan. Contoh : Dia tulang punggung keluarganya.
- Asosiasi, yaitu gaya bahasa yang digunakan untuk membandingkan dua obyek yang berbeda, namun dianggap sama dengan pemberian kata sambung : bagaikan, seperti, atau bak. Contoh : Wajah kedua orang itu bagaikan pinang dibelah dua.
- Hiperbola, yaitu gaya bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan sesuatu dengan kesan berlebihan, bahkan hampir tidak masuk akal. Contoh : Ia bekerja memeras keringat membanting tulang untuk mencukupi hidup keluarganya.
- Eufemisme, yaitu gaya bahasa yang digunakan untuk mengganti kata-kata yang dianggap kurang baik dengan padanan yang lebih halus. Contoh : Pemerintah sedang membangun fasilitas untuk kaum difabel. Difabel untuk menggantikan frasa orang yang kurang secara fisik (cacat).
- Metominia, yaitu gaya bahasa yang digunakan untuk membandingkan (menyandingkan) suatu istilah atau merek untuk merujuk pada benda umum. Contoh : Dia ke pasar naik honda. Honda merujuk pada kendaraan bermotor.
- Simile, yaitu gaya bahasa yang hampir sama dengan asosiasi yang menggunakan kata hubung bagaikan, seperti, atau bak, hanya saja simile bukan membandingkan dua obyek yang berbeda, tetapi membandingkan (menyandingkan) sebuah kegiatan dengan ungkapan. Contoh : Apa yang dilakukannya seperti anak ayam kehilangan induknya.
- Alegori, yaitu gaya bahasa yang digunakan untuk membandingkan (menyandingkan) suatu obyek dengan kata-kata kiasan. Contoh : Dia adalah nahkoda dalam keluarga. Nahkoda berarti pemimpin keluarga.
- Sinekdok, terbagi menjadi dua, yaitu : a. sinekdok pars pro toto adalah gaya bahasa yang untuk menyebutkan sebagian unsur untuk menampilkan keseluruhan sebuah benda. Contohnya : Sudah malam begini belum nampak juga batang hidungnya. b. sinekdok totem pro parte adalah gaya bahasa yang dipakai untuk menampilkan keseluruhan untuk merujuk pada sebagian benda atau situasi. Contoh : Indonesia juara Sea Games.
- Simbolik, yaitu gaya bahasa yang digunakan untuk membandingkan manusia dengan sikap makhluk hidup lainnya dalam ungkapan. Contoh : Gaya wanita itu jinak-jinak merpati.
2. Majas Pertentangan.
Majas pertentangan adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata kias yang bertentangan dengan maksud asli penulis. Majas pertentangan terdiri dari :
- Paradoks, yaitu gaya bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan situasi asli dengan situasi yang berkebalikannya. Contoh : Dia tetap tersenyum walaupun dalam hatinya menangis.
- Litotes, yaitu gaya bahasa yang digunakan dengan tujuan untuk merendahkan diri, meskipun dalam kenyataannya tidak seperti itu. Majas litotes kebalikkan dari majas hiperbola. Contoh : Silahkan datang ke gubug kami besok hari Minggu.
- Antitesis, yaitu gaya bahasa yang digunakan untuk memadukan pasangan kata yang memiliki arti bertentangan. Contoh : Cepat lambat kamu pasti bisa mendapatkannya.
- Kontradiksi Interminis, yaitu gaya bahasa yang merupakan suatu ungkapan untuk menyangkal ujaran yang telah dipaparkan sebelumnya, dan biasanya diikuti dengan konjungsi, kecuali atau hanya saja. Contoh : Semua pakaian yang ada di lemari bagus, kecuali yang berada di laci bawah sudah usang.
3. Majas Sindiran.
Majas sindiran adalah gaya bahasa yang digunakan dengan tujuan untuk menyindir seseorang, perilaku, atau kondisi tertentu. Majas sindiran terdiri dari :
- Ironi, yaitu gaya bahasa yang digunakan untuk mempertentangkan sesuatu dengan fakta yang ada atau sebenarnya. Contoh : Rapi sekali mejamu, sampai susah menaruh barang ini.
- Sinisme, yaitu gaya bahasa yang digunakan untuk menyampaikan sindiran secara langsung. Contoh : Malas sekali, sampai rumahmu seperti kapal pecah.
- Sarkasme, yaitu gaya bahasa yang digunakan untuk menyampaikan sindiran langsung yang sifatnya kasar dan cenderung seperti hujatan. Contoh : Kalian semua seperti sampah masyarakat.
4. Majas Penegasan.
Majas penegasan adalah gaya bahasa yang digunakan dengan tujuan untuk meningkatkan pengaruh kepada pembaca agar menyetujui ujaran atau kejadian yang diungkapkan . Majas penegasan terdiri dari :
- Pleonasme, yaitu gaya bahasa yang digunakan dengan memakai kata-kata yang bermakna sama sehingga terkesan tidak efektif, tapi memang sengaja untuk menegaskan sesuatu hal. Contoh : Dia masuk ke dalam gedung itu, dan dia dipanggil untuk maju ke depan panggung.
- Repetisi, yaitu gaya bahasa yang digunakan dengan mengulang kata-kata dalam sebuah kalimat. Contoh : Dia yang makan, dia yang menghabiskan semuanya, dia yang rakus.
- Retorika, yaitu gaya bahasa yang digunakan untuk memberikan penegasan dalam bentuk kalimat tanya yang tidak perlu dijawab. Contoh : Cuma tinggal satu-satunya, masih mau kamu habiskan ?
- Klimaks, yaitu gaya bahasa yang digunakan untuk mengurutkan sesuatu dari tingkatan yang rendah ke tingkatan yang lebih tinggi. Contoh : Orang menuntut ilmu itu harus di mulai dari TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi.
- Anti Klimaks, yaitu gaya bahasa yang digunakan untuk mengurutkan sesuatu dari tingkatan yang tinggi ke tingkatan yang lebih rendah. Contoh : Tidak perduli tua, muda, atau anak-anak harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan.
- Pararelisme, yaitu gaya bahasa yang digunakan dengan mengulang-ulang sebuah kata dalam berbagai difinisi yang berbeda. Gaya bahasa pararelisme biasa digunakan dalam puisi. Jika pengulangan kata terjadi di awal disebut anafora, dan jika pengulangan kata terjadi di akhir disebut epifora. Contoh : Cinta itu putih, cinta itu suci, cinta tidak pernah menyakiti.
- Tautologi, yaitu gaya bahasa yang digunakan dengan memakai kata-kata yang memiliki sinonim untuk penegasan sesuatu. Contoh : Dunia akan terasa cerah, indah, dan damai jika kita saling mencintai.
Majas merupakan pemanis dalam suatu karya sastra. Majas juga mewakili perasaan penulisnya.
Semoga bermanfaat.